Bab 1. Hari Pertama Jadi Mahasiswi

665 32 6
                                    

Maap sebelumnya tapi saya melakukan banyak revisi di bab 1 ini. Semoga hasilnya lebih baik 😊

Bila berkenan boleh tolong tekan tanda bintang untuk vote dan juga komen, supaya saya lebih semangat menulis. Terima kasih 😊

❤❤❤❤

Jasmine menatap takjub gedung berwarna putih yang menjulang tinggi di hadapannya. Akhirnya hari ini dia akan memulai kehidupan sebagai seorang mahasiswi. Sesuatu yang tidak disangka-sangka akan bisa diraihnya. Tinggal berdua dengan Ibu yang hanya berpenghasilan dari mencuci baju tetangga dan berjualan kue tradisional buatan sendiri, tentu membuat Jasmine tidak bisa bermimpi banyak.
 
Namun, hari ini salah satu impiannya sudah terkabul. Dia bisa berkuliah berkat jalur beasiswa yang didapatnya dengan susah payah. Tidak semua siswa yang mendaftar dinyatakan berhak mendapatkan beasiswa. Mereka harus melalui seleksi yang ketat dari nilai rapor selama SMU serta melakukan ujian tertulis yang diadakan oleh pihak universitas.

Saat melihat namanya ada di jajaran siswa yang dinyatakan berhak mendapat beasiswa, hatinya sangat senang sekali. Tidak sia-sia perjuangannya untuk belajar hingga larut malam menggunakan jam tidurnya. Sekarang, di sinilah dia berada untuk menghadiri seminar pembukaan masa orientasi mahasiswa baru jurusan psikologi. Sebuah langkah awal menuju impian berikutnya.

Dilihatnya jam yang tertera di layar ponsel. Ya ampun! Terlalu banyak melamun membuatnya lupa kalau dia sudah hampir terlambat. Sebaiknya dia segera berlari menuju ruangan yang tercantum di dalam pengumuman. Namun, ruangan itu ada dimana?

Saat melihat mahasiswa berjaket orens dengan logo universitas, berdiri tidak jauh di depannya, Jasmine memutuskan untuk menghampirinya. Dia pasti mahasiswa senior yang bertugas sebagai panitia. Wajahnya tampan dan terlihat masih muda. Jasmine taksir mungkin cowok itu hanya lebih tua satu atau dua tahun.

“Permisi, Kak, ruangan D dimana, ya?” tanya Jasmine sambil tersenyum sopan.

Tangan pria itu lurus menunjuk ke depan. “Kamu lurus saja ikutin jalan ini. Setelah itu kamu belok kanan. Nanti di sana kamu ikutin tanda panah yang dipasang di tembok. Panah itu akan mengarahkan kamu ke ruangan yang kamu cari. Seperti ini tanda panahnya.” Pria itu lalu menunjuk panah-panah yang ditempel di tembok sebelah kanan.

“Terima kasih, Kak.” Setelah itu Jasmine langsung berlalu dengan langkah cepat dari hadapan pria yang bernama Arga, kalau dilihat dari nametag yang tersemat di bagian depan jaket sebelah kanan. Jasmine menepuk keningnya. Duh, bisa-bisanya tanda panah sebesar itu tidak terlihat. Terlalu panik karena hampir terlambat membuatnya tidak peka terhadap hal sekitar. Bikin malu saja!

Setelah mengikuti petunjuk Arga, sampailah Jasmine di depan pintu Ruang D. Jasmine segera menghampiri meja yang berada di depan ruangan. Ada dua mahasiswa berjaket orens seperti Arga, yang duduk di belakang meja.

“Permisi, Kak. Apa betul ini ruang D untuk mahasiswa baru?”

Salah satu mahasiswa langsung menunjuk kertas yang ada di depannya. “Betul. Sekarang kamu cari nama kamu kemudian tanda tangan di tempat yang sudah disediakan, ya.”

Mata Jasmine langsung menyusuri deretan nama yang ada di kertas. Wow! Banyak juga mahasiswa di jurusan psikologi ini. Sayangnya, tidak ada nama yang Jasmine kenal. Setahunya memang tidak ada teman sekolah yang berkuliah di jurusan yang sama dengannya.

Jasmine membubuhkan tanda tangannya lalu meletakkan pulpen kembali. “Sudah, Kak.”

“Silakan kamu masuk. Acaranya sudah mau dimulai. Ini buku acaranya, ya,” ucap salah satu mahasiswi sambil menyerahkan buku kecil berukuran setengah A4 dengan gambar gedung universitas di kover.

Jasmine melihat ruangan sudah hampir penuh bahkan hingga ke bangku depan. Duh, dia harus duduk di mana?  Telapak tangannya mendadak basah karena keringat. Dia memutar-mutar gelang tali berwarna biru yang ada di pergelangan tangan kanannya. Sebuah kebiasaan yang selalu Jasmine lakukan saat dia gugup.

Impian Jasmine (END) Where stories live. Discover now