Bab 23 : Ekspedisi Angkatan 34

1.8K 333 22
                                    

"Zed.. tidakah ini seru?" Gadis berambut coklat melihat beberangkaian artefak dengan mata berbinar-binar.

Zeidan atau yang di panggil Zed itu mengangguk. Pria rambut dan mata hitam itu menatap Bianca, sahabatnya yang bersemangat menerjemahkan beberapa prasasti. Ia membuka selembar surat yang dikirim dari istrinya.

Hallo Zed.. Hari ini anak pertama kita lahir dengan selamat. Sayang sekali kamu tidak ada disini. Ada banyak hal yang ingin ku katakan, tapi aku tahan saja.

Kutunggu kepulanganmu dan jangan lupa siapkan nama untuk anak kita. Dia laki-laki yang sangat mirip denganku.

Darinah

Bianca mengintip isi surat yang di baca Zed. Melengokan kepalanya, berusaha ikut mmebaca di belakang Zed.

"Selamat Zed, akhirnya aku punya keponakan" ucap Bianca sambil menyentuh bahu Zed yang bergetar.

Bianca menggerakan kepalanya, menengok wajah Zed yang sudah menangis terharu.

"Oh man, kau menangis? ini hari kelahiran anakmu" Bianca meledeknya.

Zed mengusap air mata haru di kedua matanya.

"Aku senang sekali. Meski dia bukan darah dagingku, aku benar-benar menantikan kelahirannya".

Bianca mengangguk. Ia memberikan sapu tangannya pada Zed.

"Yah.. kau benar. Baik istrimu maupun anakmu, mereka beruntung memilikimu"

Zed terkekeh. Ia mengambil selembar kertas dan menulis balasannya.

Bianca meninggalkan Zed yang sibuk menulis surat balasan. Zed adalah pria Indo-Belanda yang besar di Indonesia. Ia lulus di usia muda dan melanjutkan S2 nya di Itali. Saat itulah ia bertemu dengan Bianca. 

Zed adalah pria yang bisa di percaya. Ia bisa mengerti apa yang di rasakan oleh Bianca, karena Zed sama sepertinya. Seorang yang mendapat 'Karma'. Ia seorang Kulullu atau Mermaid man. Hanya Bianca dan Leo yang tahu hal itu. Itu sebabnya Leo mempercayakan Bianca pada Zed.

Awalnya Bianca merasa Zed satu-satunya teman yang senasib dengannya. Perlahan pertemanan itu semakin erat sampai tak ada satupun rahasia di antara mereka. Bahkan Bianca tahu kalau identitas asli Zed di Indonesia adalah 'Rivaldy Zeidan". Hanya Bianca yan tahu. 

Harapan itu semakin hari semakin menumpuk seiring banyaknya kepedulian Zed terhadapnya. Walau ia tahu itu hanya perasaan sebatas adik-kakak, namun perasaan itu semakin hari semakin menuntut. Menginginkan sesuatu yang lebih dari teman. 

Ingatlah, Zed sudah dimiliki wanita lain. Dia.. bahagia dengan wanita itu. 

Zed berani mengambil resiko menikahi manusia. Tak pedulia ia tak bisa memiliki keturunan. Tak peduli wanita itu memiliki masa lalu yang kelam. Tak peduli wanitu itu mengandung darah daging pria lain. Zed, hanya mencintai istrinya.

Hal itu membuat Bianca cemburu. Persis seperti Ishtar yang cemburu terhadap Tamus, sang dewa panen. Tapi, ia terlalu pengecut untuk merebut Zed. Mengatakan bahwa ia juga menginginkannya. 

"Seorang suami dan anak... bisakah aku memiliki keduanya?" gumam Bianca.

Sekilas terpikir olehnya tentang memiliki seorang anak.  Umurnya tidak lagi muda. Teman-teman seangkatannya di kampus seperti Ellie Maxmillian sudah memilikinya. Begitupun dengan kembarannya Ellie, Rudolf Maxmillian.

Perkataan Leo membuatnya berfikir ulang mengenai pasangan. Baginya, menaruh hati pada seseorang hanyalah buang-buang waktu. Pada akhirnya, pria kaan meninggalkannya.

"Bianca, ada apa dengan wajahmu?" Tanya Leo sembari menghisap rokoknya. Ia duduk bersandar di sofa menyilangkan kakinya.

Bianca memutar bola matanya. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, menaikan kakinya ke atas sandaran sofa.

Kutukan Dewi IshtarWhere stories live. Discover now