Bab 16. Mita Resek!

248 13 4
                                    

“Kenapa, kok muka kamu lesu amat?” tanya Nara yang baru datang.

Setelah beberapa lama Jasmine dan Nara berkuliah, kantin akhirnya mereka nobatkan menjadi tempat pertemuan rutin sebelum kuliah dimulai. Apalagi dengan kondisi Jasmine yang sejak dihukum Pak ?Arjuna menjadi lebih sering datang lebih pagi.

Jadi siapa pun yang datang duluan akan menunggu di kantin hingga jam kuliah tiba dan mereka akan bersama-sama jalan menuju kelas. Kadang-kadang mereka juga bertemu Arga yang sering berkumpul di kantin bersama teman-temannya.

Sambil mengunyah klepon, Jasmine menjawab, “Dosen kesayangan kamu, tuh. Pagi-pagi udah bikin bete.”

Nara tertawa geli. “Kali ini kenapa lagi?” tanya Nara sambil mengambil klepon di kotak bekal Jasmine. Nara sebetulnya sudah makan nasi goreng di rumah tapi dia tergiur melihat kue bola-bola hijau bertaburkan kelapa parut yang dibawa oleh Jasmine. Begitu kleponnya digigit, isian gula merah cair langsung memenuhi mulut Nara. Enak sekali!

Nara rasanya kagum dengan Jasmine. Selain cantik dengan rambut selalu dikuncir kuda, Jasmine juga pintar membuat kue tradisional Indonesia. Dia bahkan selalu membawanya sebagai bekal.

“Itu, lho. Kan aku diminta untuk mengumpulkan data dari para lansia. Nah, beberapa dari mereka, tuh suka ga tau jawabannya. Alasannya lupa. Sedangkan di pilihan jawaban gandanya ga ada jawaban lupa.”

“Terus?” tanya Nara penasaran.

“Ya, aku kosongin aja. Aku ga jawab. Eh Pak Arjuna marah-marah. Katanya pilih yang paling mendekati. Ya, aku mana tau, kan, boleh kayak gitu.”

Nara tertawa keras. Bukannya prihatin, dia malah merasa Jasmine ini lucu.  

“Kamu, sih, orangnya jujur kebangetan. Kalau aku jadi kamu, ya, jawab aja asal. Yang penting, kan, dijawab.”

Jasmine menekuk wajah sebal. “Yah, tapi nanti hasil penelitiannya jadi ga valid, dong, Nar.”

Nara menepuk bahu Jasmine pelan. “Trus Pak Arjuna minta apa sekarang?”

Jasmine melipat tangannya di dada sambil mendengkus. “Aku disuruh balik ke sana. Kan, capek. Padahal rencananya aku mau pindah ke daeah lain. Jadi ga beres-beres kerjaan.”

Nara menggelengkan kepalanya pelan melihat kegigihan Jasmine mengambil data. “Lagian, napa, sih, kamu harus cepet-cepet ngumpulin datanya? Toh, hukumannya kan sebulan. Percuma juga kamu kerjain cepet. Selama belom sebulan, ya, tetep aja kamu dihukum.”

Jasmine mengembuskan napas pelan. Aura kesedihan memenuhi wajahnya. “Kesehatan Ibu, kan, enggak menentu sekarang, Nar. Jadi selama bisa cepat kukerjakan, ya, langsung kekerjakan. Takutnya tiba-tiba Ibu sakit, kan paling tidak aku sudah mengerjakan banyak.”

Tak lama wajah Jasmine berubah menjadi marah. “Uh, aku jadi kesal dengan Pak Arjuna. Menghambat pekerjaan saja. Lagian kenapa sih, enggak ditambah aja pilihan jawaban lupa? Namanya juga lansia, ya, wajarlah kalau lupa-lupa. Ga jelas, tuh, dosen.”

“Ya, Pak Arjuna memang resek, sih. Tapi ati-ati, Jas, kata orang benci lama-lama bisa berubah jadi cinta.”

Jasmine bergidik ngeri mendengar perkataan Nara. “Enggak banget, ah, Nar bercandanya. Amit-amit.”

Tiba-tiba dari arah belakang Jasmine, ada tangan yang terjulur dan mencomot klepon miliknya. “Minta, ya, Jasmine.” Terdengar suara Arga menyusul gerakan tangannya. Setelah itu Arga mengambil tempat duduk di sebelah kanan Jasmine.

“Iya, Kak. Ambil aja. Tadi aku bawa lumayan banyak, kok. Udah hapal sama kebiasaan kalian yang suka minta bekalku.” Jasmine tidak marah dengan kelakuan kedua temannya itu. Dia malah senang ada yang menghargai kue buatannya.

Nara dan Arga tertawa.

“Yah, habis gimana, Jas. Bekal kamu, tuh, selalu enak. Oh ya, bulan depan mamiku mau pesan kue tradisional seratus buah. Biasa, deh, buat arisan.”

Mata Jasmine langsung berbinar-binar. “Serius, Nar? Wah, Ibu pasti seneng banget, nih, dengernya.”

Arga merasa Jasmine terlihat sangat cantik dengan wajahnya yang berbinar-binar seperti itu. Awalnya Jasmine terlihat menutup dirinya, tapi belakangan Arga sudah melihat berbagai macam ekspresi wajah Jasmine. Dan ini salah satu yang terbaik.

“Tar, aku suruh mamaku pesen kue juga, ah. Biar Jasmine seneng, trus wajahnya jadi cantik banget kayak sekarang.”

Jasmine langsung melihat ke arah Arjuna dengan wajah yang sedikit memerah. “Ish, apaan, sih, Kak Arga.”

“Cie..cie.. Duh, aku jadi serasa ngontrak, nih,” ucap Nara sambil tersenyum jahil.

“Nara! Aku cubit, nih. Kompak bener kalo godain aku.”

Nara dan Arga kembali tertawa.

“Yodah, yuk, masuk kelas, Nar. Udah jamnya, nih,” ucap Jasmine sambil melihat penunjuk waktu di layar ponselnya.

“Nanti, ketemu di sini pas makan siang, ya, Jas. Aku traktir makan bakso kesukaan kamu,” seru Arga ketika Jasmine dan Nara mulai melangkah meninggalkan kantin.

“Iya, Kak, kalau enggak ada kerja kelompok, ya,” tolak Jasmine halus. Dia merasa tidak enak hati karena sering ditraktir Kak Arga makan. Katanya, sih, untuk mengganti bekalnya yang selalu dicomot tanpa permisi. Namun, harganya kan enggak sebanding.

Sepanjang perjalanan menuju kelas Nara menggoda Jasmine. Dia tahu kalau Arga betul-betul menyukai Jasmine. Hanya saja Jasmine selalu mengelak dan mengatakan kalau Kak Arga hanya menganggapnya teman.

Ketika langkah kaki mereka semakin mendekati ruang kelas, Mita tiba-tiba menghalangi jalan mereka. “Bagus, ya, yang baru seneng-seneng sama Kak Arga. Berapa kali dibilangin, sih, Jas untuk jauhin Kak Arga?”

Jasmine rasanya malas melihat Mita. “Mit, aku tuh enggak pernah suka sama Kak Arga. Aku hanya ingin fokus kuliah. Kamu kalau memang suka sama dia, ya, ambil aja. Ga usah ganggu-ganggu aku terus.”

“Udah, deh, ga usah bohong, Jas! Buktinya aku sering liat kalian ketawa bareng di kantin. Semua orang juga tau kalo Kak Arga tuh suka sama kamu!”

“Yah, trus urusannya sama aku apa? Lagian kita juga ketawanya bertiga. Kan, ada Nara juga. Kenapa kamu enggak nuduh Kak Arga sukanya sama Nara? Kenapa harus aku? Lagian yang penting, kan, aku enggak suka. Udah, deh, Mit, minggir. Aku mau masuk kelas.”

Jasmine sebal dirinya selalu diganggu sama Mita dan teman-temannya. Padahal dia enggak pernah mendekati Kak Arga. Jasmine hanya ingin fokus kuliah. Ditambah lagi masa lalu Jasmine membuatnya malas untuk menjalin hubungan dengan laki-laki.

Nara akhirnya ikut angkat bicara melihat Jasmine diserang bertubi-tubi oleh Mita. “Lagian, ya, Mit kalo Kak Arga lebih memilih Jasmine daripada kamu ya artinya Jasmine lebih segala-galanya dari kamu.”

Mita naik pitam mendengar kata-kata Nara. “Kamu!”

“Udah, deh. Geser, kita mau ke kelas. Kalo kamu masih ngotot juga aku sama Jasmine mau teriak, biar pada dateng ke sini lihat kamu bully Jasmine.”

Mita yang merasa takut dengan ancaman Nara, hanya bisa mengentakkan kakinya kesal lalu pergi.

Impian Jasmine (END) Where stories live. Discover now