24. (Bukan) Shaka

73 22 324
                                    

Hai! Kalau kamu baca ini,jangan lupa vote-nya yaa🌟

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai! Kalau kamu baca ini,
jangan lupa vote-nya yaa🌟

🦋Selamat Baca🦋

Selepas mengikuti kegiatan belajar mengajar dari jam tujuh pagi sampai jam dua siang, Shaka bersama tiga temannya melipir ke warung Umi untung melepas penat. Mereka adalah pelanggan setia di warung Umi, bahkan sampai menjadikan tempat itu tempat ngumpul kalau mau bolos. Umi, sebagai pemilik warung pun tidak keberatan atas hal itu.

Pria dengan seragam sekolah berwarna coklat atau pramuka duduk di sebuah kursi kayu panjang sambil mendumel. Ia menenggak habis segelas es teh-nya yang baru lima belas detik mendarat di tangannya.

"Gue pusing. Nyokap gue marah mulu gara-gara nilai gue di pelajaran bahasa Inggris jeblok," adunya sambil mengacak rambut, "padahal udah berusaha, ya ... meskipun cuma dapet nilai 40, tapi itu 'kan lebih dari cukup, ketimbang dapet telur mata sapi alias nol."

Aufa yang membawa Icha ke warung pun melempar Bumi dengan kulit kacang, "Nilai 40 lo bilang lebih dari cukup? Edan!" celetuk Aufa.

"Emang kenapa, sih? Bilang aja lo iri gak pernah dapet nilai segitu." Kali ini Sadam yang membalas, Bumi dengan Sadam memang 11 12.

Bumi menatap teman-temannya itu bergantian, "Gue harus gimana lagi biar dapet nilai tinggi?"

Sadam menyikut lengan Bumi, "Nyontek ke Shaka sama Aufa lah. Segila itu lo mikirin biar dapet nilai bagus, padahal kita punya temen yang cerdas," tutur Sadam sambil menaikturunkan kedua alisnya.

"Be. La. Jar." Shaka menyahuti. Pria itu muncul dengan sepiring mie goreng pedas di tangannya.

"Jangan nyontek mulu. Nanti kebiasaan selalu bergantung sama usaha orang, dengan gampangnya lo tinggal nikmati hasilnya," jelas Aufa lagi, itu membuat Sadam nyengir. Berbeda dengan Bumi yang sekarang sedang merecoki Shaka makan.

Sebelum bertutur, Sadam menyeruput minumannya di gelas. "Masalahnya, gue sama Bumi itu kalau belajar gak ada satupun yang nyangkut. Nih otak kayaknya cuma berat-beratin kepala kita doang, ya, Mi?" Bumi menyetujui kalimat Sadam barusan.

"Belajar lo gak niat. Mindset lo juga perlu diubah. Dari yang tadinya bisa, jadi harus bisa. Segala hal yang lo lakuin itu tergantung niat sama mindset lo," ungkap Shaka sambil menggulung mie di garpu.

Sekarang Aufa yang berbicara, "Kita ini udah kelas 11, sebentar lagi jadi si paling senior. Harus serius dari sekarang, mulai dari yang terkecil. Misal, perhatiin guru kalau lagi ngajar di kelas. Lo berdua kerjaannya melengos terus."

Bumi tersedak mie setelah mendengar kata 'melengos terus'. Ia menepuk-nepuk dadanya dan menyambar minuman Sadam untuk menurunkan mie yang nyangkut di tenggorokannya.

"Yeee ... lo berdua juga kadang suka melengos. Enak aja kita dibilang melengos terus," balas Bumi kepada Aufa dan Shaka, ia tidak terima akan hal itu.

AMOURWhere stories live. Discover now