16. Belajar Bareng

118 28 284
                                    

❝Tidak ada yang salah dalam berpendapat, so ekspresikan pendapat terbaikmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝Tidak ada yang salah dalam berpendapat, so ekspresikan pendapat terbaikmu.❞–Amour

♪Brave–Sara Bareilles

🦋 Happy Reading y'all 🦋

Pria dengan celana pendek selutut tanpa baju yang membalut tubuhnya, hanya menampakkan otot-otot lengan yang kekar itu tengah berdiri di depan halaman rumah sambil menggendong bocah usia lima tahun.

Sambil menggendong Gema–adik tirinya–tangannya pun aktif menyiram tanaman dengan selang air yang begitu panjang. Bocah yang digendongnya itu juga anteng memerhatikan aktivitas pria tersebut.

"Gema, Aa udah kayak sugar daddy belum?" tanya Shaka lagi-lagi dengan kepedeannya.

Gema yang memang sudah paham sedikit-sedikit kosakata bahasa Inggris, ia menggeleng. "Ayah gula? Bang Shaka udah jadi ayah? Anaknya mana?"

"Eh, bukan gitu atuh ganteng. Hm, gimana ya?" Shaka menurunkan adiknya itu kemudian mematikan kran air.

Azka pun muncul dari balik pintu rumah, di tangannya terdapat bola basket yang siap ia mainkan.

"Ada-ada aja lo, Shak. Emangnya Gema ngerti kayak gituan." Azka melempar basket tersebut kepada kembarannya itu yang tengah mengusap wajahnya dengan handuk kecil.

Shaka dengan sigap menangkap bola yang mengarahnya,"Gema masuk ya, nanti Aa nyusul."

Gema mengangguk dan berlari memasuki rumah.  Dilanda mood yang tidak baik, cowok tanpa baju itu membuang sembarangan basket tadi. Ia malah duduk di kursi dan memainkan ponselnya.

Azka mengernyit,"Kenapa lo?"

"Delete your Whatsapp photo profil!" perintah Shaka dengan ketus.

"Why?"

"Gara-gara lo nelpon tadi, gue hampir ketauan kalo punya kembaran."

Azka duduk di samping adik kembarnya,"Maksudnya?"

"Lo itu anak pinter, gak usah sok gak ngerti maksud gue." Shaka menyudahi aktivitasnya mengecek beberapa sosial media yang ia punya.

Merasa dingin karena angin sore yang berembus, ia memakai kaos merah marun yang sejak tadi menggantung di penyangga kursi.

Setelah mencerna perkataan Shaka barusan, Azka melemaskan pundaknya. Ia mengulum bibirnya yang kering dan menatap lurus ke depan.

"Iya nanti gue hapus," sahut Azka pasrah. Jari jemarinya bertaut satu sama lain.

Shaka berdiri dari duduknya dan meraih secangkir teh di atas meja, berniat membawanya ke dalam rumah. "Jangan nanti, sekarang!"

Setelah kembarnya itu benar-benar masuk ke dalam, Azka menuruti permintaan Shaka tadi. Kadang-kadang cowok itu bersyukur terlahir memiliki adik laki-laki kembar. Tapi gak jarang juga ia menyesali takdir Tuhan yang membuatnya lahir kembar.

AMOURWhere stories live. Discover now