Bab 21 : My Penguin (17+)

3.3K 375 10
                                    

Tinggal tiga hari sebelum keberangkatanku menuju Iraq. Semua mempersiapkan segala kemungkinan sebaik mungkin. Leo pergi menuju Rusia lebih dulu karena harus  menyiapkan senjata untuk pasukan bayaran yang di sediakan Greenwood Corp.

Selama disini tiga personil untuk wadah potongan Enuma Elish termasuk Khan, Shimazu dan Zhukov lebih sering berolah raga dan berlatih senjata. Menurut Leo, saat penyatuan Potongan Enuma Elish membutuhkan minimal 1 liter darah.

Leo juga bercerita itu adalah hal yang paling menyakitkan seumur hidupnya. Intinya, dibutuhkan stamina dan mental yang kuat.

Disamping itu, Zhukov mencari informasi mengenai Ta'ban Ahmer, Shimazu dan Khan masih berusaha menganalisis semua catatan yang ada.

Buku yang ditemukan Zhukov, prasasti dan buku di dimiliki El juga dokumen hasil foto dan video di penelusuran pertama ketika Bella, Shimazu dan Han terjebak. Sekecil apapun, informasi itu pasti akan berguna.

Sedangkan Bella hanya menonton TV dengan bosan. Semua administrasi sudah dikerjakan oleh  sekretaris Leo dan Khan. Ia mendesah lelah.

"Apa hanya aku yang tak berguna sekarang ?"

Bella memencet remot, memindahkan channel TV berulang kali. Tak ada yang menarik. Akhirnya ia mematikan televisi. Bella mengecek ponselnya dan memutuskan video call dengan kakaknya.

"Kamu masih inget keluarga? Kapan kamu pulang? bukannya kamu cuma magang 6 bulan ya ? kenapa belum balik juga? Kenapa harus-" Belum apa-apa kakaknya sudah mengomel di awal percakapan. 

"Kontraku di perpanjang. Berhenti mengomel! Suara kakak berisik banget" potong Bella

Gadis tersebut bercerita banyak mengenai apa yang ia kerjakan, kecuali perihal kutukan dan sebagainya. Begitupun dengan kakaknya, mereka melepas rindu layaknya saudara pada umumnya.

"Kamu tau? mama terkadang lupa kamu diluar. Pernah suatu hari dia masak nasi goreng tiga piring, terus dia nanya.." Suara kakak Bella masih berkicau di ponsel.

"Kok si Bella gak bangun-bangun ya? Pffthahahhaa.... aku bilang sama mama kan Bella gak di Indonesia ma, sumpah dia udah bawa gebukan kasur buat bangunin kamu."

Bella ikut tertawa. Yah.. mama nya kadang memang pelupa.

"AHAHAH.. dulu juga pernah begitu waktu kakak dinas ke Malaysia.  Inget gak? dulu kita sering banget ya di siram mama kalo mau upacara di sekolah"

"Iya bener banget" kakaknya mengangguk setuju.

Bella masih asik mengobrol menggunakan bahasa Indonesia, sampai ia tak menyadari ada pria di belakangnya yang menatapnya dengan penasaran. Ini pertama kalinya Bella menelepon seseorang di ruang tamu. Pria pula. 

"Ahh.. jadi kangen rumah. Kangen ke mall, hiking, nonton, kangen opor mama juga. Disini nyari opor susah banget" 

"Makanya cepet pulang sini. Jangan lama-lama disana, kamu juga belum kelar kulia-" ucapan kakaknya terjeda. Ia menajamkan penglihatannya.

"..Tunggu? Bella! Itu siapa di belakang kamu gak pake baju?"

Raut wajah kakak Bella tiba-tiba berubah ketika melihat seseorang di belakang Bella.

"Hah? siapa?" Bella mengerutkan keningnya.

Ia melihat bayangan seseorang di belakangnya. Pria rambut putih silver, tanpa memakai atasan. Hanya mengenakan celana pendek dan handuk kecil di lehernya. Tak lupa air mineral yang tinggal setengah lagi di tangannya.

"Bella, siapa yang kau telpon? Pacarmu?" Suara bass Zhukov yang bertanya padanya membuat Bella terkejut. 

Bella langsung menoleh, dan Zhukov tepat di belakangnya. Pria itu malah langsung duduk di belakang Bella, memeluknya dari belakang dan menaruh dagunya di bahu Bella.

Kutukan Dewi IshtarWhere stories live. Discover now