27 : Rencana C

421 48 6
                                    

"Arghh!!! Dasar cewek nggak tahu diri!!" teriak Tiara dengan kesal. Tangannya mengepal dan kakinya dihentakkan keras. "Sekarang malah Elang ikut-ikutan bela dia. Dia pake dukun apa gimana, sih?"

"Sorry, Ti. Kita juga nggak bisa bantu kamu lagi. Elang ngancam kita dan kita udah nggak bisa berbuat apa-apa," ujar Ayu.

Tiara mengedarkan pandangan ke arah Ayu, Vira, dan Arlin kemudian beranjak menuju jendela ruang padus, matanya menerawang pemandangan di luar. Menggerang kesal, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia marah, frustasi, kesal bercampur aduk mengingat usaha yang dilakukannya selama ini terbuang sia-sia dan keinginannya untuk tampil di konser Ares tidak terkabul. "Bodoh!" air matanya mulai mengalir dan ia terisak, "Ares bodoh!"

Ayu, Vira, dan Arlin saling berpandangan, tampak iba dengan Tiara, teman mereka yang gagal mereka bantu. Perlahan mereka mendekati Tiara, Ayu mengusap pundak gadis yang sedang menangis itu.

"Sabar ya, Ti. Aku yakin bakal ada banyak kesempatan buat tampil di konser Ares selanjutnya. Ini bukan konser terakhirnya."

"Nggak, Yu! Udah lama aku pengen tampil di konser amal itu. Ayahku dan kolega paman Barata akan diundang. Jarang banget kolega-kolega paman Barata diundang ke konser Ares. Aku harus bisa menunjukkan bakatku di depan mereka dan kapan lagi aku dapet kesempatan itu?"

Juga untuk menunjukkan bahwa aku pantas bersanding dengan Ares, imbuh Tiara dalam hati. Ia paham bahwa ayah Ares pasti memilih yang terbaik untuk calon istri Ares suatu hari nanti. Ia harus bersaing dengan putri-putri dari keluarga pebisnis lain yang juga tak kalah bertalenta. Ia bertekad mengambil hati keluarga Ares dengan menunjukkan bakat dan kedekatannya dengan Ares dimulai seawal mungkin, ia berharap kelak dapat menyatukan keluarganya dan keluarga Gunadarma. Selain karena ia menyukai Ares, ayahnya juga menginginkan bersatunya perusahaan Suroso dan Gunadarma.

"Kakak masih ada kesempatan, kok."

Sebuah suara membuat Tiara berbalik dan mendapati Zizi yang muncul dari luar ruang padus. Gadis itu perlahan menghampirinya. Ketika sampai di hadapan Tiara, Zizi melipat tangan, sedangkan seringai kecil menghiasi wajahnya.

"Kalau plan A gagal, masih ada plan B, kan?"

"Plan B?" Tiara tertawa pendek tak bersuara, "kita sudah melakukannya, Zi. Plan A kita dengan mempengaruhi Elang untuk mengancam cewek itu dan nggak mempan, setelah itu kita melakukan plan B, memforsir suara Naya setiap hari dengan latihan padus, tapi itu nggak efektif, minggu depan konser Ares udah gladi bersih dan Ares udah memintaku untuk mengizinkan Naya nggak ikut latihan padus sampai minggu depan."

Zizi tertawa, "Ya elah, Kak. Masih ada plan A sampai Z kali. Kalau rencana A dan B gagal, berarti kita harus melakukan plan C, kan?"

Tiara, Ayu, Vira, dan Arlin saling berpandangan. "Plan C? Apalagi rencanamu, Zi?" tanya Ayu.

Zizi mengeluarkan sebuah botol obat kecil berisi bubuk putih dan menunjukkannya, "Dengan ini."

Mata Vira menyipit untuk melihat tulisan pada kemasan botol, "Sodium Cyclamate. Wah, jangan bilang kalau...."

Arlin menghela napas panjang, "Tetep aja nggak efektif, Zi. Pemanis buatan emang beresiko bikin batuk dan suara serak. Tapi kita kan nggak tahu dia tahan atau enggak sama pemanis buatan. Kalau imun dia tahan, nggak bakal ngefek meskipun kita udah bikin dia minum itu."

Zizi memutar bola mata. "Memangnya Kakak ada ide yang lebih baik? Kalau pengen manjur seratus persen ya bikin dia minum sianida." Pandangannya beralih ke Tiara, "Emang kemungkinannya fifty-fifty. Tapi lebih baik daripada nggak nglakuin sesuatu sama sekali, kan? Aku yakin kok latihan padus kemarin sedikit banyak pasti ada efek. Tiap hari kan Kakak udah bikin dia teriak-teriak nyanyi. Lagipula, kekebalan tubuhnya juga pasti berkurang karena jadwal latihan nyanyinya padet."

Jewel In The King's HeartWhere stories live. Discover now