-4-

4.9K 895 71
                                    

Kesalahan yang belum terlihat

💔

"Tidak ada jadwal perjalanan bisnis." ibu Wira menatap tajam putranya. "Alasan apa yang bisa kamu kemukakan?"

Wira tidak bisa memberikan jawaban jujur hingga ibunya bertanya lagi laki-laki itu masih diam.

"Kamu terlalu sibuk atau bermain dalam kesibukan?"

Sementara Ria diam bukan menunggu jawaban suaminya tapi menanti giliran dari ibu mertua.

"Kamu lupa tanggungjawab-mu Wira?" ibu mulai marah. "Kenapa diam saja?"

Ayah tidak ada di tempat, Ria tidak perlu tahu akan se-marah apa orang tua suaminya jika Wira tidak bisa memberikan jawaban tepat.

"Benar, kamu lupa tanggungjawab-mu." rendah suara ibu. "Katakan, kenapa kamu pergi ke Cina?"

Rahang Wira mengeras, ia tahu bukan dari Ria ibunya tahu tapi tetap salah wanita itu karena tidak bisa memberikan alasan tepat ketika dirinya pergi.

"Baru saja bernapas lega kamu harus kembali mengambil tiket ke Indonesia, siapa yang sedang kamu kejar?"

Ibu mengambil sebuah keramik kecil dan melemparkan ke arah Wira, kening sebelah kiri putranya berdarah.

Ria tahu bukan hanya kening Wira yang sakit, otak pria itu juga pasti ngilu.

"Kamu tidak akan menjawab?"

Tidak ada yang bisa menenangkan ibu jika sudah emosi, sekarang yang dibutuhkannya jawaban tapi Wira malah diam dan semakin menyulutkan amarah ibu.

"Kamu memelihara pelacur?"

Ria memalingkan wajah tak ingin melihat wajah murka suaminya, meski tidak melihatnya Ria bisa merasakan kemarahan Wira untuknya.

"Atau kamu memiliki anak dari pelacur?" ibu semakin menerka feeling-nya. "Jadi kamu akan tetap diam?"

"Baiklah." di depan anak dan menantunya ibu menghubungi seseorang dan mengatakan dengan lantang akan mengadakan rapat penting perihal pencopotan jabatan putranya sebagai direktur.

Wira merematkan tangan.

"Kamu akan membelanya?"

Tentu tidak, Ria akan mengatakan yang sebenarnya tanpa menyinggung hubungan terlarang suaminya dengan wanita itu.

"Apa yang ingin Ibu ketahui dariku?"

Ibu tertarik dengan pertanyaan menantunya, Ria adalah wanita terbaik untuk Wira.

"Pelacur suamimu, kamu tahu itu?"

Sebelumnya Ria meminta maaf pada ibu mertuanya. "Itu hak papa Sam." Ria tidak menempatkan dirinya di posisi aman.

Ibu tersenyum sinis. "Kamu tahu imbasnya."

Baik Ria dan Wira menelan ludah yang terasa sakit di kerongkongan mereka.

"Tidak ada perceraian dalam pernikahan kalian. Yang ada hidup terasing tanpa pengakuan. Terakhir kali kematian siapa yang kalian tangisi?"

Ria memejamkan mata tak lebih dari satu detik. "Aku tidak tahu apapun tentang papa Sam, kami juga tidak berhubungan layaknya suami istri."

"Apa?" tatapan ibu harus fokus pada dua orang di hadapannya. "Jadi ini sudah lama dan kalian menyembunyikan dariku?"

"Tidak ada yang kusembunyikan. Ibu lebih mengenalku." tentu, dibandingkan Wira dirinya lebih dikenal oleh mertuanya.

Ibu berpikir keras menghubungkan semua kemungkinan juga sikap Ria saat berkunjung begitu juga ketika mereka berpapasan. Beberapa kali bertemu di cafe dan janjian makan siang. Benar, ada yang hilang dari raut menantunya.

"Wira, tidak ada yang ingin kamu katakan?" ibu baru saja membuat keputusan dan tidak bisa diganggu gugat. "Bagaimana dengan satu kesempatan?"

Wira masih diam. Dia tidak tahu satu jam ke depan ada beberapa hal yang akan mengejutkannya.

"Tidak ada?" apakah tongkat bisbol bisa mengembalikan kewarasan putranya?

"Baik."

Wira tidak menjawab karena tidak ingin ibu tahu apapun tentang hubungan gelapnya.

"Kamu tidak perlu ke kantor lagi. Nikmati waktu luangmu sampai tua di rumah."

Seandainya bisa Wira akan keluar dari rumah orangtuanya. Tapi pengasingan, itu bukan pilihan benar semua orang menyesal setelah memilihnya.

"Ria istrimu, Sam dan Cakra anak-anakmu. Ingat itu sampai kamu mati."

Tidak bisa bercerai dan selama sisa umurnya Ria harus melihat fakta menyakitkan itu?

Jangan lupa vote dan komen biar cepat up 😍

Diamku Di Atas DustamuWhere stories live. Discover now