Bab 22. Pak Arjuna Sakit

337 14 0
                                    

“Jasmine, belakangan ini saya perhatikan kamu jarang terlambat datang bekerja. Bagus itu. Pertahankan, ya!”

Sonia menaikturunkan kedua alisnya untuk menggoda Jasmine. “Gimana mau terlambat, kalau udah ada yang anterin Jasmine kerja setiap hari, Bos.”

Deryl langsung menolehkan pandangannya pada Sonia. “Oh, ya? Siapa?”

“Cieee Jasmine,” goda Sonia.

Wajah Jasmine terasa memanas mendengar percakapan kedua orang di depannya.

Mata Sonia melirik ke kiri dari belakang meja kasir. “Itu, lho, Bos. Yang duduk di meja paling pojok sebelah kiri.

Deryl langsung melarikan matanya ke arah yang ditunjuukan oleh Sonia. Pandangan matanya menemukan sosok seorang lelaki yang dikenalinya sebagai pelanggan tetap kafe ini. “Yang mengenakan kemeja warna biru langit?”

“Iya, Bos. Itu, kan, dosennya Jasmine. Nah, belakangan ini dia selalu mengantarkan Jasmine kerja. Alasannya, sih, karena hujan. Tapi belakangan ketika enggak hujan juga tetap dianterin, Bos.”

Jasmine sendiri juga bingung. Seperti kata Sonia, belakangan ini Pak Arjuna memang hampir setiap hari mengantarkan Jasmine pergi bekerja. Awalnya hanya saat hujan saja. Jadi setelah menemani Jasmine mangambil data, Pak Arjuna mengantarkan Jasmine bekerja. Namun, belakangan saat cuaca cerah dan tidak hujan, Pak Arjuna juga mengantarkan Jasmine bekerja.

Padahal yang Jasmine dengar, seharusnya dosen tetap seperti Pak Arjuna itu harusnya masuk kerja seperti pekerja kantoran yang bekerja selama delapan jam. Ini, kok, bisa bebas pergi dari kampus untuk menemani Jasmine mengambil data?

Saat Jasmine tanyakan, Pak Arjuna hanya berkata, “Saya ini sedang meneliti untuk keperluan kampus. Jadi karena pengumpulan datanya molor, saya meminta ijin untuk sering keluar kampus. Hanya dua minggu saja rencananya, jadi dekan mengijinkan.”

“Apa betul, Jasmine?”

“Iya, Bos. Tapi itu untuk keperluan penelitian, kok. Katanya pengumpulan datanya molor jadi saya dibantu sama Pak Arjuna, dosen saya itu.”

Deryl hanya menggeleng pelan dengan senyum tipis di bibirnya melihat kepolosan Jasmine. Seandainya mau, Arjuna bisa saja membayar orang untuk membantu Jasmine mengambil data. Dulu pun Deryl pernah terlibat dalam penelitian oleh pihak kampus. Tidak harus peneliti itu terjun langsung ke lapangan untuk mengambil data.

Tugas peneliti itu banyak, seperti menyusun laporan, membuat sebaran data dalam bentuk grafik, menghitung statistik setiap jawaban, membuat kesimpulan dari statistik yang ada serta hal lainnya. Pengambilan data seharusnya dilakukan oleh orang lain, sehingga pengerjaannya bisa berbarengan dengan penginputan data ke komputer.

“Ya sudah, yang penting kamu bekerja dengan baik, Jasmine.” Sebelum berlalu menuju ruangannya, Deryl sempat berbicara pelan yang masih terdengar oleh Jasmine. “Pantas saja belakangan ini dia selalu datang sendiri tanpa wanita itu.”

Jasmine merasa tidak mengerti dengan kalimat bosnya jadi dia tidak ambil pusing. Sekarang dia harus fokus bekerja sehingga tidak melakukan kesalahan yang bisa membuat Bos Deryl memberikan surat peringatan yang kedua. Kata Sonia, pemecatan baru bisa dilakukan setelah Jasmine menerima surat peringatan yang ketiga. Duh, jangan sampai, deh, Jasmine menambah koleksi surat peringatan. Satu saja sudah membuat Jasmine gemetar karena takut dipecat.

**

Esok paginya Jasmine pergi ke ruangan Pak Arjuna untuk mengambil kuesioner kosong untuk pengambilan data siang nanti. Kebetulan kuesioner kosong yang ada di Jasmine sudah habis. Hari ini Pak Arjuna katanya ada rapat dosen, jadi tidak bisa menemani Jasmine mengambil data.

Impian Jasmine (END) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora