22. Sibling Rivalry

57 22 166
                                    

❝Dunia dan seisinya itu jahat bagi siapapun yang merasakan kejahatan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dunia dan seisinya itu jahat
bagi siapapun yang merasakan kejahatan itu.Jadi, tolong bersyukur kalau kamu mendapat banyak kebaikan.❞-Amour

♪Slipping through my fingers-ABBA

🦋 Happy reading 🦋

Kondisi ibu kota sore ini terlihat segar akan pepohonan dan jalanan yang basah karena hujan turun 20 menit yang lalu. Petrichor menyeruak indra penciuman.

Wanita berambut pendek sebahu dengan rok abu-abu sekolah beserta crewneck hitam tengah berjalan berhati-hati menghindari genangan air. Lima langkah lagi ia akan sampai di sebuah warung tongkrongan Shaka dan teman-teman.

Setelah lima langkah itu, ia masuk ke halaman depan warung dan memeriksa roknya barangkali terkena cipratan genangan air. Seorang pria langsung menyambutnya dan memberikan tisu.

"Shaka mana?" tanya Icha pada Aufa. Hal itu membuat si pria sedikit kata itu menunjukkan raut wajah kesal.

"Gue gak niat selingkuh. Cuma—"

Aufa menyelanya, "Cuma mau mendua?"

Icha geleng dengan cepat. Hingga akhirnya manusia yang ia cari muncul dengan sendirinya. Dari gerak-geriknya, sepertinya pria itu hendak pergi. Icha segera memanggil Shaka dan menarik pria itu menjauh dari warung. Aufa hanya berdecak sebal dan kembali berkumpul bersama teman-temannya yang lain.

"Ada apa, Cha?" tanya Shaka heran.

"Lo dari tadi di sini?" Icha balik bertanya. Kemudian Shaka menjawabnya dengan kedua alis yang naik. Icha mengabsen penampilan pria jangkung itu dari atas sampai bawah.

"Dari pulang sekolah lo di sini? Gak kemana-mana gitu?" Icha bertanya dengan hati-hati.

"Iya, Cha," jawab Shaka jujur.

Icha menatap netra coklat Shaka dengan lekat. Tak ada raut kebohongan yang terpancar. Hanya ada raut wajah kebingungan dari Shaka. Icha juga tengah menimbang apakah harus bertanya sesuatu yang ia penasari atau lebih baik tidak usah.

Ah, dari pada menyesal tidak bertanya, lebih baik menyesal bertanya. "Tadi gue ke minimarket, liat lo sama cewek yang sama gue temui waktu di tempat makan sushi. Gue panggil nama lo, tapi gak noleh."

Penjelasan Icha tadi membuat kening Shaka mengerut. Pria itu nampaknya tengah mengingat-ingat aktivitasnya hari ini.

"Oh iya! Tadi gue emang sempet ke minimarket,sih. Lo manggil? Sorry ya, gue gak denger," jawab pria berseragam putih abu-abu itu, menghindari kontak mata dengan Icha. Shaka menggaruk pelipisnya.

Icha mengangguk samar. Ia menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang daun telinga.Gadis itu mengabsen penampilan pria di hadapannya dari atas sampai bawah. Menyelidiki gelagat pria itu yang terlihat tidak nyaman. Icha berhenti menyelidik ketika ponsel Shaka berbunyi ada telepon masuk. Dan Shaka langsung mengangkatnya.

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang