4. Peringatan Pertama

198 99 96
                                    

Hola! How's your day?

🦋 Ready to read? Happy reading 🦋

Ꮺ ָ࣪ ۰ Amour ‹!

"Alana!"

Panggilan itu tertuju untuk Sekar. Segera gadis itu menoleh ke sumber suara. Seketika waktu seakan berhenti, jantungnya berdegup begitu kencang. Keringat dingin bercucuran di leher. Tidak sekalipun ia menyangka bisa bertemu orang itu disini.

Sekar meremas rok abu-abunya kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Shaka yang melihat jari Sekar pun melotot tak percaya.

"Ga-gavin," bisik Sekar gugup.

Shaka yang sedang mengunyah kentang terdiam dan ikut mendongak untuk melihat siapa pemanggilnya. Otaknya memberi sinyal kalau pria itu bukan orang baik untuk Sekar.

Gavin menarik kursi di meja lain, dan menggesernya hingga dekat dengan Sekar. "Aku gak nyangka kita bisa ketemu di sini, aku mau jelasin satu hal," ujar pria berjaket levis dengan wajah sumringah.

Tangannya menumpuk ke atas tangan Sekar yang berada di atas meja, lantas sang empu buru-buru menarik tangannya dan menyembunyikannya di atas paha.

Shaka pun mendapat sinyal lagi dari otaknya kalau Sekar terlihat butuh pertolongan. Lantas ia memukul tangan Gavin. "Bukan muhrim ih, pegang-pegang gitu," celetuk Shaka, meskipun tak tahu Gavin itu siapa.

Sekar merapikan barang-barangnya yang tergeletak di meja, memasukkannya ke dalam tas dan bangkit dari duduknya. "Shak, pulang aja yuk." Berdiri setelah barang-barangnya masuk ke tas.

Gavin ikut-ikutan berdiri, menarik tangan Sekar untuk mencegah wanita itu pergi. Karena sudah lama sekali ia ingin bertemu dengan Sekar.

"Kita belum bicara Alana, aku mau bilang kalau aku nepatin janji aku buat ketemu kamu lagi." Nampaknya Sekar mulai jengah dengan Gavin.

"Stop ya! Kita udah gak ada apa-apa lagi, Vin. Stop panggil gue Alana! Nama panggilan gue Sekar," terang Sekar, ia menarik tangannya dengan kasar dari pegangan Gavin.

"Kita belum selesai, Alana! Kamu gak inget dulu—" Ucapan Gavin terpotong ketika Sekar menyerobot pembicaraannya. Kedua mata wanita itu sudah berkaca-kaca, tapi ia masih sanggup menahannya untuk tidak keluar.

Kali ini amarahnya akan ia keluarkan agar pria itu mengerti keadaan yang sekarang. Sudah tidak peduli lagi kalau itu di tempat umum, karena kalau ditahan-tahan yang ada tuh cowok malah makin ngejar Sekar.

"STOP BAHAS-BAHAS MASA LALU, GAVIN! MAU LO APA SIH? GUE UDAH GAK MAU KETEMU LO LAGI! MUAK!" Suara gadis itu sungguh mengejutkan pengunjung kafe lainnya.  Banyak dari mereka yang merasa terganggu ketenangannya, tapi tak sedikit pula yang menonton keributan itu.

Shaka terkejut saat Sekar berteriak dan air matanya  berhasil lolos, tak kuasa menahannya lagi. Sontak ia maju dan mendorong tubuh Gavin, membuat tubuh Gavin sempoyongan mendapat serangan yang tiba-tiba.

"Gue gak tau ya lo itu siapa. Gue juga gak tau apa masalah lo sama Sekar, tapi gue gak suka ya lo buat cewek nangis. Jangan ganggu Sekar lagi! Ini peringatan pertama buat lo!" tegas Shaka tidak terima bantahan atau perdebatan lainnya. Omongannya tadi mutlak, tidak bisa diganggu gugat.

Napas Shaka memburu. Tatapannya sangat tidak bersahabat. Segera ia merangkul Sekar dan membawanya keluar dari kafe seraya membawa barang-barangnya. Ia mengusap bahu Sekar.

Gavin yang masih di dalam kafe, mengepalkan tangannya kuat. Dalam hatinya, ia yakin ia akan mencari Shaka untuk tau siapa dia dan melawannya karena dengan berani melawan Gavin.

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang