Bab 29 : Diamond Heart

1.5K 305 8
                                    

Italia, 2001

"Bianca, katakan padaku? Apa yang terjadi? Semua media mencarimu. Kau satu-satunya yang selamat dari insiden hilangnya anggota 'Ekspedisi angkatan 34'. Apa yang terjadi pada Ellie dan Rudolf?" Zed memberondongi Bianca dnegan berbagai pertanyaan.

Bianca bergetar ketakutan. Ia memeluk perutnya. Tak mengatakan sepatah kata pun. Zed duduk di samping Bianca. 

Zed mulai bercerita. Ia terkejut ketika tiba-tiba ada ledakan dalam tanah. Waktu di selidiki, kuil bawah tanah yang akan di telusuri menghilang. Seolah lempengan bumi bagian tersebut bergeser.

Ia dan Leo juga tak bisa menghubungi semua kru yang ikut masuk. Raib tanpa jejak. Hingga dua hari setelah para kru dinyatakan menghilang, tiba-tiba Bianca datang ke rumahnya dengan kondisi mengenaskan.

Tubuhnya kotor, ada banyak luka di lengannya. Itu artinya ia sudah mengeluarkan banyak darah. Lingkar matanya hitam dan ketakutan.

Zed membantu sahabatnya itu membersihkan diri. Selama di apartemennya, Bianca tak mengatakan apapun. Ia hanya memeluk perutnya sepanjang hari.

"Bianca, aku tak bisa membantumu kalau kau terus diam" Zed berupaya membuat Bianca buka mulut. Ia juga tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Bianca tak menjawabnya. Ia menangis sejadi-jadinya. Seolah semua perasaan sakit, menyesal dan takut keluar begitu saja dalam tangisan itu. Zed tak bisa melakukan apa-apa selain memeluk dan menenangkannya.

"Jadi.. sudah tenang?"

Bianca mengangguk. Ia mengelap sisa air mata di wajahnya dengan tisu.

"Apa yang terjadi? Apa yang harus ku bantu?"

Bianca terdiam. Ia menarik nafasnya, mulai berbicara.

"Aku.. hamil"

Zed membeku. Ia dan Bianca tak bisa memliki anak, kecuali berhubungan dengan pemilik 'karma'. Zed adalah satu-satunya.

"Apa itu anak ku?"

Bianca mengangguk kecil. Zed menghela nafas berat. Ia mengusap kasar rambutnya ke belakang. Ini memang bukan murni salahnya.

Bianca yang mematik api sedari awal. Tapi menyalahkanpun tak akan menyelesaikan apapun.

"Lalu apa yang terjadi si Al-Hillah kemarin?"

"Ada orang yang mengirim beast ke dalam kuil. Apa menurutmu itu mungkin?". Zed mengernyitkan keningnya.

"Aku dan Leo sudah berjaga sepanjang tempat. Tak ada satupun yang ikut masuk. Apalagi objek percobaan yang  gagal menyasar kesitu. Itu mustahil" Jelas Zed menyangkalnya.

"Dia seekor Bashmu dengan tiga kepala"

"Apa? Dia hewan yang selevel dewa. Tunggu.." Zed mengeluarkan beberapa dokumen di rak bacanya.

"Dia salah satu dari 11 monster yang di ciptakan Dewi Tiamat. Tapi.. bukankah Dewi Tiamat sudah mati oleh Dewa Marduk? " tambah Zed. 

"Zed, jika memang mereka sudah mati.. lalu apa yang terjadi padaku? pada Leo? Kita memiliki Potongan Ereshkigal dan Ishtar. Jika tiga potongan selanjutnya memiliki wadah yang cocok, memanggil dewa Marduk tidaklah mustahil"

"Lalu apa hubungannya dengan kita? Kenapa mereka mengincarmu?" 

"Mereka mengincar bayiku Zed! Ellie dan Rudolf menyadarinya. Mereka tak bisa menyerang Leonidas karena ia kuat.

Cukup hancurkan aku, maka semua persyaratan memanggil Marduk akan batal dan siapapun disana, yang bersekutu dengan Dewi Tiamat akan menang. Permasalahannya adalah.. bayiku..." Bianca menjeda kalimatnya. Ia menarik nafasnya untuk melnajutkan pembicaraannya

Kutukan Dewi IshtarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang