15. Prioritas

126 34 261
                                    

Hai hai!

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Hai hai!

Udah siap baca chapter 15?

Jangan lupa vote dan komennya, yuk yang sider muncul <3

🦋 Happy reading y'all 🦋

❄️❄️❄️

Tumpukan buku-buku pelajaran yang tebalnya bikin malas belajar memenuhi meja kaca persegi panjang di ruang tamu. Gadis dengan kaos putih yang kebesaran di tubuhnya tengah mengeluarkan beberapa alat tulis dari tempat pensil berwarna black gold.

Bola mata coklat tua itu melirik buku-buku di atas meja. Ia sedang menimbang niatnya untuk belajar. Mungkin kalau itu tumpukan novel gak akan jadi beban, beda lagi kalo tumpukan itu isinya buku pelajaran semua.

Beginilah risiko punya pacar ambisius. Namun, ketika cowok berbadan tinggi dibalut seragam sekolah putih putih itu memasuki rumahnya, semangat belajarnya langsung melambung naik.

"Maaf ya lama," ujar Azka, ia mendaratkan bokongnya di atas karpet berwarna merah marun. Tangannya bergegas melepas tas di pundak dan meletakkannya di samping tubuhnya.

Diva menggeleng. Mereka memang sudah buat janji belajar bareng jam satu siang tepat, tapi ternyata Azka malah datang telat tiga puluh menit.

"Gak apa-apa. Kamu dateng aja aku udah seneng," jawab gadis itu diakhiri dengan senyum yang mampu menghipnotis Azka.

Azka mengambil buku paket geografi yang berada di tumpukan paling atas. Lembar demi lembar ia buka hingga menemukan halaman yang dicari.

"Gimana hari ini?" Pertanyaan yang mungkin terdengar sepele tapi bisa berdampak besar untuk sebagian orang.

Gadis berambut pendek sebahunya itu mengetuk meja dengan pulpen,"Not bad. Tadi aku sempet marathon drakor sambil nunggu kamu."

Azka menatap gadis di sampingnya sebentar, setelah itu ia memulai pelajaran hari ini.

Fakta yang harus kalian ketahui bahwa Diva sebenarnya memutuskan untuk tidak lagi sekolah sejak dua tahun yang lalu. Gadis itu juga sempat homeschooling, tapi baru beberapa bulan ia berhenti.

Melihat Diva yang tidak sekolah membuat Azka berinisiatif untuk membantu kekasihnya itu belajar dari rumah. Cowok itu tidak pernah sedikitpun mengeluh mengajarkan Diva pelajaran sekolah.

"Sekarang kita masuk ke bab Biosfer. Kamu tau apa itu Biosfer?" Azka menutup buku paket tersebut dengan menjadikan tangan kanannya sebagai pembatas di halaman yang ia buka tadi.

Manik mata Diva menatap langit-langit atap ruang tamu, tengah berpikir karena sepertinya tadi ia membaca bab itu. "Lapisan tempat makhluk hidup dapat melangsungkan kehidupannya. Bener?"

AMOURDonde viven las historias. Descúbrelo ahora