Bab 2. Kelas Pak Arjuna

442 26 2
                                    

Untuk mengobati rasa kecewa kalian krn revisi di bab 1, ini saya posting bab 2 😁

❤❤❤❤❤❤

Jasmine mengangkat kepalanya perlahan. Apa yang harus dia katakan? Padahal bukan dia yang mengobrol. Duh, bikin kesal saja! Bagaimana kalau Pak Arjuna betul-betul mengeluarkan dia dari ruangan? Kan, namanya hukuman yang salah alamat!

Jasmine sedang mengatur kalimat-kalimat pembelaan di benaknya saat dia mendengar lagi suara Pak Arjuna. "Ya, kamu baju biru garis-garis yang duduk di pojok kiri. Mau menggantikan saya di depan?"

Jasmine langsung mengembuskan napas panjang. Ternyata bukan dia. Kaos yang dipakainya berwarna biru polos, bukan garis-garis. Tangan kiri Jasmine yang sedang memutar gelang kain di pergelangan tangan kanan langsung berhenti.

"Ti-tidak, Pak. Saya minta maaf," ucap mahasiswa yang dimaksud Pak Arjuna.

"Kalau begitu saya akan lanjutkan pembahasan saya."

Setelah beberapa waktu, sambutan dari Pak Arjuna pun selesai. Pemandu acara mempersilakan para mahasiswa untuk mengambil makanan kecil serta teh atau kopi yang sudah disediakan di luar.

Nara segera mengajak Jasmine berdiri dan berjalan ke luar.

"Duh, Jasmine tadi aku kira kamu, lho, yang dimaksud Pak Arjuna. Sampe deg-degan aku."

Jasmine merengut sebal. "Tau, nih, padahal orang di sebelah kananku yang ngobrol. Aku sampe udah nyusun kata-kata pembelaan kalau betul aku yang dimaksud ha ha ha."

"Ish. Dia dosen killer, lho. Memangnya kamu berani?" tanya Nara takjub.

"Yah, ada takutnya juga, sih. Cuma sejak kecil aku sudah belajar untuk membela diri kalau aku enggak salah."

Mereka akhirnya sampai di meja pembagian snack. Panitia sudah bersiap di balik meja untuk membagikan kotak kecil yang tersusun rapi di atas meja. Semua orang hanya boleh mengambil satu.

Jasmine lalu membuka kotaknya dengan tidak sabar. Cacing di perutnya sudah demo meminta makan. Mungkin pengaruh tadi pagi dia berjalan kaki ke pasar untuk mengantarkan kue jualan sebelum naik bus ke kampus. Di bus juga dia terpaksa berdiri sepanjang perjalanan karena penuh.

"Wah, ada lemper ayam dan roti coklat!" seru Nara.

Jasmine langsung mengambil lemper yang dibungkus daun pisang berwarna hijau. "Semoga lempernya seenak buatan ibuku."

Nara terlihat terkejut. "Ibumu bisa bikin lemper ayam? Keren amat!"

"Bisa, dong. Kan, ibuku memang jualan kue tradisional. Nah, salah satunya lemper ayam," ucap Jasmine bangga. "Besok-besok aku bawain, ya. Spesial buat kamu."

"Wah, jangan Jasmine. Aku beli saja kalau enggak. Jadi nanti aku bisa sekalian membaginya ke mamiku. Kalau enak, kan, lain kali Mami bisa beli dari kamu untuk acara arisannya sama teman-temannya. Toh, selama ini Mami suka kerepotan siapin konsumsinya."

Jasmine merasa terharu. Padahal dia baru bertemu dengan Nara, tapi dia tidak memandang rendah Jasmine karena ibunya hanya seorang penjual kue tradisonal. Gadis yang berdiri di sebelah kanannya ini baik dan ramah. Semoga mereka betul-betul bisa menjadi teman yang baik.

Sambil mengunyah lemper, mereka berjalan menuju tempat kopi dan teh. Jasmine memutuskan untuk mengisi gelasnya dengan teh.

Tiba-tiba terdengar suara dari pemandu acara. "Kepada semua mahasiswa diminta untuk segera kembali ke tempat duduk."

"Yuk, buruan, Nar." Jasmine segera membalikkan badan tanpa sadar kalau di belakangnya ternyata ada orang.

"Auw! Panas! Kamu gimana, sih?"

Impian Jasmine (END) Where stories live. Discover now