-19-

4.8K 635 29
                                    

 Tidak ada yang membangunkannya ketika sadar Wira menemukan dirinya di lantai tepat di depan pintu kamar mandi, perlahan ia duduk dan melihat ke sekeliling. Ini masih sama seperti beberapa saat lalu. Segera ia melihat arloji dan terkejut menemukan jarum detik tidak bergerak lagi.

Seberapa lama ia pingsan Wira mulai menerka dan sedikit demi sedikit ketakutan mulai menyusup.

Aundy, nama itu yang pertama kali diingat oleh Wira. Benarkah kekasihnya yang ada di dalam video tersebut?

Ini bukan mimpi. Meski layar itu tidak terlihat lagi keberadaannya di tempat ini nyata. Rongga dada seperti menyimpan sedikit udara ketika jantung memompa tarikan napas tidak semudah kemarin. Dirasa kuat Wira menggerakkan tungkai kaki hingga berdiri sempurna, ia perlu melihat apakah langit di luar sana.

Setiap langkah seperti ada yang menekan remote control lampu-lampu di atas menyala sendiri menerangkan ruangan di depan, Wira sadar bangunan ini memiliki banyak kamar dengan desain pintu yang sama. Sepertinya dia akan tersesat jika terlalu jauh melangkah.

Di hadapannya sebuah ruangan besar mungkin aula pertemuan namun tidak ada susunan bangku, selain kamar dan ruang utama sampai sejauh ini ia belum melihat benda apapun. Cukup sampai di sini, Wira berbalik baiknya di kamar saja.

Jantungnya hampir copot melihat sebuah nampan besar lengkap dengan sajian makanan terhidang di meja tepat di depan kamarnya. Siapa yang meletakkannya? Adalah pertanyaan pertama di benaknya, Wira tidak mendengar suara langkah atau tanda-tanda seseorang membawa nampan besar itu tidak mungkin hidangan itu jatuh dari langit kan?

Ketika semakin dekat Wira tidak melihat tanda-tanda aneh pada menu makanan tersebut, potongan ayam bakar yang disajikan dengan kecap porsi orang dewasa, bulir nasi putih dan semangkuk sup jagung. Beberapa piring kecil dalam nampan itu berisi cake, puding dan sandwich, semuanya tampak biasa.

Tapi Wira tidak ingin memakannya, bagaimana jika ada racun dalam makanan tersebut? Saat perutnya merintih wajah yang telah berpaling terpaksa melihat sekali lagi. 

Oke air putih saja, satu gelas besar cairan itu bisa memulihkan lapar dahaganya kan? Tiga tegukan besar melewati kerongkongan, tangannya gatal dan mencubit sedikit daging ayam tersebut.  Enak sekali, pengasingan menyediakan menu senikmat ini?

Baiklah, ia tidak merasa aneh setelah menelan suwiran ayam itu, dengan percaya diri Wira duduk. Ibu tidak mungkin membunuhku dengan cara ini kan? Wira menggeleng tidak ingin membayangkannya.

Satu persatu hidangan itu dihabiskan, Wira yakin jika seperti ini dia pasti tidur lama dalam pingsannya. Pria itu tidak bangun dulu, ia akan menunggu semua makanan dicerna baik oleh lambungnya.

Sebuah cahaya menyilaukan mata tidak lama terpampang sebuah layar yang menayangkan sebuah video seseorang yang hanya terlihat tangannya saja cara memasukkan daging ayam ke mulut seorang wanita yang tidak tampak wajahnya. Video itu diperbesar dan Wira menyaksikan belatung mengerumuni mulut wanita itu anehnya tidak dimuntahkan tapi seperti lahap seolah tidak ada binatang menggelikan itu pada daging ayam tersebut.

Perut Wira mulai diaduk, dia tidak sedang membayangkan tapi melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana wanita itu mengunyah seolah sedang menikmati makanan lezat.

Selanjutnya masih dengan video yang jelas sepasang tangan di layar itu menyendokan puding dan sekali lagi Wira melihat bayi cacing yang menyembul keluar dari puding tersebut. Tidak ada perlawanan, sepertinya wanita itu tidak masalah dengan makanan yang sama sekali tidak layak dikonsumsi itu. Kepala Wira pusing, ketika tangan wanita itu mengambil bayi cacing yang jatuh di meja dan kembali menyebabkan ke mulutnya sontak laki-laki itu mengingat sesuatu.

