Cakra - 7

1.8K 315 22
                                    

 Bukan perkara cinta tapi sekedar empati, mungkin banyak yang menilai dia melakukannya karena wanita itu pernah menjadi bagian keluarga dan sebagiannya menyangka terselip rasa namun hal yang sebenarnya adalah Cakra sosok pria baik yang tidak pernah menyakiti wanita manapun dan tidak pernah punya masalah dengan rekannya. Terkait keterlibatannya dengan mantan kakak ipar murni untuk membantunya keluar dari masalah yang sudah menjadi dendam yang bisa saja melukai Jinan.

Percayalah tidak ada cinta, bahkan ketika Cakra bangun dari samping seseorang di pagi itu. 

Akankah ini pertama kalinya laki-laki itu akan menjadi brengsek?

Masalah yang sedang diatasi belum selesai kini Cakra sudah dihadapkan pada masalah baru. Mungkinkah ini yang dinamakan boomerang atau musibah terbesar dalam hidupnya?

"Gila!"

"Aku tidak tahu harus bagaimana."

"Aku tidak ingin terlibat." Jaivan merasa tubuhnya menggigil, fakta yang baru saja di beberkan Cakra membuat laki-laki itu takut. "Bagaimanapun selesaikan masalah itu sendiri."

"Aku tidak mungkin memberitahunya apalagi orang tuaku."

"Apa?" argh...! Jaivan tidak bisa diam saja mendengarnya padahal dia sudah menjelaskan tidak akan ikut campur pada apapun yang terjadi, karena sebelum Cakra memulai ia sudah memperingatkan berkali-kali. "Bagaimana kalau dia hamil?"

Cakra masih tampak tenang sedangkan pikirannya kalut memikirkan pada kejadian beberapa jam yang lalu. 

"Katakan siapa yang mengajakmu ke club?"

"Mereka tidak salah, yang membuatku bingung adalah kenapa aku ke apartemennya?" karena Cakra tidaknya apa yang sudah mereka lakukan tapi melihat kondisinya pagi tadi ia tahu apa yang telah berlaku

"Kalau kamu tidak mabuk tidak mungkin kamu ke apartemennya."

"Di sini rupanya."

Cakra dan Jaivan melihat ke arah suara.

"Kamu ikut ke club semalam?"tanya Jaivan.

"Iya, kau juga kan?" Damian bertanya pada Cakra. 

"Sudah jangan dibahas," tegur Cakra. Sepertinya cukup dia dan Jaivan yang mengetahuinya

"Ada apa?" Damian merasa aneh pada kedua rekannya, dia berbicara pada keduanya tapi Cakra seperti tidak ingin menanggapi.

"Cakra mabuk semalam?"

"Sepertinya, aku nggak ingat tapi kita semua minum kan?" lagi Damian bertanya pada Cakra  dan sekali lagi Cakra tidak begitu peduli.

"Siapa yang mengantarnya?"

Kini Damian mulai curiga. "Kenapa sih?"

"Jawab saja!"

Cakra ingin pergi dari sana tapi segera ditahan Jaivan.

"Kalau tidak salah Cakra pulang dengan taksi dan seorang wanita." lalu Damian tertawa. "Dia sangat cantik dan----"

"Wanita?" Jaivan menatap tajam pada Cakra.

"Pacarmu?" Damian masih belum bisa menebak dan kecurigaannya sekarang malah pada temannya yang kini sudah memiliki pacar.

"Aku tidak ingat." Cakra meninggalkan keduanya. 

Informasi yang didengar dari Damian sepertinya Cakra bisa menebak alurnya tadi malam. Bagaimana ceritanya fakta dia telah meniduri mantan kakak iparnya tidak terbantahkan.

"Mau ke mana?" Damian menepuk bahu Cakra. "Pak Sam memanggilmu, hampir saja lupa."

Mas Sam?

Karena tidak ada yang tahu kejadian ini atau tepatnya belum jadi Cakra bisa menghadapi kakaknya, tapi nuraninya terlalu malu berhadapan dengan Sam. Cakra yang tidak pernah memiliki hubungan dengan wanita manapun dan selama ini dikenal menjaga baik rekan wanitanya kini hal buruk telah dilakukannya.

Cakra hanya pergi sekali dua ke tempat itu dan tidak pernah minum alkohol, lalu kenapa dia menyentuh benda itu semalam? Apakah memang kebetulan dirinya juga bertemu dengan Jinan di sana? Cakra tidak ingat apapun.

******

"Dua minggu kamu tidak menghubungiku, nomormu juga tidak aktif, kamu baik-baik saja?"

"Maaf." Cakra masih bingung untuk melanjutkan atau tidak rencana pengobatan untuk Jinan, selama dua minggu ini dia menerima usulan perjalanan bisnis ke luar kota. "Kemarin aku cukup sibuk ini juga baru kembali dari Padang."

"Ouh."

Karena tidak ingin membuat Viona curiga Cakra menanyakan keadaan Jinan, ia berusaha bersikap sebisa mungkin karena belum bisa melupakan pagi saat dirinya terbangun di samping Jinan tanpa sehelai benang.

"Menurutmu dia sudah membuka diri?"

"Belum sepenuhnya. Mungkin karena kami baru berteman."

"Jadi kita harus menunggu berapa lama lagi?"

Viona terkejut mendengar pertanyaan Cakra, ia tidak lupa ketika laki-laki itu meminta bantuannya untuk mendekati Jinan demi bisa mengobati wanita itu. Cakra yang begitu bersemangat memintanya agar tidak menyerah, tapi lihat sekarang kenapa Cakra merasa jenuh?

"Kamu pasti capek, biar aku yang mengurusnya." mendekati Jinan awalnya bukan untuk berteman tapi sama seperti Cakra ia juga memiliki keinginan untuk menyembuhkan wanita yang jiwa dan raganya pernah tersiksa dan belum keluar dari dendam itu.

"Maaf."

Cakra merasa dirinya sudah brengsek, dia yang dulu begitu mengagungkan hati wanita bahkan dia sosok anak laki-laki yang sangat memuliakan ibunya sekarang sudah menyentuh seorang wanita tanpa ikatan. 

"Santai, untuk menjadi calon direktur memang harus melewati proses yang besar."

******

Karena Viona melakukannya dengan hati-hati jadi sampai detik ini tidak mengetahui niat terselubung wanita itu yang ingin menyembuhkannya, murni berteman itu sangkanya.

Seperti yang dikatakan Viona pada Cakra bahwa Jinan belum membuka diri sepenuhnya. Hal yang paling membahayakan adalah menyembunyikan sesuatu yang sangat besar yang bisa saja menyakiti diri dan memperlihatkan pada orang lain bahwa dia baik-baik saja. Di sini Viona harus bekerja keras agar bisa membawa Jinan ke tahap pengobatan 

"Akhir-akhir ini aku kurang enak badan."

"Berarti kamu perlu minum yang hangat." Viona segera memesan wedang jahe untuk Jinan.

Jinan senang memiliki teman yang begitu perhatian tapi dia belum bisa berbagi semua hal pada Viona termasuk tentang kehamilannya yang sampai detik ini belum diketahui siapa laki-laki yang tidur dengannya. Jinan bukan wanita sembarangan, cukup lama menyandang status janda dia tidak pernah berhubungan dengan laki-laki apalagi sebatas one night stand.

Dia menjaga dan menyimpannya dengan baik, bersikap sebiasa mungkin agar Viona tidak mencurigainya.

"Ada yang ingin kukatakan karena itu aku mengajakmu ke sini."

Viona tampak bersemangat, dia akan menunggu dengan sabar apa yang akan dikatakan oleh Jinan. Mungkin akan menjadi kabar baik untuk Cakra, begitu pikirnya.

"Akhir bulan ini aku akan ke Kanada."

Apa?

"Seseorang menyuruhku ke sana, dia juga teman. Baik juga seperti kamu."

Bukan ini yang ingin didengarkan oleh Viona, dia dan tim sudah mempersiapkan pengobatan Jinan lalu wanita itu ingin pergi begitu saja?

"Kamu yakin?"

Jinan mengangguk. "Kalau memang cocok aku akan menetap di sana."

Viona ingin sekali mengatakan bahwa sebelum membuat keputusan alangkah lebih baik Jinan melakukan pengobatan dulu, wanita itu harus sembuh sebelum bepergian.

Sungguh, ingin sekali Jinan menceritakan apa yang telah terjadi padanya tapi tidak mungkin karena ini adalah aib. Yang lebih memalukan lagi adalah dia tidak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.

Awalnya Jinan ingin menggugurkan kandungannya tapi bayangan kesakitan menghantui dirinya, bahkan selama tujuh malam dia bermimpi didatangi oleh anak kecil yang menangis merentangkan tangan meminta gendong padanya. Alhasil wanita itu memutuskan untuk mempertahankan kandungannya dan dia akan menjadi siapa laki-laki yang sudah tidur bersamanya.

Diamku Di Atas DustamuWhere stories live. Discover now