-5-

5.2K 842 34
                                    

Permintaan ibu

Tanggungjawab yang dimaksud oleh ibu mertua dimengerti oleh Ria sedangkan Wira tidak mempermasalahkan hal itu. Alih-alih merasa bersalah dia malah marah pada sikap Ria yang dianggap menyudutkan dirinya. Pulang dengan keadaan kening terluka, hati hancur dan jabatan runtuh bukan karena wanita bernama Aundy pria itu menyalahkan Ria atas keadaannya Sekarang.

"Setelah Sam, kini ibu?"

Ria sendiri tidak tahu bagaimana ke depannya, selama ini dia diam melihat dengan terpaksa mengabaikan tingkah Wira.

"Kamu bisa mengatakan apapun selain diam, atau ini bagian dari rencanamu?"

"Ibu punya alasan melakukannya."karena sampai saat ini ibu mertuanya belum mengatakan maksud menyuruh mereka datang.

"Melihatmu semakin muak."

Dan Mas tidak punya pilihan selain harus melihatku seumur hidup kecuali memang ingin diasingkan.

"Jika berpikir ini akhirnya maka kamu salah."

Ria tidak pernah menduga akan berakhir seperti apa hubungannya dengan Wira. Terlalu menakutkan karena benci dan dendamnya telah dipupuk dengan baik.

Belum selesai membeberkan kemenangannya panggilan masuk ke ponsel Wira. Wajah laki-laki itu pucat namun mata menyorot tajam pada Ria yang sama sekali tidak memperhatikannya.

Tidak ada perlawanan ketika Wira merengkuh dan meremat erat dagu Ria seolah ingin mematahkan rahangnya.

"Kamu merencanakan semua ini?" suara Wira tertahan. "Aku bahkan belum meresmikannya."

Hotel?

"Berlemah-lembut di depanku sedang di belakang kamu menusuk?"

Ria tidak membuka mulutnya atas tuduhan Wira yang tidak berdasar, dia tidak melakukannya jadi percuma menjawab bukan?

Dengan kasar Wira melepaskan tangan dan menghempaskan tubuh Ria.

"Kamu bisa memenangkan hati ibu, tidak dengan hatiku."

Keliru, dulu aku bisa memenangkan hatinya namun akhir-akhir ini telah dikalahkan oleh seorang wanita.

Tidak aneh dengan pemandangan yang dilihat Ria, murkanya Wira lenyap saat menerima sebuah panggilan. Senyum yang begitu mudah hadir padahal laki-laki itu sedang marah dan Ria tahu siapa yang dipanggil sayang oleh suaminya.

Sudah se-hancur ini dibuat oleh ibunya tidak sadarkah Wira?

Lembut dan tertata kata-kata itu terlontar, samar tapi jika diperhatikan Ria tahu kalimat indah apa yang diucapkan suaminya untuk wanita di seberang hanya saja Ria tidak ingin tahu.

Awal pertengkaran hebat ketika hubungan terlarang suaminya dimulai setelah itu Ria mulai belajar memahami keadaan bahwa hati Wira telah berpaling pada seorang wanita lebih muda darinya. Tidak ada obrolan santai walaupun sekadar bertanya kabar, Ria membiasakan diri dengan kebiasaan baru suaminya.

Masuk ke kamar ingin mengambil tas dan kunci mobil bukan mencari keberadaan Wira tapi apa yang didengar Ria dari kamar mandi?

Bukan kali pertama. Ria bergegas keluar dari kamar, dia akan memikirkan perihal pindah kamar. Sama halnya dengan Wira dia juga butuh privasi, setidaknya untuk sekeping hati yang tidak diketahui entah seperti apa bentuknya sekarang.

"Panggilkan Wira."

Apalagi sekarang? "Baik."

Kembali ke kamar tanpa perlu mengetuk berharap dalam hati Wira sudah selesai bercinta dengan kekasihnya. Harap itu tak tersampaikan, dengan terpaksa Ria mengetuk pintu kamar mandi.

Dia harus menunggu selama lima menit hingga akhirnya pintu dibuka, delikan tajam dengan raut memuakkan.

"Ibu datang." setelah memberitahu Wira, Ria keluar.

Setidaknya ibu sudah mengetahui mahligai mereka sedang tidak baik-baik saja, jadi Ria tidak perlu berpura-pura. Sikapnya dibaca oleh ibu mertua dan tidak terlihat aneh. Dingin tanpa banyak bicara, itu yang terlihat.

Wira keluar menyapa ibu dengan muka datar, di depannya wanita yang bisa membalikkan dunianya dalam sekejap mata.

"Berikan aku cucu perempuan."

Ria dan Wira sama-sama terkejut. Inikah alasan ibu memanggil mereka?

"Tidak bisa begini."

"Kenapa tidak?" ibu menatap tajam putranya. "Ria masih sehat dan subur."

"Sam dan Cakra sudah besar, Bu." Wira tidak mungkin melakukannya. "Mereka pasti keberatan."

"Aku tidak butuh persetujuan mereka." lantas ibu menatap Ria. "Bisa secepatnya?"

Tidak perlu berbohong, ibu lebih pintar dari mereka sebelum mengutarakan permintaan ini pasti beliau sudah menyelidiki segala sesuatu.

"Aku akan mengabari Ibu."

Ria tidak berpikir untuk melakukan hubungan intim dengan Wira, bahkan inseminasi dari pria itu menjijikkan.

Diamku Di Atas DustamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang