9. Salah tempat tidur

29.8K 2K 35
                                    




Di sebuah ruangan mewah dengan nuansa abu-abu, terlihat sebuah buntalan kain bergerak-gerak kemudian memunculkan tangan kecil yang meraba-raba sekitar.
Jam 3 subuh Rui terbangun karena tak mendapati seseorang di sampingnya.

"Bang Acel!" Rui memanggil abang pertamanya itu, harusnya Rui tertidur diatas perut Axel saat ini tapi dilihat dimanapun hanya dia sendiri diatas kasur ini.


"Mana bang Acel." Rui duduk dan menggosok matanya, kemudian netranya menangkap kotak kayu besar disudut ruangan. Seingatnya semalam saat dirinya bermain dikamar Axel tidak ada kotak kayu seperti itu.


"Bang Acel, kacul na tumbuh. Lui ndak bica tulun." Rui berteriak memanggil Axel. Rui ingin melihat kotak kayu itu, tapi saat ingin turun tempat tidur Axel lebih tinggi dari dugaannya.


"Malam Lui bica naik, napa tulun ndak bica?"


Author : ya jelas lah, semalam Axel yang menggendongnya untuk naik



Tak kehabisan akal, Rui mengambil bantal dan melemparkannya kebawah, dirasa bantal-bantal itu cukup tinggi kaki kecilnya mulai berusaha turun dan ya dia terjatuh tapi untungnya ada bantal yang membatasi tubuh gempal itu dengan lantai.


"Hole, celamat." Rui bertepuk tangan atas aksi yang menurutnya keren. Bisa turun dari tempat tidur yang tumbuh dengan usaha sendiri.


Tubuh itu mulai berdiri dan berjalan mendekati kotak, melihat isi kotak dari bagian yang terbuka.
Tubuh yang hanya berbalut popok itu mulai merasa kedinginan tapi rasa penasarannya jauh lebih tinggi.
Kotak itu tak terlalu tinggi sehingga dia bisa melihat kedalamnya.


Tapi sisi kotak yang terbuka adalah dibagian dinding membuat Rui tidak bisa melihat secara jelas apa isi kotak itu.
"Kacul?" Rui menyentuh bagian dalam kotak, sesuatu itu sangat lembut seperti permukaan tempat tidurnya di box bayi.


"Ini kacul Lui, pacti Mama na bawa cini." Rui mengangguk anggukkan kepalanya, membenarkan yang dia ucapkan.


"Angat, bang Acel na lama. Lui dingin." Rui merasakan kalau tempat tidur yang dibawakan Mamanya cukup hangat, sementara dirinya sudah kedinginan dari tadi.


"Ugh, Lui antuk, hoam ...." Rui menggosok gosok matanya dan sesekali menguap. Rui berjinjit untuk masuk kedalam kotak, badan yang berat ditambah tubuh yang pendek membuat anak itu berusaha mati-matian untuk masuk.
Mukanya memerah dengan pipi menggembung, seluruh tenaganya dia kerahkan dan akhirnya dia masuk juga kedalam kotak dengan wajah yang mendarat duluan.



Untunglah isi dalam kotak itu adalah kapas yang lembut kalau tidak cara masuk Rui yang tidak elit bisa membuat anak itu terluka. Kepala duluan masuk sementara kaki diatas.


"Cakit, eh Lui macuk ... bang Acel Lui macuk." Rui berteriak kegirangan dengan niat hati ingin memberi tahu Axel kalau dia bisa masuk kedalam kotak dengan usaha sendiri. Tapi Rui kembali ingat kalau Axel tidak ada dikamar ini.


"Lui tidul cini lah." Mata Rui mulai memberat, Rui kemudian merebahkan badannya keatas kapas dan mulai memejamkan mata. Kotak yang hangat dan kapas yang lembut ditambah rasa kantuk membuat anak itu terlelap dalam waktu singkat, tanpa tau diujung kepalanya moncong senjata mengarah padanya.
Ya, kotak itu adalah kotak senjata laras panjang pengeluaran terbaru. Senjata mematikan yang bisa menghancurkan kepala manusia hanya dengan sekali tembak.

















🌻🌻🌻

Axel keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya, kemudian melangkah mendekati ranjang.
Axel tak melihat apapun diatasnya kecuali selimut dan beberapa bantal yang berceceran dilantai.


Rui Untuk DominicWhere stories live. Discover now