12

32.5K 3K 617
                                    

Support me! (⁠*⁠^3^⁠)ノ~❤️

🗿🗿🗿

"Aku sudah tau sejak awal," ucap Darrel namun tak membuat Gea terkejut.

Gea yang hanya menampilkan raut muka santai, membuat Darrel bingung." Kau tak kaget?" tanya Darrel

Tangan Gea sibuk memegang botol susu yang menempel di mulut Alden hanya melirikkan matanya menatap Darrel." Tidak, aku sudah menebak jika kau tahu aku berkerja. Hal kecil seperti saat aku menjual cincin saja kau tahu semua lewat bawahanmu."

"Hal kecil? kau menganggap itu hal kecil? itu cincin nikah kita! kenapa kau malah menjualnya?!"

"Kenapa kau marah? kau tidak mencintaiku dan saat itu aku butuh uang, tapi karena hanya ada cincin itu yang ku punya terpaksaku jual," jawab Gea membuat Darrel bungkam kata-kata 'tidak mencintaimu' seperti menusuk di dadanya.

Gea melanjutkan ucapannya." Ini salahmu juga, kenapa tak memberikanku uang bulanan? dasar pelit." Gea merasa lega usai mengungkapkannya kesalahan Darrel.

Merasa pegal karena terus memegang botol susu, Gea meminta tolong pada Darrel." Gantian, aku ingin mandi duluan."

Tanpa menunggu jawaban dari Darrel, Gea memindahkan Alden yang ada di pangkuannya kedalam pangkuan Darrel berserta botol susu yang masih ada isinya setengah.

Perlahan Gea menghilang dari pandangan Darrel, Darrel menatap anaknya yang ada di depan matanya. Perasaan Darrel goyah, ia merasa sangat bersalah telah menelantarkan anaknya sejak lahir. Bahkan pertama kali memeluk Alden itu kemarin malam, saat Gea memintanya untuk menggendong Alden.

Darrel masih saja teringat kata Vermon," demi Alden ya?"

Disisi lain, Gea yang sudah berada didepan kamar mandi memikirkan kejadian yang ia alami akhir-akhir ini." Pengen menghindar malah deketan, tapi demi baby Alden gapapa lah yang penting waspada."

🗿🗿🗿

Mereka semua duduk di kursi dengan makanan yang tersaji dimeja makan untuk sarapan.

Sekitar sepuluh menit yang lalu, pukul jam enam kurang lima belas menit. Reyhan yang menjabat sebagai asisten pribadi Darrel datang ke mansion membawa berkas digital penting yang harus ditandatangani secepatnya oleh Darrel.

Gea yang cantik, mulia, dan baik hati juga rajin menolong tentu saja menawarkan sarapan bersama dengan sedikit paksaan.

"Mau makan apa mas?" tanya Gea pada Reyhan. Mendengar panggilan 'mas' untuk Reyhan, Darrel hanya diam walaupun sedikit sebal.

"Terserah nyonya saja," jawab Reyhan sopan.

"Kok masih manggil nyonya sih? panggil aja nama, siapa tahu nanti jodoh." Ucap Gea tanpa menganggap Darrel ada disisinya.

Reyhan mendapatkan tatapan tajam dari Darrel mencoba menetralkan raut mukanya," maaf nyonya saya tidak bisa."

"Dia itu bawahanku, seharusnya dia memang memanggilmu nyonya." Sesal Darrel.

Gea mencibir tak suka dengan ucapan Darrel." Itukan di kantor tapi ini di mansion, jadi tak ada unsur kerja-kerjaan antara kalian."

"Tetap saja." Balas Darrel tak mau mengalah.

"Beda! Mas Reyhan kan bawahanmu bukan bawahanku." ucap Gea yang juga tak mau mengalah dari suaminya.

Pindah RagaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora