Bab 10. Jebakan Mita

258 14 2
                                    

Hari ini Mita rencananya akan melakukan rencana ide jahat yang sudah disusunnya bersama April dan Kania. Dilihatnya Jasmine memasuki ruang kelas dengan pandangan tajam seekor ular mengincar mangsa.

Mita sudah hapal kalau kebiasaan Jasmine itu selalu pergi ke toilet sesudah dia meletakkan tasnya di kelas. Mita memberikan gerakan kepala kepada April dan Kania supaya mereka bisa bergerak sekarang melakukan tugas masing-masing.

April bertugas untuk mengajak ngobrol Jasmine di toilet supaya dia menghabiskan lebih banyak waktu di sana. Kania bertugas untuk berjaga-jaga di depan kelas. Sekiranya dia melihat Nara datang dari kejauhan, maka dia harus mengajak ngobrol Nara supaya Nara terhambat masuk ke kelas.

Sedangkan Mita sendiri akan melakukan tugasnya, yaitu mengambil ponsel Jasmine dan mengetikkan sesuatu di sana.

April dan Kania menganggukkan kepala dan langsung keluar kelas untuk mengerjakan tugas masing-masing. Setelah melihat seisi kelas sedang sibuk dengan urusan masing-masing, Mita segera berjalan menuju tas Jasmine yang diletakkan di atas meja.

Dia menarik jatuh tas Jasmine dari atas meja dengan menarik tali tas Jasmine yang menjuntai lalu berpura-pura kaget. Mita merunduk cepat seakan sedang berusaha merapikan tas Jasmine dengan wajah penuh rasa bersalah untuk menghindari kecurigaan orang lain. Setelah itu dengan cepat dia mengeluarkan ponsel Jasmine dari tas kecilnya. Sempat terlintas hinaan di benak Mita saat melihat ponsel Jasmine yang sudah ketinggalan jaman.

Jangan pedulikan itu dulu, Mita. Kamu harus cepat!

Mita segera membuka kunci ponsel Jasmine yang untungnya tidak menggunakan pin atau kode rahasia. Mita langsung tertawa jahat di dalam hatinya.

Dasar, gadis ceroboh!

Dibukanya aplikasi whatsapp lalu dia mencari kontak nama Pak Arjuna. Sesudah itu dia mengetikkan sebuah pesan yang dijamin pasti akan membuat Pak Arjuna melotot dan meledak marah. Setelah terkirim, Mita segera menghapus pesan itu. Syukurlah sekarang WA diperlengkapi dengan fasilitas menghapus pesan. Jadi Jasmine tidak akan menyadari apa yang sudah dilakukan Mita.

Sesudah itu dia menutup aplikasi WA dan mematikan ponsel Jasmine. Mita segera mengembalikan tas Jasmine ke tempat semula dan berjalan kembali ke mejanya. Setelah mendudukkan pantatnya dengan nyaman di bangku, Mita mengambil ponsel untuk menghubungi April dan Kania. Dia mengabarkan kalau tugas mereka sudah selesai. Senyum kepuasan tersungging di bibir Mita.

Di toilet, Jasmine sempat merasa bingung saat diajak ngobrol oleh April. Pasalnya selama ini dia tidak dekat dengan April. Mereka bahkan tidak pernah mengobrol sebelumnya. Bagaimana mungkin tiba-tiba sekarang April bersikap seakan mereka sudah berteman sejak lama. April menanyakan kabar ibunya yang kemarin sempat pingsan dan memberikan dukungan semangat. Terlalu aneh, bukan, untuk seorang asing yang tidak pernah mengobrol dengannya?

Tak lama sesudah mereka mulai mengobrol, ponsel April berbunyi dan dia langsung berpamitan kembali ke kelas. Jasmine hanya mengedikkan bahu dan bersikap masa bodoh. Yah, kalau menurut Mita, kan, semua orang tahu perihal dirinya yang meminta ijin pulang saat di kelas Pak Arjuna. Mungkin itu sebabnya April bertanya soal keadaan ibunya sekarang.

“Hai, Nar, udah dateng?” tanya Jasmine saat mendapati Nara sudah duduk di sebelah bangku Jasmine.

“Iya, nih dari tadi. Tumben lu di WC lama. Sakit perut?” tanya Nara bingung.

Jasmine menggeleng. “Enggak, tadi diajak ngobrol sama April bentar. Btw kamu ada geser tas aku?”

“Enggak, kok. Dari tadi sudah begitu.”

Jasmine memeriksa isi tasnya lalu manggut-manggut. Mungkin dia yang salah ingat posisi tasnya tadi. Toh, tidak ada barang yang hilang juga. Jasmine pun akhirnya melupakan kejadian aneh di hari itu dan menganggap semuanya hanya serba kebetulan.

Sayangnya, Jasmine tidak sadar kalau keanehan yang dia alami dari tadi akan mendorongnya pada sebuah peristiwa besar di dalam kehidupannya.

**

Arjuna yang sedang tepekur memandangi laptop-nya tiba-tiba mendengar bunyi denting ponsel penanda masuknya pesan WA. Mata yang sedari tadi memperhatikan angka-angka statistik dari hasil penelitiannya, mengerjap.

Siapa gerangan yang mengirimkan pesan WA di hari kerja seperti ini? Arjuna memang memiliki beberapa teman dekat, hanya saja mereka jarang saling mengirim pesan WA.

Keningnya berkerut dalam saat melihat layar ponselnya yang menyala. Terlihata ada notifikasi pesan masuk dari Jasmine. Untuk apa dia mengiriminya pesan? Apa ada sesuatu yang penting?

Rasa ingin tahu Arjuna menjadi tergelitik. Diambilnya ponsel yang diletakkannya di sebelah kirinya. Awas saja kalau pesannya itu tidak penting.

Ditempelkannya hari telunjuk kanan di belakang ponsel, di bagian pengenalan fingerprint. Tak lama ponsel terbuka. Arjuna menggulirkan jarinya di layar sentuh dan matanya melotot saat melihat pesan yang dikirimkan oleh Jasmine.

Apa-apaan ini? Gila!

Rahang Arjuna mengetat menahan amarah dan tangan mencengkeram kuat ponsel yang sedang dipegangnya. Segera diteleponnya nomor Jasmine. Setelah beberapa kali nada sambung terdengar, akhirnya terdengar suara Jasmine dari seberang sana.

“Iya, Pak Arjuna? Ada yang bisa dibantu?” tanya suara Jasmine sopan.

Halah! Suara sopan yang penuh kepalsuan. Jika dia memang wanita baik-baik, tidak akan dia menulis pesan rendahan seperti itu!

“Segera datang ke ruangan saya di jam kosong kamu. Sesegera mungkin Jasmine. Saya tunggu!” Setelah itu Arjuna menutup telepon sepihak. Tidak ditunggunya suara Jasmine yang menyatakan kesanggupannya.

Rasanya Arjuna sudah tertipu! Jika diingatnya lagi, wajah Jasmine terlihat polos. Tidak seperti mahasiswi lain yang terlihat dewasa sebelum waktunya karena riasan wajah yang terkadang membuat mereka terlihat lebih tua beberapa tahun.

Jasmine tidak pernah terlihat mengenakan riasan wajah dan penampilannya begitu bersahaja. Namun, apa itu hanya topeng yang dikenakan untuk menutupi kebusukan hati dan perilakunya?

Waktu terasa begitu lambat saat Arjuna menunggu kedatangan Jasmine. Akhirnya setelah dua jam menunggu, Jasmine datang dengan wajah bingung. Kelihatannya dia buru-buru datang kesini dilihat dari rambut kuncir kudanya yang terlihat sedikit berantakan.

“Ada apa Pak Arjuna memanggil saya? Apa ada tugas untuk kelas Psikologi Umum?”

Arjuna memasang ekspresi terdinginnya untuk mengintimidasi Jasmine. Dia kesal kaena Jasmine tidak terlihat bersalah sama sekali setelah mengirimkan pesan kurang ajar seperti itu. Dimana akhlaknya?

Jasmine yang mendapati Pak Arjuna hanya memandanginya dengan tajam merasa sedikit gugup. Dia mulai memaikan gelang kainnya. Kesalahan apa yang sudah Jasmine perbuat?

“Tidak ada keinginan kamu untuk meminta maaf?”

Wajah Jasmine terlihat kebingungan. “Minta maaf untuk apa, Pak?”

Arjuna kesal melihat Jasmine seperti tidak tahu apa yang sedang dibicarakannya.  Dimana sih otaknya?

“Betul kamu tidak tahu?” ucap Arjuna setajam silet.

Jasmine mengangguk perlahan. “Ada apa ya, Pak?”

“Kamu... memaksa... saya... untuk... meluluskan... kamu... di... mata... kuliah... saya... dengan... mengirimkan... pesan... tidak... senonoh...,” ucap Arjuna dengan memberikan jeda di setiap katanya untuk memberikan penekanan.

HAH???

Hanya itu yang muncul di benak Jasmine saat mendengar kata-kata Arjuna. Otaknya mengulang kata-kata Pak Arjuna sekali lagi sebelum menyadari kalau ada yang aneh. Sejak kapan dia mengirimkan pesan ke Pak Arjuna?

Segera diambilnya ponsel dari tas. Dibukanya pesan WA dan dilihatnya tidak ada hisori chat dengan Pak Arjuna. Mereka memang belum pernah bertukar pesan.

 
❤❤❤❤❤

Jakarta, 5 Juni 2021

Impian Jasmine (END) Where stories live. Discover now