19. Rahasia Rui

25.4K 2.1K 69
                                    



Lautan yang terbentang luas, sepanjang mata memandang hanya ada langit biru, laut biru dan sekumpulan lumba-lumba berwarna biru juga makhluk menggemaskan yang duduk dipunggung lumba-lumba itu.


"Ikan, Lui haluc cepat. Halta na celebang laut ini." Rui berteriak didalam laut kepada sekawanan ikan lumba-lumba yang langsung menambah kecepatan berenang mereka.
Ya, saat ini Rui sedang dalam perjalanan mencari harta karunnya diseberang lautan.


"Woaaaah ... ikan na cepat." Anak itu berteriak saat merasakan pusaran air disekelilingnya.


Kita kembali ke kenyataan.


Deren masih menatap bocah gembul dengan surai biru yang saat ini terkekeh didalam mimpi indahnya.
Deren tidak tau apa yang dimimpikan sikecil tapi yang pasti itu ada hubungannya dengan air, karena sebagian baju dan celana Deren sudah basah karena ompol sikecil, bahkan pipisnya merembes diatas tempat tidur.

"Bang Delen, napa angkat Lui."
Oh, anak itu akhirnya tersadar dari tidurnya karena diangkat Deren.
Rui yang sudah didudukkan diatas tempat tidur mencoba mengusap mata, tapi langsung dihentikan Deren.

"Jangan usap, nanti matamu merah."
Rui menatap Deren setelah mengerjap-ngerjap mata beberapa kali, setelah bangun sepenuhnya dia menatap sekitar. "Mana halta Lui," Dan ya, sikecil masih loading antara kenyataan dan mimpi.

"Tidak ada harta, yang ada kita harus berganti pakaian." Deren turun dari tempat tidur, menyalakan lampu ruangan dan mematikan lampu tidur.
Ruangan yang terang kembali mambuat Rui mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya, hal itu membuat Deren gemas melihat sikecil, bagaimana tidak anak itu masih terlihat bingung dengan mata bulat lucu.

"Bang Delen bacah?" Rui melihat bingung pakaian Deren yang basah.
"Atap na bocol." Lalu menatap langit-langit kamar Deren, tapi tak terlihat tetesan air.

Deren hanya bisa geleng-geleng kepala melihat asumsi sikecil, Rui tidak memperhatikan dirinya sendiri dan malah melihat atap ruangan.
"Tidak ada yang bocor, yang ada Rui mengompol diatas tubuh abang." Deren mengangkat Rui dan membuatnya berdiri sehingga sikecil kini merasakan kalau sleepsuit nya juga basah bahkan sampai ke perut.
Kenapa sampai keperut?
Rui tidurnya diatas perut Deren sambil menelungkup.

"Lihat, apa yang terjadi jika kau tidak mau memakai popok lagi!" Deren membuka resleting sleepsuit Rui dan melepaskan kaos kecil didalamnya sehingga sikecil saat ini telanjang bulat.

"Adek na ndak pakai popok caat tidul. Lui abang na, napa Lui pakai popok?" Rui menatap Deren dengan mata berkaca-kaca, bibir nyaengerucut lucu, pipi putih itu merona karena merasa bersalah sekaligus malu.

"Bang Delen, janang bilang capa capa, na!!."
Anak itu sudah digendong Deren yang saat ini berjalan kekamar mandi untuk membasuh tubuh mereka.


"Apa imbalannya." Begitulah Deren, setiap transaksi dengan sikecil harus ada imbalan. Setidaknya tidur dikamar Deren seminggu sudah cukup, tapi kali ini Deren ingin lebih.

"Lui ceminggu tidul kamal abang." Deren tampak berpikir sebentar. "Tidak, abang tidak ingin itu."
Rui menatap Deren bingung, biasanya abang nya ini selalu mau saat dia berkata tidur dikamar Deren selama seminggu.

"Jauhi Ryu selama seminggu." Deren berkata tegas dengan raut datar yang membuat Rui langsung mengerucutkan bibirnya.

"Napa jauh abang Lyu?" Rui tidak setuju dengan syarat ini hey, dia telah menantikan cerita tentang petualangan abangnya itu yang mangalahkan singa berkepala harimau besok malam.

Rui Untuk DominicWhere stories live. Discover now