18. Makan malam

29.4K 2.7K 300
                                    



Kalian tau seperti apa lumba-lumba berenang?
Mereka cepat seperti burung elang yang terbang di langit dengan diiringi lompatan yang selalu membuat manusia kagum.
Tapi, melihat sekali lagi. Stevan, Iyuki bahkan anggota Dominic lain ragu, kalau yang mereka lihat adalah lumba-lumba.

"Lui, celakang lumba-lumba. Lui belubah dan belenang dilautan." Semua anggota Dominic dibuat gemas oleh makhluk yang saat ini tergeletak di lantai menirukan gaya lumba-lumba berenang.

Tapi sikecil tidak tau, daripada terlihat seperti lumba-lumba. Gaya Rui saat ini lebih mirip pinguin yang sedang berseluncur di es.
Hanya perut yang menempel, sedangkan anggota lainnya tak menjejaki lantai .

"Pffttt, sudah. Jangan seperti itu." Iyuki yang sedang memegang kamera untuk merekam aksi lucu sikecil tidak tahan lagi. Perutnya bener-bener sudah sakit karena tertawa sedari tadi.

Rui berhenti dan berbalik, sekarang anak itu terlentang dan mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku doraemon sleepsuitnya.

"Celakang Lui halus manjat gunung belapi." Semua orang kembali tertawa, bahkan pelayan yang sedari tadi berusaha tenang sudah cekikikan disudut ruangan.
Hey, mana ada orang memanjat gunung, yang ada orang mendaki gunung. Dan juga tidak ada orang yang mau mendaki gunung berapi.

Anak itu dalam perjalanan mencari harta karun, berbekal peta yang di gambarnya sendiri.
Sedari tadi Rui sudah mengitari seluruh ruangan dengan berbagai tempat dalam imajinasinya.
Seperti tadi, anak itu sedang mengarungi samudera luas dengan cara berubah menjadi lumba-lumba.

Jika kalian tanya dimana si kecil mendapatkan ide, tanya saja sama abang Ryu yang setiap malam selalu bercerita tentang perjalanannya mengelilingi 7 benua dan 7 samudera.
Serta mendaki 100 pegunungan dan akhirnya menemukan harta karun yaitu pedang legendaris pembunuh naga kepala dua yang bila ditekan tombol ditengahnya akan mengeluarkan cahaya.

Author : pedang legendaris macam affa ini ಠ_ಠ

Rui berjalan kesamping Stevan yang sedang duduk disofa.
Oh, ternyata kali ini sikecil menggunakan sofa sebagai imajinasi pegunungan nya.

"Gunung na tinggi, Lui laca gunung na tumbuh lagi." Lagi dan lagi mereka tertawa tapi tidak dihiraukan oleh Rui. Ingat saat ini di imajinasi sikecil dia sendirian dan sedang berusaha memajat gunung.

"Ugh ... napa gunung na ndak bica dipanjat." Rui sekarang sudah kesal, muka itu sudah memerah dan tangannya memukul-mukul sofa untuk melampiaskan kekesalan.
Anggota Dominic hanya bisa geleng-geleng kepala, sikecil benar-benar tidak menyadari tinggi badannya.


"Papa na, bantu Lui." Anak itu menyerah dengan *gunung berapi yang tak bisa dipanjat* dan merentangkan tangan kearah Stevan minta dipungut.

Stevan menaikkan sebelah alisnya.
"Bukankah Rui sedang memanjat gunung sekarang?" Stevan ingin tertawa saat muka anak itu memerah karena malu, tapi tangan itu masih terentang dengan jari yang masih buka-tutup.

"Gunung na tinggi, Lui minta bantuan lakcaca caja." Rui menatap berbinar pada Stevan. "Lakcaca bantu Lui." Rui kali ini melompat-lompat kecil didepan Stevan dengan tangan yang masih terentang.

"Oh, jadi Papa sekarang adalah raksasa." Stevan mengangkat Rui dan meletakkan anak itu dipangkuannya.
"Mm ... Papa lakcaca celakang." Anak itu ber lonjak lonjak dan bertepuk tangan dipangkuan Stevan.

Lagi Rui mengeluarkan secarik kertas dari kantong doraemon, kertas sebagai peta oleh sikecil.
"Kata peta, halta na didepan." Rui mengangguk dan kembali memasukkan kertas peta kedalam kantongnya.
Stevan hanya bisa mengernyit melihat peta yang digambar sikecil, garisnya acak dan saling tumpang tindih bahkan tak memiliki tanda silang seperti peta pada umumnya.
Sekarang Stevan tau, kertas peta yang digambar putranya ini hanyalah pajangan, dan peta sebenarnya adalah imajinasi sikecil sendiri.

Rui Untuk DominicUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum