2. Balok segitiga

48.5K 3.1K 56
                                    







Dua tahun setelah kelahiran Rui Lartical Dominic. Sekarang anak itu tumbuh jauh lebih menggemaskan. Badan gempal dengan pipi yang semakin chubby bahkan tumpah, safir bulat besar dan surai biru memang perpaduan yang cocok untuk menambah kadar keimutan, bibir Kisabble merah merona dipadukan kulit lembut seputih susu.

Untuk pertumbuhan, Rui termasuk lambat. Biasanya anak 2 thn sudah memiliki gigi susu berjumlah 20 lengkap tapi gigi Rui baru berjumlah 10 saja. Untuk tinggi badan juga seperti itu, jika biasanya anak usia 2 thn memiliki tinggi badan 80-85 cm maka Rui hanya memiliki tinggi badan 70 cm.

Hal ini juga jauh berbeda dengan keturunan Dominic lainnya. Contohnya Alex, saat usia 2 tahun saja tinggi Alex sudah mencapai 100 cm dan sudah mempunyai mainan berupa pistol berjenis desert eagle.

Note : bukan pistol maian ya tapi maiannya pistol beneran 😃👍

Apakah Stevan akan memberikan Rui pistol? Tentu saja tidak. Siapa yang begitu bodoh membiarkan tangan mungil halus itu memegang senjata api, jangankan senjata api Stevan tak akan membiarkan Rui memegang ranting begitu saja.

Dan untuk masalah pertumbuhan Rui, Stevan tak terlalu cemas sebab Tivany mengatakan kalau Rui sehat-sehat saja. Soal masalah tinggi badan toh, Stevan lebih suka Rui yang pendek gempal dan menggemaskan dari pada Rui yang mengikuti garis keturunan Dominic. Biarlah putranya itu tumbuh seperti saat ini, Stevan menyukai Rui nya yang lucu daripada datar.


🌻🌻🌻



"Lui, mam ... Cu cu."

"Lui, cuka ma ma."

"Awawawa ... Dadadadada ..."

Sedari tadi keluarga besar Dominic memperhatikan celotehan Rui yang asik menyusun mainan balok.
Setiap kali tubuh itu bergerak maka pipinya akan ikut bergerak, setiap kali susunan baloknya tumbang maka raut geram akan terpancar dari wajah itu.

Apakah menyeramkan? tentu saja menggemaskan, setiap kali Rui marah maka pipinya yang merona akan memerah dengan bibir mengerucut lucu.

"Lok ndak mau cu cun," Rui melemparkan balok itu kedalam kotak keranjang mainnya. Setelah selesai dia berjalan dengan muka ditekuk menghadap abang keduanya, Deren.

"Bang Len, ain yok ... Lok na ndak beldili." Rui menarik-narik ujung baju Deren bermaksud membawa abangnya itu bermain balok susun lagi.

Deren mengangkat sebelah alisnya dan membawa tubuh berbalut sleepsuit motif singa itu kepangkuannya.

"Kenapa dengan balok mu?" Deren membenarkan kancing sleepsuit Rui agar anak itu tak masuk angin.

"Ndak beldili lok na ..." Rui menatap Deren dengan tatapan sedih, mengingat balok segitiga yang dibelikan Alex seminggu yang lalu tidak bisa disusun tinggi.

"Baiklah aku akan membantumu," Deren menunjuk pipi kanannya. "Beri kecupan permohonan."

"Muahhhh," Tanpa basa-basi Rui mengecup pipi Deren, sementara Deren menatap anggota keluarganya yang lain dengan seringai khas kemenangan.

Anggota Dominic yang lain yang sedari tadi melihat interaksi Rui dan Deren hanya memutar bola mata malas melihat tingkah Deren, terutama Stevan dan Samuel.

Albert Lartical Dominic selaku adik dari Stevan hanya tersenyum kecil melihat interaksi dua ponakannya itu, lebih tepatnya pada sibungsu.
Albert kemudian melihat kesamping dimana istrinya Laura Aldeline tersenyum hangat memperhatikan Rui sambil mengusap perut hamilnya.

"Aku harap mereka bisa seceria Rui, honey." Laura membalas tatapan Albert dengan senyuman mengembang. Semenjak pertama kali Laura melihat Rui dirumah sakit, semenjak itu juga keinginannya memiliki buah hati yang lucu dan menggemaskan hadir.

"Ya, aku juga berharap si kembar ini memiliki sifat yang berbeda." Albert mengusap perut buncit istrinya yang sedang hamil anak kembar.

"Kalian berbicara seperti aku bukan anak kalian saja, oh apakah aku memang anak pungut." Jeremy Lartical Dominic atau yang sering disapa bang Ryu oleh Rui menatap dramatis Papi dan Bundanya.

Ya, dia anak pertama dari pasangan Albert dan rebeca yang sekarang menunggu anak kembarnya lahir.

"Kau memang anak pungut Ryu," Stevan yang sedari tadi diam angkat bicara.

"Kalau tidak percaya tanyakan pada Papimu," lanjut Alex yang lansung mendapat tatapan histeris dari Ryu.

Ryu lansung menatap Papinya meminta penjelasan, "katakan kalau itu bohong."

"Ya, memang bohong," ucap Albert dengan tatapan datar andalan membuat Ryu makin tidak yakin.

"Sudahlah kalian, jangan menganiaya cucuku lagi, tapi Ryu kau memang bukan putra kandung Albert." Rebeca angkat bicara yang membuat Ryu bagai tersambar petir.

"Bunda (Ω Д Ω)" Ryu menatap Laura yang sudah terkekeh melihat wajah anaknya itu, yang berhasil dikerjai oleh ibu mertuanya. Walaupun Ryu selalu bersikap datar dihadapan teman-temannya tapi kalau sudah menyangkut anak kandung atau bukan pasti selalu penuh emosi.

"Bukan," Dan Laura menambah bubuk-bubuk pedas pada Ryu.

Ryu lansung berhambur kearah Rui dan Deren yang sedang fokus menyusun balok segitiga setinggi mungkin, karena kedatangan Ryu balok segitiga yang sudah jadi separuh seketika rubuh meninggalkan tangan Rui yang tergantung diudara.

"Bang Lyu, liat na... lok lui umbang." Rui lansung memarahi Ryu, muka yang sudah memerah karena konsentrasi membangun balok sekarang tambah memerah karena marah dan mata itu sudah berkaca-kaca siap mengeluarkan liquid nya.

"Ups, sorry," ucap Ryu yang sudah menegang karena merasakan aura mencekam dibelakangnya.

"Hiks ... huaaaaa ...." Dan benar saja bebrapa saat kemudian tangisan Rui pecah, dan dengan sigap Ryu mencoba menenangkan Rui sebelum nyawanya melayang.

Deren mengambil Rui dari tangan Ryu, lalu beranjak dan memberikan Rui pada mamanya karena kalau sudah menangis hanya sang mama yang dapat menenangkan nya.

"Lok na, Lok na... Umbang hiks, Lok na .... Huwaaaa" Rui menangis sambil berbicara, membuat sang mama dan semua anggota yang lain bingung apa yang diucapkan anaknya ini.

"Ok, ok ... Nanti kita hukum bang Ryu ya," Iyuki menatap Ryu dengan senyuman yang menyeramkan membuat Ryu lansung merinding seketika.
Sepertinya Ryu membuat induk singa marah.









Tbc...



🌻🌻🌻

Jangan lupa vote dan komen ya 👍😄

untuk masalah nama Ryu bakalan dijelaskan pada chapter berikutnya😉

Rui Untuk DominicWhere stories live. Discover now