12. Kembar

34.4K 2.4K 133
                                    



Ruangan bayi, atau kamar pribadi milik Rui. Ruangan berwarna biru dengan banyak stiker bintang dan bulan didinding nya.
Ruangan itu diisi dengan berbagai macam buku bergambar, mainan, perlengkapan bayi dan tentu saja box bayi.
Buku, mainan, dan peralatan bayi ditata dengan rapi oleh iyuki sendiri ke dalam rak, keranjang mainan dan lemari. Tapi sekarang ruangan rapi itu berubah menjadi kapal pecah akibat ulah sikecil.


Baru bangun tidur dirinya langsung lari kemari setelah kabur meninggalkan orangtuanya yang masih tertidur nyenyak. Bagaimana cara sikecil membuka pintu? Jawabannya dengan menggedor pintu sampai pengawal diluar membuka kan pintu untuknya.


"Mana pedang Lui?"


Bayi bulat 2 thn itu di jam 4 subuh sudah mencari mainan dengan tubuh yang lagi-lagi hanya dibalut popok.
Para bodyguard yang melihat keberadaan sikecil saja sampai menahan gemas melihat tubuh gempal dengan pipi tumpah itu.


"Mama na talo mana pedang legen lalis Lui." Rui bangkit dari keranjang satu ke keranjang lainnya. Saat ini sikecil sedang mengumpulkan mainan kedalam tas berbentuk pinguin hewan kesukaannya. Dan mainan terakhir yang dicarinya adalah pedang legendaris pemberian bang Ryu yang pernah digunakan untuk mengalahkan naga kepala tujuh.




Author : kacian kena tipu



"Ketemu" Rui akhirnya menemukan pedang itu dibawah lemari.


"Napa dicini," Rui membersihkan debu yang menempel dengan tangan kosong. "Pacti pedang na telbang cendili kecini." Pedang kecil berukuran sejengkal orang dewasa itu dimasukkan kedalam tas yang sudah sangat penuh. Saking penuhnya untuk memasukkan pedang beberapa lego kecil berjatuhan.


"Adek pacti cenang, cebab abang Lui bawa mainan."

Yap, sikembar sudah lahir ya gaes itu sebabnya sikecil bersemangat pagi pagi sekali menyiapkan mainan untuk dimainkan bersama kedua adek kembarnya.

Mainan Rui terus berjatuhan disepanjang lorong menuju kamar Albert dan Laura, anak itu membawa tasnya sambil berlari. Para pelayan yang sudah bangun dan mulai melakukan tugas mereka hanya bisa tertawa. Bagaimana tidak bayangkan saja, tubuh gempal berbalut popok berlarian membawa tas berbentuk pinguin. Mereka tau tujuan sang tuan kecil sepagi ini, kemana lagi kalau bukan bertemu adik barunya. Tapi mungkin Rui tidak tau, kalau bayi baru lahir tidak bisa diajak bermain.


Sesampainya didepan pintu kamar Papinya, Rui juga menggedor pintu itu. Tak lama Albert membukanya tapi Albert tak melihat seorangpun.


"Siapa yang mengetuk barusan." Albert memandang kekiri dan kekanan, tetap saja tak ada orang lain.


"Papi, Lui cini." Mendengar suara itu Albert lansung memandang kebawah, terlihatlah Rui yang tersenyum kearahnya kemudian masuk tanpa permisi.
Tadi Albert yang celingukan sekarang Rui. Albert yang telah menutup pintu mendekati Rui dan menggendong anak itu.


"Cari apa, hmm ...." Albert bertanya sambil membawa Rui menuju ranjangnya dan sang istri.


"Mana adek na, Lui ndak liat." Rui kembali mengedarkan pandangan, tapi tetap saja nihil.


"Adek mu sedang tidur di box nya." Albert menunjuk box bayi disamping ranjang mereka, "sebelum Rui main dengan mereka, Rui harus lanjut tidur ini masih jam 4 pagi." Albert meletakkan anak itu dikasur samping istrinya dan melepas tas pinguin yang isinya tinggal separoh.



"Tapi Lui mau main cama adek." Anak itu menatap Albert penuh harap, berharap agar Albert membangunkan kedua adik barunya dan mereka bisa bermain kejar-kejaran.


Rui Untuk DominicWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu