17 : Jatuh Cinta?

512 55 6
                                    

"Apa Anda sakit?" suara Yanu membuat Ares yang memijat pelipisnya dengan tangan bersandar di meja tersadar. Ares membuka matanya, kemudian menggeleng mantap.

"Saya sudah mengetuk pintu tapi Anda tak merespon, jadi saya langsung masuk."

"Tak apa. Ada perkembangan apa di pabrik?"

Yanu menyerahkan berkas yang dibawanya kepada Ares yang kemudian langsung diperiksa Ares. Yanu mengernyit memperhatikan sikap Ares sedikit aneh.

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Yanu. Sejak memutuskan bekerja dengan Barata, anggota keluarga Gunadarma yang akrab dengannya adalah Ares.

"Tidak," jawab Ares singkat tanpa mengalihkan perhatiannya dari berkas yang diperiksanya.

"Aku bertanya sebagai temanmu, bukan sebagai bawahan ayahmu."

Ares menghentikan gerakannya membolak-balik kertas, kemudian ia menutup berkasnya dan meletakkannya bersama tumpukan kertas di mejanya. "Hanya... entahlah, Paman."

Yanu tersenyum samar, kemudian duduk di depan meja kerja Ares, membuatnya duduk berhadapan dengan anak dari bosnya itu. Kalau tidak ada keperluan kerja, Ares memanggilnya dengan sebutan 'paman'. Mereka kadang berbagi cerita, Yanu tahu bahwa Ares tertekan harus dituntut sempurna oleh Barata meskipun tak secara langsung bercerita. Karena itu, Yanu sedikit merasa iba dan terkadang membantu pekerjaan Ares hingga membuat mereka akrab.

"Apakah seorang gadis?"

Ares terhenyak, kemudian tertawa singkat. "Paman benar-benar mengikuti perintah ayah untuk mengawasiku?"

Yanu tertawa tak bersuara, "Jadi benar ya seorang gadis?"

Ares melemparkan tatapan bertanya. Seakan tahu maksud tatapan Ares, Yanu berdehem. "Aku hanya asal menebak, anak buahku tak mungkin mengawasimu sampai dalam kelas, mereka hanya tahu selama kau di sekolah berarti kau aman. Kecuali kalau kau pergi ke luar area sekolah, kadang aku menyuruh mereka mengikutimu untuk memastikan kau aman."

"Aku tak bisa paham sebenarnya bahaya apa yang sedang ayah khawatirkan sampai harus mengikuti kami."

"Kau tahu sejak perampokan itu Tuan tak berhenti menghawatirkan kalian. Hanya itu yang beliau bisa lakukan untuk melindungi kalian. Nikmati saja, itu sudah menjadi resikomu sebagai pewaris Gunadarma Group."

"Kadang aku penasaran apa saja yang kau laporkan kepada ayah."

"Yah... tak banyak, hanya melaporkan kemana kalian pergi dan bergaul dengan siapa saja kalau sedang di luar. Kalau kau tak begitu membuat masalah, hanya Elang yang harus diawasi lebih ketat karena bergabung dengan geng jalanan itu."

Kening Ares mengkerut, "Ayah tahu?"

"Well, yes... tapi aku masih sedikit menutupi bagian-bagian yang parah, seperti ada beberapa anggota mereka yang menjual ganja."

"Ganja? Kalian tahu, tapi tak membubarkan geng itu dan malah membiarkan Elang?"

"Elang tak terlibat, aku sangsi dia tahu ada anggotanya yang menjual ganja. Dan soal Elang, itu adalah tugasmu, kau harus bisa membuatnya keluar dari Lyond. Tuan mempercayakan itu padamu. Yah... kalau kau tetap gagal, berarti Tuan sendiri yang harus bertindak. Kami hanya bertugas mengawasi agar tak ada gerakan yang dapat merugikan Elang."

Ingatan Ares melayang saat Elang dimarahi habis-habisan minggu lalu, "Kalau benar begitu, harusnya kau bisa menghentikan tawuran geng itu minggu lalu."

"Kami bertindak karena perintah, Res. Tuan ingin memberi pelajaran kepada Elang. Tapi, memarahinya pun tak ada gunanya."

Ares mengangguk samar, "Aku akan bicara padanya."

Jewel In The King's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang