12 : Hati yang Terluka

568 57 12
                                    

"Naya, apakah kamu mau jadi bintang utama di konser amalku?"

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di telinga Naya sampai ia tidak bisa tidur. Naya merasa kejadian kemarin itu seperti mimpi, mimpi indah yang tidak ingin ia akhiri. Ia bertanya-tanya tiada henti setelah kemarin Ares mengatakan hal itu. Apakah Ares bercanda? Apakah yang mengatakannya benar Ares si tampan itu? Apakah Ares sedang memintanya menjadi bintang utama di sebuah konser? Benarkah bintang utama?

Kyaaaaaaa.. ia ingin berteriak sekeras mungkin saking senangnya, tapi teriakan itu hanya bisa mengendap di dalam hati. Ia beberapa kali mencubit pipinya sendiri untuk menyadarkan diri bahwa ini bukan mimpi. Dan yang paling membuatnya senang, ia langsung menerima tawaran itu.    

-Flashback-

"Naya, apakah kamu mau jadi bintang utama di konser amalku?"

"Hah?" Naya masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Aku nggak budek kan?" batinnya.

Melihat ekspresi Naya yang keheranan, Ares tertawa dan mengangkat kedua tangannya sebatas dada, "Sorry, sorry. Aku bikin kamu bingung, ya?"

Naya menundukkan kepalanya dengan cepat, ia baru sadar bahwa sedari tadi ia terus menatap Ares.

"Mau gimana lagi, siapapun yang ngelihat senyumnya yang kayak magnet itu bakal betah lama-lama mandangin dia." Sebuah suara muncul di pikirannya. Belum sempat ia menenangkan detak jantungnya yang kacau karena senyum Ares, sebuah uluran tangan membuatnya terpaksa melihat wajah Ares sekali lagi.

"Aku Ares, kelas dua belas dua."

Dengan ragu, Naya menyambut uluran tangan Ares. "Na-Naya."

Ares mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya, "Ini syair lagu ciptaanmu, kan?"

Naya mengambil kertas itu, sekilas memeriksanya, lalu mengangguk. "Iya, gimana bisa kertas ini ada di Kakak?"

"Yang dateng waktu kamu sembunyi itu aku. Aku udah denger kamu nyanyi dan kamu memiliki suara yang indah."

Naya tersenyum, "Terimakasih. Tapi gimana Kakak bisa tahu kalau aku sembunyi?"

Ares tertawa, "Kalau nggak sembunyi lalu apa? Aku nggak ngelihat kamu keluar lewat pintu. Nggak mungkin juga kamu lompat dari jendela, kan?"

Naya menunduk lagi, ia tersipu. Naya merasakan darahnya mengalir dengan cepat, ia gugup.

"Suaramu itu benar-benar indah. Kau tahu? Ketika aku mendengarnya, aku ngerasa tenang, seperti berada di suatu tempat yang dipenuhi pohon dan menghirup udara segar, sambil mendengar gemericik air dan burung mencicit. Apa yang lebih menenangkan lagi dari itu?"

"Syukurlah kalau Kakak ngerasa begitu," ujar Naya.

"Makanya itu, apakah kamu mau nyanyi di konser amalku nanti? Konser itu bukan konser besar, kok. Konser itu diadakan dalam rangka menggalang dana buat panti asuhan anak berkebutuhan khusus. Dan lagunya juga nggak begitu sulit, aku sendiri yang akan mengiringi dengan piano dan beberapa tim orkestra."

"Kyaaa!! Udah Nay, terima aja langsung. Bintang utama lho." Suara di pikirannya muncul lagi. "Ini kesempatan buat deketin dia, Nay. Kapan lagi bisa deket sama cogan."

Mendengar kalimat terakhir, Naya menggeleng keras untuk mengenyahkan suara di pikirannya itu. Astaga, kenapa di saat kayak gini malah muncul setan.

Jewel In The King's HeartWhere stories live. Discover now