Prolog

16.4K 1.1K 36
                                    

"Tidak usah menungguku makan malam." seperti biasa, dingin dan enggan menatap ketika bicara pada istrinya.

"Ulang tahun Sam." Ria tahu suaminya tidak lupa.

"Aku tidak bisa pulang awal, kado-nya menyusul."

Jika sudah seperti itu Ria tidak akan bicara lagi, Wira pergi dan dia juga bersiap akan ke kantor.
Jangan harap ada adegan cium tangan, Wira tidak akan suka.

Memasuki usia matang rumah tangga yang harusnya sedang hangat-hangatnya apalagi anak-anak sudah pulang karena libur, malah tak berwarna. Sudahlah apa yang mau diharapkan, anak-anak juga sudah besar sudah paham dengan hubungan mereka seperti apa.

Ria mengetuk pintu kamar putra sulungnya. "Bibi pulang jam sepuluh Sam, bangunlah."

Bukan hari libur karena itu tidak bisa menemani Sam sarapan, tapi Ria sudah menyiapkan surprise untuk pagi istimewa ini.

"Mama berangkat."

"Iya." Sam kembali tidur.

"Mama tinggal ya, bangunkan mas-mu." Ria mengusap sayang kepala putra bungsunya.

"Baik."

Tidak pernah salah memiliki mereka tidak juga salah menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri.

Dua minggu ke depan Ria tidak akan kesepian karena ada anak-anaknya di rumah mungkin dia juga akan mengajak kedua putranya memancing atau melakukan hal menyenangkan lainnya.

Keadaan sudah seperti ini tidak ada yang perlu ditangisi apalagi menguras emosi, sia-sia karena dia sudah melewati masa tersebut.

Adakah kata yang hebat untuk menggambarkan kecewanya? Sepertinya tidak ada lagi karena semua sumpah serapah sudah dikeluarkan tapi Wira tidak pernah peduli.

Mungkin wanita di luar sana akan bertanya jika saja mengetahui tentang hubungannya dengan Wira, apa yang kurang dengan seorang Durriya Asyirani? Pengacara handal dan cantik dikenal oleh semua orang tapi diselingkuhi oleh suaminya?

"Kita dipihak tersangka?" sangat berlawanan dengannya tapi harus profesional.

"Tanyakan Yudha, bisakah kasus ini dilimpahkan padanya?"

"Klien maunya kamu."

Terkutuklah laki-laki di muka bumi ini, mereka lupa lahir dari rahim seorang ibu? Kenapa dengan beraninya menyakiti hati perempuan?

"Akan kupelajari kasusnya." Ria keluar dari ruangan rekan sejawatnya, ada seseorang yang harus ditemui di sebuah hotel.

Tidak lupa membawa serta dokumen kasus karena dia tidak tahu akan berapa lama berada di luar.

Tidak ada yang menuntutnya mandiri, semua dilakukan atas kemauan dan kepentingannya sendiri.

Tiba di hotel seorang wanita melambai ke arahnya.

"Maaf terlambat."

"Santai saja," kata Tyas, wanita yang memintanya datang,

Ria mencium parfum yang sama dengan milik suaminya akhir-akhir ini semakin dekat dan harum itu semakin kuat menusuk hidung.

Benar, itu wanita suaminya. Melihat sekilas karena tidak ingin menarik perhatian wanita itu.

"Ada apa?"

Ria mengatakan tidak apa-apa dan meminta Tyas bicara.

Ria tidak berhak menilai seperti apa wanita simpanan Wira, dia juga tidak ingin menemui apalagi memohon padanya.

Pembicaraan tentang wanita itu sudah selesai dan seperti kata Wira dia menurut untuk diam.

"Kamu mengenalnya?"

"Mungkin kamu lebih tahu dibandingkan orang lain."

Benar Tyas salah seorang yang tahu bahwa hampir semua orang mengenal Ria, salah satu pengacara handal yang sering wara-wiri di televisi. Selain handal Ria juga dikenal sebagai pribadi yang tertutup, selain rekan sejawat tidak ada yang mengetahui kehidupan pribadinya dan yang diketahui oleh mereka adalah tidak informasi yang tidak akurat.

Selain prestasi tidak ada yang ditampilkan oleh Ria di televisi, sosok yang profesional disegani oleh banyak orang. Sayangnya oleh suaminya wanita itu tidak dihargai.

"Oke lupakan." Tyas melayangkan tatapannya sekali lagi pada wanita yang telah melewati mereka. Oke dia merekam postur tubuh.

Sedang Ria tidak perlu repot-repot melihat seperti apa wanita itu karena dia sering menemukan foto-foto tersebut di ponsel bahkan ia melihat sendiri wanita itu bergumul dengan hebat dalam mimpi suaminya.

Diamku Di Atas DustamuWhere stories live. Discover now