30. Ramuan pertumbuhan

23.5K 2.3K 196
                                    





"Ekhem," ini adalah suara yang telah Laura ulangi sebanyak tiga kali sepanjang dia membaca majalah.
Dan tangan mungil itu segera mencatatnya dibuku detektif kecil menggunakan krayon.


"Bunda em em tiga kali, tluc bunda na baca buku lagi." Sikecil dibalik selimut putih itu terus mencoret lembaran buku dan dalam sepuluh menit coretan itu sudah memenuhi semua tempat.

"Mpuc janang gelak gelak, ntal ketaunan." Rui mengusap anjing putih kecil diatas kepalanya yang berusaha mengecilkan tubuh sekecil mungkin saat ini.
"Mpuc klo ketaunan bunda bica cluliga." Rui menjulurkan kepalanya sedikit dibalik selimut putih dan mulai memata-matai Laura lagi.


"Wofff~~" Anak anjing itu membeku saat ini, saat mendapati tatapan tajam Albert kepadanya yang berada di kursi seberang.
Tatapan itu begitu menusuk dan penuh ancaman, yang membuat mpus berdoa agar Rui memasukkan dirinya kedalam sleepsuit saja.

Laura pura-pura menyibukkan dirinya dengan membaca majalah dan meminum teh, tapi perhatiannya tak pernah berada di majalah yang dia baca. Justru saat ini perhatiannya ada pada Rui yang saat ini memata-matainya sedari tadi.

Laura sangat ingin tertawa, tapi sebisa mungkin ditahan dan hanya bisa berdehem untuk melampiaskannya. Ya, Laura tak sendiri, ibunya Rebeca juga berusaha menahan tawa sedari tadi.

"Aku sangat ingin mencium pipinya, ibu." Laura berbisik kepada Rebeca tanpa didengar Rui, "lihat saja, malam ini akan aku bully pipi chubby itu saat anak ini tidur."

"Khe, khe, khe sudah saatnya dia berhenti bermain memataimu, Laura. Stevan sudah sangat cemburu padamu." Rebeca juga berbisik kepada Laura dan sesekali membalik halaman majalahnya.

"Ah, kau benar. Aku merasa terancam tiga hari ini setelah Rui mengikutiku." Laura menjulurkan tangannya dan meraih gagang gelas dan meminum teh.

"Bunda minum cokat, tapi ndak bagi Lui." Rui segera mencatat itu dibuku detektifnya lagi, sedangakan mpus yang berada diatas kepalanya sudah berkeringat dingin karena tatapan maut Albert.


"Wofff~~~~" Suara mpus semakin lemah dan tubuh kecil itu semakin menciut, sudah bisa dilihat kalau Albert diseberang meja sana ingin menguliti dirinya dari kepala sampai ekor.
Sekarang mpus sadar, berada didalam sleepsuit Rui lebih nyaman daripada berada di kepala Rui.

Albert sangat ingin membunuh makhluk yang saat ini bersarang dikepala sikecil nya, benda penuh bakteri itu berani sekali berada disana.
Tapi tatapan tajam Albert tak bertahan lama setelah ditatap tajam oleh Rebeca.

"Apa itu Laura," Mendengar suara sang Oma, Rui berhenti mencatat(mencoret) buku detektif dan fokus pada bunda nya yang memegang sesuatu

"Ah, ini? Ini adalah susu yang telah dicampur ramuan yang membuat sikembar tumbuh. Tapi akhir-akhir ini sikembar tak mau meminumnya lagi." Laura pura-pura berbicara dengan Rebeca, mengayun ayunkan "susu pertumbuhan" Yang selalu diminum sikembar.

Mendengar itu mata Rui jadi berbinar, akhirnya pengintaiannya selama tiga hari berhasil mengetahui rahasia dibalik tubuh tinggi sikembar yang sudah menyamainya saat ini.

Rui segera keluar dari "selimut tembus pandangnya" Benda ajaib yang diwariskan Ryu yang membantunya dalam memata-matai sang bunda.

"Lui caja minum, bial Lui caja." Anak itu mendekati Laura dengan mata berbinar dan penuh harap menatap susu yang ada ditangan Laura.

"Yaampun, darimana Rui keluar. Itu sangat luar biasa, bagaimana bunda tidak sadar kalau Rui ada disini." Laura pura-pura terkejut agar anak itu senang, ingat menyenakan Rui itu sangat mudah.

Rui Untuk DominicWhere stories live. Discover now