Bab 42 : Home

1.4K 330 17
                                    

Aku membuka kedua mataku. Hal yang pertama ku lihat adalah wanita paruh baya berambut hitam yang mulai beruban.

"Ma.. ma" lirihku.

Tubuhku lemas. Rasanya seperti sudah tidur berhari-hari. Aku menyentuh kepala mamaku.

Setetes air mata jatuh di mataku. Aku tak tahu mengapa.

Aku.. masih hidup.

Dan yang paling membuatku tambah ingin menangis adalah.. mama disampingku.

Aku... masih bisa melihat mama.

"Ma.. " lirihku.

Ku sentuh kepalanya yang tertunduk. Perlahan ia mengangkat wajahnya.

Mama menatapku yang baru bangun. Ia menangkup wajahku. Menangis, menciumi semua bagian wajahku. Mulutnya tak berhenti mengucap rasa syukur.

Aku tak bisa berkata-kata lagi. Hanya menangis begitu saja. Masih bisa melihat mama adalah anugrah tuhan yang paling ku syukuri saat ini.

"Terima kasih tuhan... Terima kasih sudah bangun, Bella.. terima.. Srek! Kasih" ucap mamah di sela tangisnya. 

Setelah menangis beberapa saat, mama kembali tersenyum.

"Mama akan panggil dokter. Kamu tunggu sebentar".

Ku lihat sekelilingku. Ruangan mewah bernuansa hotel ini menjadi ruangan rawatku. Apa ini di Indonesia? Aku tak tahu.

Kuarahkan pandanganku ke sofa. Disana ada Zhukov, Khan dan El yang tidur. Mama membangunkan Zhukov terlebih dahulu.

"Sir.. Bella sudah bangun" ucap mamaku.

Zhukov langsung bangun dan membuka matanya. Kantung matanya menghitam seperti pengidap insomnia parah. Masih dengan mata yang memerah, ia berlari ke arahku. Mengabaikan mamaku.

Mama juga ikut terkejut. Ia hanya menggelengkan kepalanya. Seolah memaklumi.

"Hah.. dasar anak muda" decak mama. Ia keluar dari ruangan dan memanggil dokter.

Anak muda dari mananya?

Apa mama tidak tahu pria yang barusan ia bangunkan itu sudah berumur 28 tahun? Kenapa juga mama malah keluar memanggil dokter disaat ada bell di samping bangsalku?

Aku ingin bicara, namun masih terlalu lelah. Ada banyak pertanyaan di benaku? Apa yang terjadi sebelumnya? Kenapa ketiga orang ini ada disini? Apa mama sudah tahu aku pacaran dengan Zhukov?

Zhukov duduk di sampingku. Rambutnya berantakan. Ia menyibak rambut yang menutupi wajahku. Mengusap pipiku.

"Apa ada yang sakit?"

Aku menggeleng. Satu tangannya menggenggam tanganku. Satunya lagi asyik bermain di wajahku.

"Kau tahu? Dua bulan terakhir, aku tak pernah absen dari kamarmu. Walau kakiku masih penuh perban dan jahitan, aku akan gila kalau tidak melihatmu" gumamnya.

Aku tersenyum tipis.

"Apa aku tidur selama itu?"

"Hm.. "

"Bagaimana dengan yang lain? Apa.. mereka baik-baik saja?"

Ia mulai naik ke atas bangsalku. Menggeser tubuhku dan memeluku seenaknya.

"Jangan khawatirkan orang lain. Khawatirkan saja aku! Aku pacarmu!"

Jidatku berkedut kesal. Cobaan apalagi ini? Baru saja bangun, aku harus menghadapi beruang yang merajuk.

Kutukan Dewi IshtarWhere stories live. Discover now