Debaran rasa 13

2.6K 383 36
                                    

Ria tidak menyangka dia akan lemah dengan keadaan ini padahal pengkhianatan Wira di masa lalu lebih menyakitkan hingga sempat menggerogoti akal sehatnya tapi tidak pernah sekalipun dia berakhir di rumah sakit atau mengkonsumsi obat penenang. Lahir batinnya begitu kuat, lalu kenapa ketika kisruhnya rumah tangga sang putra membuat drop seperti ini?

Syukurnya dokter tidak memvonis penyakit serius, karena tidak terkejut dirinya pingsan dan Ria disarankan untuk istirahat selama beberapa hari ke depan. Dokter melarangnya stress, jadi yang harus dihindari oleh Ria adalah berpikiran berlebihan lebih baik tidak bertemu dulu dengan orang-orang yang membuat keadaannya semakin buruk.

Sepertinya wajar kenapa dia baru jatuh sekarang, walaupun beberapa bulan terakhir ini hidupnya sudah kembali tenang kenyataannya selama tujuh tahun lebih dia menderita, dan ini puncaknya.

Kedua putranya menginap di rumah sakit selama Ria dirawat, mereka pulang hanya untuk membersihkan diri dan ganti pakaian. Tiga orang laki-laki yang mendampingi, namun Ria belum bahagia. Putranya pasti masih tersakiti karena guncangan rumah tangga disebabkan Jinan menutup diri maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh Ria. Jinan tidak sudi jika para orang tua ikut campur pada rumah tangganya.

"Pikirkan lagi Sam, usia pernikahanmu baru beberapa bulan."

"Tidak ada yang perlu dipikirkan Ma, aku sudah menemui orang tuanya."

Ria memejamkan mata.

"Lebih baik begini dari pada kami sama-sama tersakiti."

Sam pernah mempertimbangkan sikap baik Jinan sebagai seorang istri dalam melayaninya karena itu dia mengusahakan agar hubungan Jinan dengan orang tuanya bisa dekat setidaknya Jinan tidak membenci mama dan papa tapi yang dilihat justru sebaliknya. Jangankan mendengar nasehat atau perintahnya wanita itu malah membangkang dan bersikap tidak sopan, menurut Sam Jinan sudah sangat kelewatan.

"Dia tidak pernah menyakitimu."

"Tapi dia menyakiti Mama, itu sama saja seperti menyakitiku."

Ria menarik napas dalam.

"Tolong jangan memikirkannya lagi."

Bagaimana mungkin Ria tidak memikirkannya, sekalipun tidak berkaitan dengannya tetap saja bila terjadi masalah pada anak-anak akan membuatnya kepikiran. Terlebih dia baru mengetahui fakta ternyata Sam dan Jinan tidak saling mencintai, ia tidak ingin bertanya kenapa putranya memutuskan menikah dengan Jinan.

"Mama tidak pernah membayangkan hal buruk terjadi padamu, Mama selalu bilang cukup Mama yang tahu bagaimana perasaan sakit itu."

Sam berbicara lebih bijak. "Bukan kami yang menginginkan keadaan ini, aku yakin ada sesuatu di balik perceraianku."

Ke depannya Sam akan lebih hati-hati lagi. "Aku sedang berusaha agar kami bisa bertahan, tapi dia tidak memberikanku kesempatan itu. Aku juga tidak ingin menyalahkannya anggap saja aku yang gagal."

Ada satu hal yang disyukuri Sam yaitu disaat berpisah tidak ada anak di antara mereka, mungkin hal ini yang dikhawatirkan Jinan karena itu wanita tersebut tidak ingin dulu memiliki anak.

Sebelum menerima keputusan putranya untuk menikah berulang kali Ria memberi nasehat. Saat menjalin hubungan, jatuh cinta dan berkasih sayang itu mudah sekalipun diterpa cobaan yang sulit adalah mempertahankannya dan sekarang Sam merasakan sendiri.

Bukan kata tetangga atau penilaian keluarga, siapapun berhak memiliki persepsi atau pandangan masing-masing terhadap orang lain, jujur Ria tidak mengkhawatirkan hal itu. Jika peduli pada omongan orang lain dan mengikuti mereka selamanya tidak akan puas. Hal ini juga pernah terjadi ketika Wira mengkhianatinya dulu, berbagai macam celotehan keluarga syukurnya Ria tidak pernah mendengar.

Diamku Di Atas DustamuWhere stories live. Discover now