21. monster danau

26.3K 2.6K 220
                                    






Lorong panjang diterangi cahaya lampu redup tidak membuat bocah gembul berumur 2 tahun takut akan sosok yang namanya hantu, sebab bocah itu tidak pernah diceritakan soal hantu ataupun dedemit lainnya.


Bocah gembul yang hanya terbalut popok itu menarik sebuah lengan yang lebih besar dari tangannya, lengan abang yang bernama Ryu.


"Ayolah Rui kita tidur lagi, ini masih jam tiga." Ryu yang jalan menunduk dan terkantuk-kantuk sedang diseret bocah gembul yang mirip tuyul bersurai biru tapi jauh lebih imut.
Bayangkan jam tiga pagi si kecil membangunkan Ryu yang sedang pulas dalam tidur dan langsung diseret kesini, keruangan tempat mainan Rui berada.

"Cepat bang Lyu, moctel na bental lagi klual." Rui melepaskan tangan Ryu dan masuk kedalam ruangan mainnya yang tidak dikunci, mengobrak abrik tumpukan mainan yang sudah disusun Iyuki, hanya untuk mencari pedang pemburu naga berkepala dua dan pedang baru pemburu singa berkepala harimau pemberian Ryu.


"Mana pedang Lui, Mama na talo mana?" Anak itu masih membongkar setiap mainan, berlari ke sana kemari hanya untuk menemukan dua pedang kesayangannya.

"Bang Lyu, bantu Lui. Nanti moctel danau na pelgi." Ryu hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan si kecil. Semua ini juga salahnya, menceritakan pada Rui tentang moster danau belakang Mansion yang akan keluar tepat pada jam tiga dini hari.
Niat Ryu hanya untuk menakuti Rui agar lebih bergantung padanya, tapi lihat sekarang! Anak itu malah bersemangat untuk memburu monster karangan Ryu sendiri.


"Temu, napa bawah lemali teluc?" Rui mengerucutkan bibirnya dan menatap aneh pada kedua pedang kecil yang selalu berada dibawah lemari.
"Pedang na pacti telbang lagi."
Tidak, itu hanya pikiran positif Rui saja, sebenarnya pedang itu selalu disembunyikan oleh Iyuki. Iyuki takut mainan itu melukai Rui sebab itulah Iyuki selalu menyembunyikannya.
Kenapa tidak dibuang saja?
ntar yang ada sikecil menangis sampai pedangnya ketemu, dan itu jauh lebih gawat daripada apapun sebab ujung-ujungnya Rui bisa demam.

"Nah, bang Lyu. Bang Lyu pegang catu Lui pegang catu." Rui mendekati Ryu dan menyerahkan satu pedang pada Ryu, pedang lamanya yang digunakan untuk membasmi naga kepala dua.

Ryu menatap pedang kecil ditangannya kemudian beralih lagi pada Rui yang menatap Ryu sambil mendongak.
"Huffttt ..." Ryu menghela nafas sebentar, sebelum menampilkan senyuman.
"Monster danaunya sudah pulang." Ryu mengangkat Rui dan menggendong anak itu ala koala.

Rui menatap Ryu bingung, "pulang, pulang lumah na?" Mata bulat Rui mengerjab beberapa kali dengan kepala yang dimiringkan.
"Iya, sebab monsternya takut pada Rui yang telah mewarisi pedang baru bang Ryu." Ryu membawa Rui keluar dari ruangan bermain hendak kembali kekamar mereka.

"Woah ... Lakacan itu moctel jaat, becok Lui sling sling pelut na pake pedang legen lalis." Anak itu tertawa riang digendongan Ryu sambil mengayunkan pedang kecilnya, suara tawanya benar-benar candu bagi Ryu, membuat Ryu mencium pipi tembem itu beberapa kali.

"Iya, besok Rui basmi monsternya. Sekarang kita kembali tidur."


"Mm, Lui nantuk. Bang Lyu puk puk." Mata Rui berkedip beberapa kali sebelum memberat. Ryu mem pukpuk pantat Rui yang terbalut popok, membuat bayi gembul digendongan Ryu mencari posisi nyaman sebelum tertidur lelap.

"Hufftt ... sebaiknya aku tak mengarang cerita lagi," ucap Ryu yang kesekian kali menyesal setelah membuat cerita asal untuk Rui, tapi besoknya dia lupa apa yang diucapkannya semalam dan kembali mengarang cerita🙄





Author : ngomong aja, insaf kagak 😌😌😌








🌻🌻🌻🌻



Rui Untuk DominicWhere stories live. Discover now