-1-

7.5K 946 39
                                    

Kado bernilai debu.

Happy reading ❤️

Harum yang tadinya terasa nyaman kini tergantikan dengan aroma parfum bukan miliknya tapi milik seseorang yang diakui sang suami. Tidak ada sapa seolah tidak ada penghuni begitu keduanya saling diam, masih di kamar yang sama tapi tidak dengan aktifitas seperti beberapa tahun lalu.

Dari angka jam hari telah berganti artinya ulang tahun Sam telah lewat. "Aku memberinya kejutan." Ria tidak mengatakan surprise makan malam untuk putranya.

Bukan jawaban tapi tatapan dengan raut dingin yang dilayangkan Wira.

"Sam menanyakanmu." Ria membalas tatapan yang sudah berbeda.

"Kamu pikir aku melewatkannya?"

Oh, Ria meneguk ludah. Sedikit lega mengetahuinya. Ia baru menarik napas lega ketika Wira masuk ke kamar mandi.

Dulu merayakan ulang tahun anak-anak bersama, kadang memberikan mereka surprise dengan datang langsung ke luar negeri namun beberapa tahun ini semuanya telah berbeda dan anak-anak sudah memahami keadaan kedua orang tuanya.

Wira tidak akan suka bila Ria menyiapkan keperluannya, karena itu Ria tidak repot menyediakan baju ganti. Bahkan sarapan dan makan malam Wira sering membuatnya sendiri.

Ria juga tidak pernah bertanya lagi karena tahu ke mana akan pergi suaminya ketika lapar dan menginginkan sesuatu. Untuk Ria batin Wira telah mati, yang tampak sekarang adalah kenyataannya sedang di depan orang tua tak lebih dari formalitas.

Keluar dari kamar mandi ponsel yang pertama kali dicari Wira, setelah itu ia akan duduk di sofa yang terletak tidak jauh dari ranjang. Tanpa perlu diperhatikan, bayang senyum dengan raut penuh cinta diketahui Ria karena begitulah setiap malam terlewati.

Adalah pesan masuk dari seseorang yang menerbitkan senyum Wira sedangkan Ria telah memejamkan mata, namun hatinya tidak pernah tidur tidak juga menyesap kesakitan karena Wira sudah membiasakannya untuk itu.

Tidak pernah lagi Ria melihat tubuh polos suaminya karena tidak ingin, air yang mengguyur di tubuh itu semata untuk membersihkan dosa yang entah kapan akan berakhir.

Sam tiba lebih awal dari papanya mungkin sekarang putranya sudah tidur, Ria penasaran kado apa yang diberikan Wira. Baiklah, besok saja ditanyakan.

Lelap tak pernah lagi nikmat bukan karena rasa yang sudah buntu tapi pikiran yang enggan pergi. Tidak ada yang menyangka dirinya akan berada di posisi seperti ini, awal yang dipaksa menuntut dirinya menjadi sosok yang lupa cara berekspresi menggantikan kehangatan.

******

Kepulan asap membawa langkah Ria ke taman belakang, di sana ia melihat Sam sedang membakar sesuatu.

"Apa itu Sam?"

Mungkin Wira tidak pernah melihat atau tidak peduli dengan raut kecewa Sam yang sering dilihat Ria.

Sebuah kertas diberikan Sam padanya.

Selamat ulang tahun ganteng, selalu jadi anak terbaiknya papa ya.

~Aundy.

Dia yang memberikannya? Di tangan Ria kertas itu tidak remuk, tapi hatinya.

"Bukankah kalian menikah karena cinta?"

Ria tidak menjawab karena memang tidak ada yang perlu dikatakan lagi pada Sam tentang hubungannya dengan Wira.

"Aku tidak pulang untuk menerima ini," kata Sam lagi.

Mata Ria tertuju pada sebuah benda yang bisa dipastikan harganya cukup mahal.

"Aku hanya ingin melihat kalian." Sam memutuskan kembali ke negara tempatnya menempuh pendidikan. "Ternyata masih sama."

Sam tidak bertanya kenapa mereka masih bertahan, hubungan ini sudah lebih dari toxic.

"Aku tidak berharap terjadi hal buruk." terutama pada ibunya. "Katakan sesuatu, setidaknya berontak. Tinggalkan papa."

Untuk itu mereka pernah membicarakannya jadi Ria tidak akan mengulang lagi.

Wanita itu atau suaminya yang ingin memperlihatkan hubungan haram itu?

Ria perlu bicara tapi apakah Wira akan mendengarnya?

Anak-anak sudah tahu kenapa harus diperjelas lagi? Setidaknya hargai mereka yang masih ingin melihat orang tuanya bersama.

"Apa ini?" Wira mengambil kertas ucapan selamat.

"Mas tidak memberikannya kado, siapa yang membuat janji dulu."

Wira mengerti, sekali lagi ia melihat tulisan tangan nan indah persis seperti penulisnya.

"Hanya tulisan."

"Ini hanya debu," balas Ria dengan tenang. Tak ada yang berarti karena yang berharga sekalipun akan musnah. "Nominalnya tidak sedikit, tapi lihat akhirnya."

Diamku Di Atas DustamuWhere stories live. Discover now