28 : Gladi Bersih

407 49 10
                                    

Nb : Part ini akan lebih panjang dari biasanya. Siapkan hati dan kopi selama membaca :D

*

Terdengar deru napas terengah-engah di ruangan persegi panjang yang penuh dengan alat-alat gym. Ares dan Elang berolahraga lari di atas treadmill elektrik masing-masing yang terletak berdampingan sambil mengobrol ringan, sesekali tertawa lepas akibat gurauan. Tak akan ada yang mengganggu di ruangan olahraga pribadi dalam rumah mereka. Setelah beberapa menit, Elang mengurangi ritme treadmill dan berjalan santai.

"Hei, sudah tak kuat berlari, heh?" Ares melirik adiknya, "kau kalah."

Elang mengatur napas, lalu tersenyum miring, "Aku memberi kesempatan padamu untuk menang, aku cuma mengalah."

Ares tertawa, kemudian memelankan ritme treadmill-nya dan mengimbangi adiknya berjalan santai. "Gimana dengan klubmu? Kudengar pemilihan ketua klub diundur sampai minggu depan?"

"Ya, rencananya malah dua bulan lalu, tapi diundur. Aku yakin aku bisa menang. Siapa lagi kandidat yang pantas menjadi ketua selain aku?"

Ares tertawa pendek mendengar ucapan adiknya. Suasana hening sejenak. Elang tenggelam dalam pikirannya. Bayangan kakaknya yang berlatih di ruang piano hingga kelelahan tiba-tiba muncul. Ia tak pernah melihat kakaknya memaksakan diri seperti itu, alasan itulah yang menyebabkan ia berubah pikiran dengan membiarkan Naya mendekati kakaknya, terlepas dari kecurigaannya tentang tujuan gadis itu untuk memanfaatkan kakaknya.

"Gimana dengan konsermu?" tanya Elang memecah keheningan.

Ares mengerutkan kening, tak biasanya Elang menanyakan tentang konsernya. "Besok gladi bersih dan besok lusanya D-day," jawabnya kemudian, "aku tak yakin akan menanyakan ini, tapi apa kau bisa datang waktu konser nanti?"

Elang tertawa, "Kakak tahu aku nggak akan tahan dengan acara macam itu. Apalagi duduk berjam-jam mendengarkan musik-musik yang-"

"Membosankan?" potong Ares.

"Well ... yeah. Lagipula aku nggak paham musik-musik klasik. Aku akan mati kebosanan di sana."

Ares tertawa, "Baiklah, kalau gitu, gimana kalau kau datang waktu gladi bersih besok? Ayah dan beberapa tamu undangan mungkin akan datang untuk melihat persiapan konser. Kau ingat Simon, temanku? Dia sudah pulang dari Jepang dan akan datang juga. Yah, meskipun tak datang ke konser, paling tidak, kau mampir waktu gladi bersih besok."

"Besok? Hmm ... besok ada pesta ulang tahun di rumah Ramon. Aku tak yakin bisa datang."

"Hmm ... begitu, ya." Ares manggut-manggut.

Elang melirik kakaknya, "Tapi ... mungkin setelah pesta Ramon aku akan menyempatkan datang."

Keheningan melanda selama beberapa saat. Ares menoleh, melihat adiknya yang masih fokus berlari kecil, entah kenapa tiba-tiba bayangan Naya muncul dalam benaknya.

"Kenapa kau membencinya?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja. Ia sering menahan diri untuk tak menanyakan itu, mungkin saat ini adalah waktu yang tepat.

Elang membagi pandangan antara kakaknya dan jendela kaca di depannya. "Kau bertanya padaku? Siapa yang Kakak bicarakan?"

"Naya. Kenapa kau tak berhenti mengganggunya?"

"Hah? Cewek itu? Yah ... dia yang menggagalkan rencana kaburku dari pesta ayah. Karena itu aku jadi kehilangan jabatan penting di Lyond, malah sekarang dipimpin oleh bajingan. Aku nggak bisa menerimanya."

"Itu tandanya kau nggak boleh bergabung dengan geng motor itu lagi. Tinggalkan saja geng itu."

Elang mematikan alat treadmill-nya, bersandar pada pegangan besi, dan menyeka keringat yang mengucur dengan handuk, "Aku nggak bisa meninggalkan teman-temanku di sana. Apalagi sekarang dipimpin oleh orang yang licik. Kalau aja cewek itu nggak mengacaukan semua."

Jewel In The King's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang