-14-

4.5K 733 93
                                    

Pagi pertama pertama pasangan kekasih itu tidaklah indah, bangun orang pertama yang dilihat adalah kenalan yang membantunya bisa tinggal di rumah tersebut. Ia tidak datang meminta bayaran tapi membawa kabar buruk.

"Maaf, aku tidak tahu siapa mereka. Tapi mereka akan membakar semua keluargaku bila pak Wira masih berada di sini."

Ketakutan yang tidak dibuat-buat, pak Kasim orang pernah bekerja pada temannya juga menatap tak enak pada Wira juga wanita yang berdiri di belakang pria tersebut.

"Aku bisa saja melepaskan rumah ini untuk Bapak, tapi bagaimana keluargaku? Mereka membawanya."

Panggilan video masuk, raut pak Kasim pucat, istri dan kelima anaknya diikat di sisi mereka ada beberapa jerigen 20 liter berisi bensin yang akan menghanguskan tubuh keluarganya.

"Sa--saya sedang di sini. Bapak Wira akan segera pergi, benarkan Pak?"

Wajah Wira juga pucat melihat keluarga pak Kasim yang diikat oleh orang tak dikenal namun yakin mereka adalah suruhan orang tuanya.

"Aku akan pergi." Wira meneguk ludahnya.

Panggilan terputus, pak Kasim meminta maaf pada Wira karena tidak bisa membantunya. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan teman atasannya, tapi Wira pernah membantunya karena itu merasa tidak enak.

"Aku punya sedikit uang, cukup untuk ongkos dan makan."

Wira menolaknya. "Aku bawa mobil." pria itu sadar sedari membuka pintu rumah ia tidak melihat mobilnya. Dia ingat memarkirkan di depan rumah lalu ke mana mobil Ria?

Pak Kasim bingung, ia tidak melihat adanya mobil, kemarin anaknya yang mengantar kunci rumah jadi tidak tahu Wira membawa mobil. Beliau memasukkan uang tersebut ke saku kemeja Wira. "Ambil saja, Bapak pernah membantuku."

Ibu mengikutiku sampai ke sini? Niat Wira akan menjual mobil tersebut berapapun yang laku untuk biaya hidupnya dengan Aundy.

Tidak tega tapi pak Kasim harus mengangkat panggilan video dan memperlihatkan pada orang-orang itu ketika Wira dan Aundy keluar dari rumah.

Wira yang menggendong Aundy di punggung dengan sebelah tangan memegang tas adalah pemandangan memilukan. Dalam hati pak Kasim berdoa apapun masalah yang menimpa Wira segera selesai.

Di sebuah warung Wira singgah, menurunkan Aundy dengan hati-hati.

"Kita akan ke mana?" Aundy bertanya dengan putus asa, tidak ada tempat yang bisa dituju. Andai saja ayah tidak tahu mereka bisa pulang ke kampung halamannya tapi sekarang ayahnya berada di rumah sakit dan otomatis keluarganya sudah tahu semua tentang hubungan gelapnya dengan pria beristri.

"Tidakkah kita terlihat seperti buronan?" tanya wanita itu lagi.

"Aku juga sedang berpikir." Wira membawa semua kartu nama rekan sejawat, sama sepertinya dulu rata-rata dari rekannya itu adalah direktur Wira malu menyampaikan masalah yang sedang dihadapinya.

"Kita begini karena ibu Mas tidak merestui kan?"

Haruskah Wira memberi tahu semuanya pada sang kekasih? Wira tidak tega, keadaan Aundy belum membaik sekarang harus mendengar lagi hal tidak baik itu.

"Tidak bisakah kita menikah dan membawakan cucu untuknya?"

Wira juga sempat memikirkan hal tersebut, tapi ia mulai waspada bagaimana jika ibunya lebih nekad dari hari ini? Ia tidak sanggup membayangkan Aundy dan calon anaknya nanti terluka akibat kecerobohannya.

"Semua orang tua akan luluh dengan hadirnya cucu."

"Dia tidak mandul, ibu sudah puas dengan Sam dan Cakra." Wira tidak berani menjamin ibunya akan luluh, kaki wanita itu saja bisa dipatahkan karena ibu tidak pernah menganggap wanita lain sebagai menantunya selain Ria apalagi bayi yang sama sekali tidak diinginkan ibu.

"Aku akan memberikannya cucu yang cantik dan lucu."

Wira memeluk wanita itu, bisa dirasakan jika Aundy sedang putus asa. Ke mana dia akan membawa Aundy, tanpa uang banyak ia tidak bisa bergerak.

"Aku akan mengambil hatinya."

Tidak semudah itu. Melepaskan pelukan Wira meraba saku kemejanya, ia mengeluarkan uang yang diberikan pak Kasim total 700.000.

"Saudaramu, bisakah kita meminta bantuan pada mereka?"

Aundy menggeleng, ia menyerahkan ponselnya pada Wira. "Lihat chat dari mereka, makian mereka menyakitkan."

Datang ke ibu kota mengadu nasib apa kata sepupunya sekarang setelah tahu dia malah terlibat hubungan dengan suami orang? Belum lagi fakta ayah yang terkejut hingga hampir bunuh diri karena mengetahui berita tentangnya.

"Bawa aku ke rumah orang tua Mas, kita bisa bicara di sana. Aku akan meminta maaf dan melakukan segala cara agar bisa menikah dengan Mas." sakit hatinya mungkin harus diketepikan, dia harus menikah dengan Wira karena sangat mencintai pria tersebut.

"Tidak mudah sayang, bagaimana jika ibu bersikap kasar lagi?"

Aundy meneguk ludahnya yang terasa sakit di kerongkongan, pukulan di kedua kaki masih dirasakan sakitnya.

"Lalu bagaimana sekarang, Mas akan meninggalkanku hanya karena ibu tidak merestui?"

"Tidak, apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkanmu."

Wira tidak tahu apakah dengan mengontrak sebuah rumah tanpa meminta bantuan siapapun juga akan dihalangi ibunya?

"Ini nomor yang sama, apakah nomor ibu?"

Wira melihat layar dan merinding saat membaca pesan tersebut.

Mikronesia, Pasifik tengah. Akan ibu buat makammu di sana.

Ibu sedang membicarakan pengasingan untuknya, tidak ada yang bisa menolong Wira sekarang kecuali dirinya yang pulang dan bersimpuh di kaki ibu. Sadar satu hal, sekarang dia sudah keluar jauh dari zona yang seharusnya. Keringat dingin membayangkan pengasingan bisa dilihat Aundy di kening dan pipi kekasihnya.

"Apa ini?"

Wira menarik napas dalam, bahkan dirinya belum berjuang tapi langkahnya harus terhenti karena perjanjian pra nikah.

"Aku akan mengantarmu ke rumah orang tuamu."

"Mas!" Aundy tidak mau, dia akan dihina habis-habisan oleh keluarga besarnya. "Aku tidak mau, kita cari tempat lain."

"Tidak bisa sekarang." Wira frustrasi, Dia sudah pergi sejauh ini tapi ibu bisa melacaknya jika masih berada di sini bukan tidak mungkin ia akan segera menempati pengasingan yang telah dipilih ibunya.

"Mas akan meninggalkanku?"

"Tidak, untuk bisa bersamamu bukankah aku harus bertahan hidup?"

Aundy menangis, kenapa se-berat ini beban cinta mereka? "Bawa aku juga, aku janji akan bersikap baik pada ibu Mas."

Hati Wira sakit mendengar tangis pilu kekasihnya, dia juga tidak ingin berpisah dengan Aundy tapi Wira tidak punya cara lain.

"Aku yang tidak bisa berjanji pada keselamatanmu selama berada di sana."

Pengasingan bukan pilihan baik, Wira tidak akan bertahan hidup bila sampai dirinya berada di tempat itu.

.....

Diamku Di Atas DustamuWhere stories live. Discover now