10

35K 2.9K 170
                                    

Support me! (⁠*⁠˘⁠︶⁠˘⁠*⁠)ノ❤️

🗿🗿🗿

Selain masalah cincin, Gea juga yakin kalau Darrel sudah tahu tentang ia bekerja menjadi sekretaris pribadi Rion. Mana mungkin tidak tahu? tapi sepertinya Darrel tidak mempedulikan buktinya Gea sudah bekerja hampir seminggu namun Darrel hanya diam.

Anehnya sejak kejadian dimana Gea ketahuan menjual cincin ia selalu merasa bersalah, padahal Gea rasa yang bersalah itu seharusnya Darrel. Salah siapa tidak memberi uang kepada istrinya bahkan handphone saja tidak punya.

"Ck, mending minta maaf lagi dah dari pada dihantui rasa bersalah padahal gak salah sih." Guman Gea sambil menggaruk-garuk pelipisnya.

Hari ini adalah hari Minggu seperti biasa, mereka yang bekerja sekarang hanya duduk santai didalam rumah. Begitu juga dengan Darrel dan Gea.

Gea menghembuskan napas panjang sebelum bertemu dengan Darrel, butuh mental baja jika tidak maka akan langsung hiks hiks mendengar ucapan silent milik Darrel yang selalu keluar.

Selain pelaku pembunuhan. Darrel juga memiliki mulut ular balado yang menusuk hati, tak lupa juga sebutan pria kaya yang pelit seperti Bu RT sebelah.

"Dimana tuanmu itu sekarang?" tanya Gea pada Bodyguard yang berjalan didepan Gea.

"Maafkan saya nyonya, tidak menyadari ada nyonya. Tuan Darrel ada di ruang santai rooftop." Ucap bodyguard itu.

Gea sedikit terkejut." Di rooftop ada ruang santai?" tanya Gea penasaran.

"Ada nyonya." Jawab bodyguard.

"Ya sudah, kau boleh lanjutkan tugasmu." Ucap Gea.

Benar-benar rumah idaman! andai saja Darrel baik hati, mulia, dan santun mungkin Gea sudah meminta sertifikat tanah mansion untuk jadi miliknya sendiri.

"Haduhh... Gea jangan halu, mana mungkin si Korel baik hati." Guman Gea yang menghina nama Darrel menjadi Korel.

Seperti yang sebelumnya, Gea masih buta dengan arah mansion Darrel yang luasnya tiada kara. Seharusnya ia tadi meminta bantuan kepada bodyguard.

"Bego banget jadi orang!" umpat Gea pada dirinya sendiri.

Gea memejamkan matanya sambil berpikir," dimana-mana pasti rooftop ada di lantai paling atas. Pasti lewat tangga bisa, ck ck ck pinter juga anaknya bunda Ema."

Mengikuti pemikirannya, Gea mulai melangkahkan kakinya naik ke tangga untuk menuju ke rooftop tanpa memikirkan sesuatu yang mengganjal di otaknya.

Sudah lima belas menit lebih Gea berjalan di tangga namun tak kunjung sampai di dasar tangga," ini siapa yang desain model tangga kluer-kluer kaya uler sih, kalau dilihat bagus sih bagus tapi nyusahin orang!" dumel Gea yang sudah kelelahan.

Gea duduk di lantai tangga sambil mengipasi mukanya dengan tangan, ia benar-benar lelah menaiki tangga. Maklum saja Gea dulu jarang sekali berolahraga mungkin saat ada maraton lari di kota yang diadakan tiga tahun sekali, Gea ikut berolahraga.

"Gue sumpahin yang desain model tangga ini hidupnya bakal ruwet! kenapa coba gak dibuat lurus langsung ke atas biar gampang! kaki gue astaga pegel banget." Keluh Gea yang tak ada hentinya.

Dari duduknya sekarang Gea melihat Mila yang berjalan naik keatas tangga sambil membawa kardus yang entah apa isinya.

Sampai didepannya, Gea menatap Mila yang kaget." Astaga kenapa nyonya duduk disini?!"

Pindah RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang