23

19.6K 1.4K 95
                                    

Support me! ૮ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ❤️

Brownies yang Gea beli tadi tergeletak diatas meja tanpa ada keinginan untuk memakannya. Mengingat perkataan Vermon membuat nafsu makan Gea hilang seketika.

Berbeda dengan Alden, kue bebek sudah dimakan separuh bersama Zulkidin. Bebek peliharaan Alden duduk diatas meja, sekali-kali Alden menyuapi Zulkidin dengan sendok yang berisi remahan kue.

Gea membiarkannya tanpa menegur, lagi pula bebek Alden bersih tidak seperti bebek ternak pada biasanya.

"Unda kok ga dimakan?" tanya Alden yang sadar Gea belum menyentuh kue brownies nya.

"Bunda lagi malas makan, kalau Al mau ambil saja satu itu ada dua." Jawab Gea sambil menawarkan brownies miliknya.

"Al mau hehe, Al ambil ya?"

"Ambil aja." Usai mendapatkan jawaban dari Gea, Alden membuka bungkus kue dan mengambil isinya satu.

"Acikk... Idin kita ganti makan loti laca coklat pacti Idin cuka!" seru Alden senang. Idin merupakan panggilan Alden untuk Zulkidin, bebek kesayangannya.

Gea tersenyum menatap Alden kembali ceria setelah menangis lama di toko kue tadi, akibat kelalaian Gea meninggalkan Alden sendirian dan soal pembicaraan Gea dengan Vermon masih terpampang jelas diingatan Geal.

Flashback on

"Akanku lanjutkan ucapanku tadi, Darrel memiliki kelainan pada darahnya tepatnya Darrel mengidap penyakit anemia plastik."

Gea terdiam mencoba menerima kenyataan yang baru saja ia peroleh, tak lama Vermon melanjutkan ucapannya.

"Penyakit anemia aplastik, tulang sumsum belakang tidak dapat memproduksi sel darah merah. Penyakit ini tergolong langka dan serius, jika tidak segera mendapatkan pendonor tulang sumsum kondisi Darrel akan turun drastis karna Darrel tak bisa terus-terusan tergantung pada obat." Lanjut Vermon menjelaskan semuanya secara detail.

"Sejak kapan Darrel mempunyai penyakit itu?" tanya Gea penasaran.

"Delapan tahun yang lalu, tapi tidak ada yang mengetahuinya selain aku dan Darrel sendiri." Jawab Vermon mengejutkan Gea.

"Kenapa Darrel tak memberitahukan pada orang tuanya? dan kenapa tak segera mencari pendonor tulang sumsum untuknya?" tanya Gea berturut-turut tanpa henti.

Vermon menatap jalanan dibalik tembok kaca." Darrel tak ingin membuat semua orang khawatir, walaupun sikapnya sangat menjengkelkan tapi sebenarnya Darrel itu selalu memperhatikan orang-orang terdekatnya dan untuk pendonor tulang sumsum sangat susah dicari. Tulang sumsum yang cocok biasanya pada saudara kandungnya, namun Darrel anak tunggal. Sangat kecil kemungkinan mencari pendonor yang cocok, buktinya sampai sekarang belum menemukannya." Jelas Vermon panjang lebar, lagi-lagi membuat Gea terdiam.

Flashback off

Apa lagi perkataan Lesya di Alam bawah sadar Gea dulu, Lesya pernah mengatakan bahwa Darrel sebenarnya orang baik.

Apa seharusnya Gea bersyukur karna Darrel memiliki penyakit mematikan? tapi dalam hati Gea seperti berkata sebaliknya, apa yang harus Gea lakukan? dan kenapa sekarang menjadi beban pikiran Gea?

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Darrel yang baru pulang dari kantor, menyadarkan Gea yang sedari-tadi melamun.

Alden menyahuti ucapan Darrel." Tau tuh dad, dali tadi Al panggil Unda diem mulu kaya boneka bebek Al."

"Ti-tidak aku hanya ingin melamun, tumben masih siang sudah pulang?" Gea mencoba mengalihkan topik pembicaraannya.

Darrel ikut duduk di sofa sambil mengangkat tubuh Alden yang mendekatinya sambil membawa Zulkidin ke pangkuannya." Semua pekerjaanku sudah selesai, bagaimana keadaanmu sekarang?" jawab Darrel diakhiri pertanyaan.

Pindah RagaWhere stories live. Discover now