Bab 31

271 14 4
                                    

“Apa kami boleh ikut bergabung bersama kalian? Karena kelihatannya meja yang lain sudah penuh.”

Dengan ekor matanya Jasmine melihat keadaan sekitar. Memang benar seperti yang dikatakan oleh Pak Arjuna. Tumben, sih, semua meja bisa penuh.

Pak Arjuna hari ini terlihat tampan mengenakan kemeja putih lengan panjang dan celana panjang berwarna coklat. Sedangkan perempuan yang di sebelah Pak Arjuna terlihat cantik, tinggi, dan berpakaian modis yang pastinya mahal. Wanita itu cocok dengan Pak Arjuna.

Kenyataan itu membuat hati Jasmine berdenyut nyeri. Lebih baik dia pergi sekarang.

“Silakan duduk, Pak. Kami juga sudah mau masuk kelas. Yuk, Nar.” Jasmine bergegas membereskan kotak bekal, memasukkannya ke tas, lalu berjalan cepat hingga meninggalkan Nara yang kebingungan dengan tingkah temannya itu.

“Jas, tunggu aku,” seru Nara sambil setengah berlari mengejar Jasmine yang sudah melesat pergi.

Jasmine terus melangkah tanpa peduli dengan Nara yang terus memanggil namanya. Dia baru berhenti ketika sudah sampai di taman yang terletak di sisi yang berlawanan dengan kantin. Untung masih ada bangku kosong. Jasmine langsung mendudukkan pantatnya di bangku taman yang terbuat dari batu yang dicat putih.

“Jas, kamu, tuh, kenapa, sih? Kenapa buru-buru pergi dari kantin? Kelas juga masih setengah jam lagi.” Nara memberondong Jasmine dengan banyak pertanyaan yang tidak dijawab satu pun oleh Jasmine.

“Jasmine, kamu kalau ada masalah cerita sama aku,” ucap Nara dengan suara pelan.

Jasmine menunduk sambil memainkan gelang kainnya. “Aku bingung, Nar. Kemarin aku diajak Pak Arjuna pergi ke taman bermain. Katanya untuk membalas jasaku sudah membantu penelitiannya selama ini.”

“Lalu?”

Jasmine mengangkat kepalanya dan melihat jauh ke depan. Pandangannya menerawang. Kejadian kemarin berputar-putar di pikirannya.

Senyuman muncul di bibirnya sebelum berkata, “Aku senang, Nara. Sudah lama aku tidak pernah pergi ke taman bermain. Terakhir kali aku menginjakkan kaki di sana saat aku berusia sembilan tahun. Tapi tiba-tiba sebelum pulang, Pak Arjuna mengatakan kalau dia menyukaiku. Saat itu kami sedang naik bianglala.”

Nara terkesiap. “Jadi dugaanku benar?”

Jasmine menggangguk pelan.

“Lalu jawaban kamu apa, Jas?”

Jasmine menghela napas panjang sebelum menjawab, “Aku bilang sedang enggak mau menjalin hubungan dengan laki-laki karena mau fokus kuliah.”

“Aduhhh... Jasmine. Kok jawabnya begitu?” Nara sebal dengan temannya itu. Padahal kalau dilihat-lihat, sebetulnya Jasmine juga suka dengan Pak Arjuna.

“Tapi memang begitu, Nar. Aku memiliki impian untuk segera lulus kuliah, supaya aku bisa segera mencari kerja. Dengan demikian, ibuku tidak perlu bekerja lagi di usia tuanya. Aku kasihan, Nar.”

“Oke, sekarang dengarkan aku baik-baik, Jas.” Nara menarik bahu Jasmine supaya mereka bisa duduk berhadapan. “Terlepas dengan impianmu itu, apa kamu memiliki perasaan terhadap Pak Arjuna?”

Jasmine terdiam. Sebetulnya pertanyaan yang sama sudah dia tanyakan berulang kali kepada dirinya sendiri. Apa dia juga menyukai Pak Arjuna? Dan, Jasmine terlalu takut untuk menelaah hatinya. Dia takut untuk menitipkan hatinya kepada orang lain. Dia takut untuk kecewa seperti dulu saat Ayah memutuskan untuk pergi dari rumah meninggalkannya dan Ibu. Dia berpikir semua pria akan seperti ayahnya yang akan dengan mudah pergi saat dia sudah bosan. Dan dia tidak mau hancur seperti ibunya. Dia terlalu takut!

Impian Jasmine (END) Where stories live. Discover now