Bab 24

291 13 0
                                    

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya hati nurani Jasmine yang menang.  

Jasmine langsung melangkahkan kaki mendekati anak iu lalu dia berjongkok. “Dek, Ayah sama Ibu kamu di mana?”

Anak laki-laki yang sedang mengenakan kaos bergambar Iron Man mengurangi sedu sedannya lalu memandang Jasmine. “Enggak tahu, Kak,” jawabnya sambil sesenggukan.

Jasmine jatuh iba melihat anak yang hilang itu. Dia terus mengucurkan air mata. Jasmine tahu pasti perasaan anak itu saat ini. Rasanya pasti bingung, sakit, takut, dan sedih. Jasmine pernah kehilangan Ayah. Hanya bedanya, Ayah pergi untuk selamanya dan dan tidak akan pernah kembali. Jadi selain perasaan itu, Jasmine juga merasakan marah yang teramat sangat kepada pria yang pernah sangat Jasmine sayangi.

“Yuk, Kakak bantu bawa kamu ke satpam, ya. Nanti mereka bisa bantu menemukan orang tua kamu.” Jasmine langsung menggandeng tangan mungil anak laki-laki itu dan membawanya ke satpam yang berdiri agak jauh dari tempat Jasmine menemukan anak itu. Pantas satpam sampai tidak tahu ada anak hilang.

“Permisi, Pak. Saya menemukan anak hilang. Kasihan dia enggak tahu orang tuanya di mana.”

Satpam berbaju hitam itu langsung tersenyum ramah. “Ya sudah, adek ikut Bapak ke pusat informasi, ya. Biar nanti bisa diumumkan ke seluruh mall.”

Anak itu langsung mengencangkan pegangan tangannya. “Aku maunya sama Kakak, enggak mau Bapak itu.”

Karena tidak tega, akhirnya Jasmine menemani anak itu berjalan di belakang satpam yang akan mengantar mereka ke pusat informasi. Sesampainya di sana, satpam menjelaskan situasinya ke mbak berkemeja merah yang duduk di belakang meja kayu berwarna coklat.

Mbak yang bernama Retno itu mempersilakan Jasmine duduk di bangku besi berderet warna hitam yang ada di sisi kiri dan kanan ruangan itu. Mbak Retno menanyakan beberapa pertanyaan kepada anak yang ternyata bernama Rivan itu. Sayangnya Rivan tidak bisa menjawab banyak. Jadi, Mbak Retno hanya mengumumkan ciri-ciri fisik serta pakaian yang sedang dikenakan Rivan melalui pengeras suara.

Berpikir tugasnya sudah selesai, Jasmine hendak undur diri dari ruangan itu. Namun, lagi-lagi Rivan tidak mau ditinggal sehingga Jasmine terpaksa ikut duduk di sana menunggu hingga orang tua Rivan datang.

Jasmine menepuk jidatnya. Pak Arjuna! Di mana dia? Jasmine sampai lupa mengabari kalau dia sedang membantu anak hilang menemukan orang tuanya. Jasmine melihat ponselnya lalu berdesah kecewa. Ternyata ponselnya mati karena kehabisan baterai.

Bagaimana caranya dia menghubungi Pak Arjuna? Apa dia minta tolong mbak Retno untuk mengumumkan namanya juga sebagai orang hilang? Namun, Jasmine malu.

Tidak kehabisan akal, Jasmine memutuskan untuk meminjam pengisi daya baterai ponsel. Nanti kalau sudah terisi sedikit, Jasmine bisa langsung menyalakan ponselnya dan menghubungi Pak Arjuna. Jasmine ingat tadi dia ditinggalkan Pak Arjuna di depan toko roti. Nanti dia tinggal kembali lagi ke sana.

Namun sebelum niat itu terlaksana, sosok Pak Arjuna sudah terlihat memasuki ruang informasi.   

“Jasmine? Kamu di sini?” tanya Pak Arjuna kaget. Seketika wajah panik Pak Arjuna tergantikan oleh raut kelegaan yang mengalir hingga ke hatinya.

Jasmine langsung berdiri dan menghampiri Pak Arjuna. “Iya, Pak. Tadi saya menemukan anak hilang. Lalu saya diminta satpam untuk membawanya ke sini.” Jasmine menunjuk Rivan sambil menjelaskan.