Ayam bakar dan puding, dua jenis makanan itu sudah dihabiskan olehnya berikut beberapa cake dan sandwich bukankah makanan di meja itu sama dengan yang disantapnya berapa saat lalu?

Ludah tak bisa lagi ditelan Wira merasakan ulat yang dimakan wanita itu bergerak di mulut dan memaksa masuk ke tenggorokannya alhasil lambungnya menolak makanan yang terlanjur masuk. Kali ini bukan membayangkan tapi seperti didoktrin seolah ulat-ulat tersebut memenuhi mulut dan kerongkongannya. Setiap lidahnya bergerak Wira merasa bersentuhan dengan binatang menjijikkan itu.

Hampir sepuluh menit mengeluarkan semua isi perut yang belum diolah lambungnya Wira lemas, ia meneguk habis sisa air putih di gelasnya.

"Itu tidak seberapa." 

Wira mendengar suara wanita itu lagi.

"Setidaknya ada waktu beberapa menit makanan itu mengendap di lambungmu."

Tenggorokan Wira perih, ia semakin jijik melihat muntahannya di lantai.

"Istrimu pernah tidak makan berhari-hari karena memikirkan apa yang salah dengan dirinya sampai kamu berpaling."

Ini bagian dari siksaan yang menguras tenaga, Wira seperti mendapat ultimatum dari kesadarannya. Dititipkan makanan bukan untuk membuatnya kenyang tapi sebaliknya bahkan dia lemas karena kekurangan energi.

"Belum memulai babak paling genting dan kamu sudah tumbang."

Wira tidak perlu bertanya apa yang diinginkan mereka karena tahu tidak akan mendapatkan jawaban, jauh-jauh hari sebelum berada di pengasingan ini Ibu telah memberikan peringatan yang cukup banyak sayangnya disia-siakan.

"Bagaimana dengan waktu hampir tujuh tahun yang kamu berikan pada istrimu?"

Wira memejamkan mata tidak ingin terasa dengan kata-kata wanita itu, dia akan berhasil dengan cara menepis rentetan kalimat tersebut.

"Sekilas tampak waras tapi melihat keberadaanmu di sini ada sesuatu yang salah dengannya, kamu juga memikirkan hal yang sama?"

Wira tidak punya kuasa membungkam suara tersebut yang perlu dilakukannya sekarang adalah menepis dan meyakinkan diri bahwa ini adalah ujian sesaat.

"Semua yang pernah datang ke sini dipulangkan melalui perantara, harusnya istrimu mempertimbangkan sisi menyedihkan itu."

Dengan kata lain Ria menginginkan kesengsaraan untuknya? Wira menggeleng dengan cepat, baru saja dia memikirkan kalimat wanita itu.

"Dia mencintaimu tapi tidak keberatan kamu berada di sini atau dia sudah menyiapkan hari kepulanganmu?"

Wira berusaha memusatkan fokusnya, ia tidak ingin memikirkan apalagi membayangkan hal buruk yang dikatakan oleh wanita itu.

"Kesakitan yang luar biasa dirasakan istrimu, pengasingan adalah tempat untuk pengkhianatan. Di sini kamu akan disuguhkan dengan berbagai macam selera baru yang tidak pernah terlintas di benak apa lagi pernah kamu rasakan."

Ketika video ditayangkan lagi, bulu kuduk Wira merinding melihat almarhumah bibinya yang duduk santai dengan mata terpejam, sebelah tangan mengiris pergelangan tangan kirinya sambil merapal dua kata aku pengkhianat dan Wira juga merapal kata itu.

Seperti mantra Wira melihat dirinya dalam video tersebut bergantian dengan sang bibi, ia juga memotong nadinya. Tangan Wira kaku, Dia merasakan sakit yang luar biasa di pergelangan tangan kirinya. Saat menoleh ke samping dia tidak menemukan bibi tapi dalam video tersebut ia berdiri di samping almarhumah.

Ini gila!

Diamku Di Atas DustamuWhere stories live. Discover now