7. kecil, imut, putih

37.2K 2.3K 36
                                    








Suara riang tawa memenuhi seisi Mansion, seoarang anak berlari-lari sambil membawa sekop dan ember kecil.
Dibelkangnya sang Mama mengejar dengan cemas, bagaimana jika tubuh gempal itu terjatuh.
Oh membayangkan nya saja sudah cukup membuat sang ibu ketakutan.


"Rui, jika lari-lari maka Mama tidak memperbolehkan mu main diluar." Anak itu lansung berhenti kemudian berbalik dengan muka cemberut.



"Lui mau buat ictana pacil."



"Baiklah, tapi biar Mama gendong, ok."

Rui mengangguk dan merentangkan kedua tangan yang memegang ember dan sekop kepada Iyuki.


"Lui mau buat ictana becal. Celeta itu mau buat kue lang taun." Bahkan digendongan Iyuki anak itu masih bersemangat membuat Iyuki harus benar-benar memegang tubuhnya.


"Se-te-lah, bukan se-le-tah." Eja Iyuki membenarkan perkataan Rui.


"Ya, celeta." Ungkap anak itu riang, membuat Iyuki hanya geleng-geleng kepala.


Hari ini mereka akan membuat istana pasir setelah semalaman Rui membujuk sang Papa untuk memperbolehkannya main diluar Mansion selain pergi memancing dan berkebun.
Awalnya Stevan menolak dengan alasan 'kau bisa terluka jika diluar'. Tapi Rui tak habis akal, iya berjanji akan mengabulkan apapun yang diminta Stevan, hal itu sontak membuat Stevan menyeringai tanpa sepengatahuan Rui.


Akhirnya setelah mempertimbangkan banyak hal, Stevan mengizinkan Rui bermain diluar asalkan ditemani sang Mama. Dan disinilah mereka, dikotak pasir samping Mansion tempat bermain sikecil yang sedang asik memasukkan pasir kedalam ember untuk mencetaknya menjadi istana.


"Ini ictana Lui." Rui meletakkan daun diatas tumpukan pasir sebagai bendera. "Dan ini, ictana Papa." Melakukan hal yang sama pada tumpukan pasir yang jauh lebih besar.


"Lalu istana Mama mana?" Iyuki bertanya saat mendapati hanya dua tumpukan pasir.


"Mama cama Lui dalam ictana, Papa cama abang. Yeeeeyyy ...." Rui bertepuk tangan saat istananya telah jadi, meskipun anak itu mencetak menggunakan ember pasir tapi pasir yang terbentuk tak sesuai harapan. Istana itu malah seperti gunung pasir yang dibentuk sikecil menggunakan sekop.


"Lui mau buat kue. Kue becal untuk lang taun Lui." Kembali anak itu memasukkan beberapa sekop pasir kedalam ember.


"Kue lang taun bang Lyu becal, becok Lui lang taun kue na becal kan Mama?"


Iyuki mengangguk sambil tersenyum, "ya, besok Mama buatkan kue ulang tahun untuk Rui."
Rui kembali bertepuk tangan dengan senyuman mengembang, berarti besok dirinya akan mendapatkan kue.



"Mama Lui mau cu cu." Sedari tadi membentuk gundukan pasir membuat Rui kehausan, cuacanya memeng tidak terik tapi bagi Rui yang selalu berada didalam Mansion cuca seperti ini mampu membuatnya berkeringat.


"Baiklah, ayo kita kedalam Mama buatkan susu."



"Ndak, Lui lom ciap buat kue na." Iyuki memperhatikan tiga tumpukan pasir, sepertinya anak ini berencana membuat banyak kue ulang tahun.


"Tunggu disini, ok. Mama buatkan sebentar." Iyuki bangkit setelah dapat anggukan dari Rui. Untuk urusan sikecil pelayan dirumah ini tidak boleh ikut campur. Mulai dari memandikan, menyuapinya makan, sampai membuatkan sesuatu untuk sikecil harus dilakukan oleh anggota keluarga. Hal itu karena saat Rui berumur 1 bulan ada seorang pelayan yang mencoba meracuninya.



Rui Untuk DominicWhere stories live. Discover now