Pak Arjuna memegang dadanya sambil berkata, “Duh, kamu sukses membuat saya jantungan.”

Kekhawatiran Pak Arjuna yang tercetak jelas di wajahnya membuat Jasmine tidak enak hati. Jasmine menunduk karena dia juga takut dimarahi. “Maaf, ya, Pak.”

Alih-alih dimarahi, Jasmine malah merasakan usapan lembut di puncak kepalanya. “Tidak apa-apa, yang penting kamu selamat,” ucap Pak Arjuna dengan suara lembut.

Jasmine terkejut dan langsung mengangkat kepalanya. Apa dia tidak salah dengar? Dosen yang terkenal galak itu bisa berucap dengan nada selembut tadi? Namun, melihat tatapan mata Pak Arjuna yang begitu lembut, membuat Jasmine yakin pendengarannya tidak salah. Sekarang malah jantung Jasmine yang kayaknya bermasalah. Dia berdetak dengan kecepatan yang mengerikan hingga membuat wajah Jasmine memerah malu.

“Kamu jangan lagi-lagi kayak gitu, ya, Jasmine. Masa sekalinya ke mall malah hilang?” ucap Arjuna di ruang tunggu bioskop.

Tadi setelah Pak Arjuna tiba, tidak lama orang tua Rivan datang. Jasmine dan Pak Arjuna langsung pamit pergi. Orang tua Rivan berkali-kali mengucapkan terima kasih sambil membungkukkan badan mereka. Rivan sedniri yang tadinya menangis langsung tertawa-tawa.

“Yah, saya, kan, bantuin anak hilang, Pak. Kasihan tahu,” ucap Jasmine sebal lalu meraup popcorn rasa karamel di pangkuannya untuk dimasukkan ke mulut. Jasmine baru pertama kali makan popcorn dan rasanya ternyata enak sekali. Dari tadi dia tidak berhenti makan. Padahal popcorn itu dibeli untuk menemani nonton mereka. Kalau begini terus bisa-bisa popcornnya sudah habis bahkan sebelum filmnya dimulai.

“Yah, tapi itu tolong kalau pergi-pergi baterai ponsel pastikan dalam keadaan penuh. Kalau habis begitu, bagaimana bisa saya menghubungi kamu?” tanya Pak Arjuna sambil bersedekap. Wajahnya terlihat menyeramkan karena marah. Belum lagi tatapan matanya yang setajam silet.

Ini mau nonton bioskop atau bimbingan skripsi, sih?

Kalau sudah begini lebih baik Jasmine, meminta maaf saja. Kan, memang dalam hal ini Jasmine salah. Berpikir tidak akan kemana-mana membuat Jasmine tidak mengisi baterai ponselnya. “Maaf, Pak. Iya saya salah,” ucap Jasmine sambil memainkan gelang kainnya.

Arjuna mengembuskan napas perlahan untuk meredakan marahnya. Kenapa, sih, dia bisa sekalut tadi, saat tidak mendapati Jasmine di tempat dia meninggalkannya?

“Maaf, saya sudah marah-marah ke kamu. Saya takut Jasmine. Saya takut kehilangan kamu.”

Ucapan spontan Arjuna membuat keduanya terdiam.

Arjuna terkejut karena selama ini dia tidak menyadari kalau perasaannya sudah sedalam itu terhadap Jasmine. Apakah dia sudah melanggar batas dengan memiliki perasaan khusus terhadap Jasmine yang notabene adalah mahasiswanya?

Di sisi lain Jasmine sempat merasa jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Apa maksud kata-kata Pak Arjuna? Apa Pak Arjuna memiliki perasaan khusus kepadanya? Kalau iya, mulai sekarang Jasmine harus menjaga jarak. Jasmine tidak mau menjalin kasih dengan laki-laki mana pun.

Yah, walaupun tidak bisa dipungkiri kalau perkataan Pak Arjuna tadi juga memberikan rasa senang di hati Jasmine. Perutnya bahkan seperti tergelitik. Namun, keputusan Jasmine sudah bulat. Tidak ada cinta-cintaan di dalam hidup Jasmine. Dia harus fokus belajar lalu secepatnya menyelesaikan kuliah!                               

Impian Jasmine (END) Where stories live. Discover now