44 : Cemburu

256 27 1
                                    

Siapkan waktu dan suasana tenang untuk membaca 2k lebih kata di part ini :)

"Ciee, senyum-senyum sendiri," Hara menyenggol lengan Naya yang sedari tidak merespon candaannya dengan Dini dan Eli, "mikirin siapa sih, Nay?"

"Naya lagi mikirin seseorang kali, Ra, masa nggak tahu?" sahut Dini.

"Itu loh, Ra, pasti mikirin orang yang ngasih gantungan kunci yang sekarang ngegantung di tasnya Naya," imbuh Eli.

"Cieee..." teriak ketiganya serempak diiringi tawa menggelegak.

Naya tampak salah tingkah, ia merasa pipinya kini pasti memerah. Naya mengedarkan pandangan ke sekitar, banyak pengunjung mall yang sedang menikmati makanan di Food Court memperhatikan mereka. "Duh, sstt... kalian berisik banget, orang-orang pada ngelihatin, tuh."

Mengabaikan omongan Naya, ketiganya malah semakin menggoda. Naya hanya bisa salah tingkah ketika itu terjadi. Ia tahu bahwa godaan teman-temannya adalah resiko ia bercerita tentang Elang. Awalnya ia memang tak mau bercerita tentang perasaan anehnya terhadap sikap Elang. Ia tak mau kegeeran menyalahartikan sikap Elang, lebih tepatnya adalah ia tak mau jatuh dalam pesona cowok itu, cowok yang dianggapnya seperti Arjuna, Sang Lelananging Jagad. Ia berusaha menyangkal perasaan, tapi tak semudah perkiraannya. Ia sadar bahwa perasaannya tak akan mudah hilang ketika merawat Elang yang sedang sakit di kafe. Saat itu, ia seakan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan cowok itu.

"Kak Elang ternyata udah nggak rese kayak dulu, ya." Ucapan Dini membuat lamunan singkat Naya membuyar.

"Kayaknya dia aslinya emang baik, Naya aja sering ditolongin, kan? Waktu gladi bersih, festival sekolah, terus pas Naya dijahatin kak Zizi di kantin," imbuh Eli.

"Terus pernah ngajak Naya ke pesta barbeque juga, iya, kan, Nay?"

Naya hanya menjawab dengan senyum rikuh, apa yang bisa dikatakannya lagi? Semua yang dikatakan teman-temannya memang benar. Elang memang tak semenjengkelkan dulu, bahkan sekarang cowok itu selalu memenuhi benaknya. Seperti tadi misalnya, entah kenapa pikirannya melayang ke cowok itu, padahal ia sedang hangout bersama teman-temannya. Ucapan Elang yang memintanya menunggu sampai cowok itu kembali benar-benar membuatnya penasaran.

"Eh, kira-kira yang mau diomongin kak Elang apa, ya? Kayaknya penting banget gitu sampai nyuruh kamu nunggu, Nay."

Naya menggeleng, "Nggak tahu, El."

"Jangan-jangan dia mau nembak kamu, Nay?"

Naya sontak tersedak jus yang sedang diminumnya. Bukannya prihatin dengan Naya, teman-temannya malah heboh sendiri.

"Bener tuh, El. Kayaknya kak Elang mau nembak Naya."

"Ya ampun, so sweet banget, habis pulang dari luar negeri langsung nembak cewek."

Hara menjerit tertahan, "Pasti bakal romantis banget."

"Kira-kira Naya bakal dikasih apa, ya?"

"Ya ampun, ini bakal jadi momen paling manis, tahu."

Naya hanya memutar bola mata mendengar kehebohan teman-temannya. Kalian berlebihan banget, sih, batinnya. Tapi kalau bener dia nembak kamu, kamu bakal gimana? Suara dalam benaknya tiba-tiba muncul. Jantungnya mulai berdebar-debar lagi.Duh, apaan sih? Ia segera mengenyahkan suara hati kecilnya.

"Kalau kak Elang beneran nembak, kamu bakal terima nggak, Nay?"

Naya terhenyak, pertanyaan Hara seakan menyuarakan hati kecilnya.

"Hah? Eng... apaan sih? Tau, deh."

"Cieee, salting."

"Kita lihat aja nanti waktu kak Elang balik. Tapi, kak Elang balik kapan, Nay? Kamu nggak chat-an sama dia?"

Jewel In The King's HeartWhere stories live. Discover now