24

16.7K 1.1K 76
                                    

Support me!૮₍๑•‌᎑<๑₎ა❤️

Gea sangat benci jika ia dalam keadaan bimbang, hal ini membuatnya menjadi orang konyol yang akan lupa dengan tujuan sebenarnya. Hanya saja kali ini juga berhubungan dengan nyawa seseorang yakni Darrel.

Walaupun Darrel orang yang membuatnya kehilangan nyawa namun Gea juga tak setega psikopat-psikopat di luaran sana yang gampang memainkan nyawa orang seperti main game impostor.

Setelah berpikir matang, Gea akan merawat Darrel diam-diam sebab Darrel belum tahu jika ia mengetahui penyakitnya dan Darrel juga pernah menyelamatkan nyawanya saat penculikan sebelumnya.

Apa lagi sekarang Alden mulai dekat dengan Darrel, mana mungkin Gea tega membuat anak kecil sedih kehilangan ayahnya yang notabene pria pertama yang menjadi panutan teladan seorang laki-laki.

Dan untuk rencana pergi jauh dari kehidupan Darrel, Gea akan tetap lakukan setelah Darrel sembuh dari penyakitnya. Walaupun Gea ingat, rencana awalnya bukan pergi jauh melainkan membunuh Darrel tapi seperti ada yang mengganjal di dadanya membuat Gea mengurungkan rencana pertamanya.

"Hidup makin kesini makin kesana, nangis dikit gak ngaruh." Gumam Gea lelah dengan kehidupan yang ia jalani.

Gea sekarang berada di taman belakang mansion sambil memberi makan Zulkidin, Alden si pemilik bebek kuning itu sedang tiduran di karpet dengan mulut sibuk mengunyah makanan ringan.

Gea melirik kearah Alden lalu memanggil namanya." Al..."

Alden yang mendengar panggilan dari bundanya langsung menatap kearah Gea." Apa unda? Unda mau ini?" Tanya Alden sambil menawari makanan yang ia makan pada Gea.

Gea menggelengkan kepalanya." Tidak, kamu habiskan saja. Bunda mau tanya sesuatu, nanti Al jawab jujur ya?" Tanya Gea memastikan terlebih dahulu agar tidak memberatkan Alden nantinya.

Mengangguk mengerti sambil tangannya mencomot makanan," Al kan anak ganteng, tidak combong, dan jujul, nanti Al bakal jawab cemuanya cambil jujul!" Jawab Alden semangat.

Bangga dengan kata-kata kepedean milik Alden, Gea menepuk ringan kepala Alden." Oke bunda tanya langsung, kalau bunda atau daddy sakit Al sedih banget apa sedih biasa aja?" Tanya Gea mengajukan pertanyaan pertamanya.

"Cedihh... Cedih bangettt... Apa lagi kalau unda yang cakit, unda itu kaya be-be... Apa ci namanya be-belahan... belahan....jiwa!" Jawab Alden yang kesulitan menjawab kalimat terakhir.

"Gimana kalau salah satunya ada yang pergi jauh?" Tanya Gea kembali.

"Pe-pelgi? Unda mau pelgi kemana?! Hiks... Unda ga bole pelgi! Hiks...." Alden yang salah paham dengan pertanyaan Gea langsung menangis membuat Gea kaget.

Gea mendekati Alden lalu menepuk-nepuk punggungnya, mencoba untuk menghentikan tangisan Alden yang semakin keras.

"Bunda gak akan pergi kemana-mana tanpa Al, bunda tadi cuma iseng nanya. Berhenti nangis ya? Bunda minta maaf..." Gea memejamkan matanya, ia merasa bersalah bertanya hal yang sedikit menyakiti hati anak kecil.

Tak ada jawaban dari Alden, Gea mendorong lembut bahu Alden menjauh dari pelukannya, Gea menatap kearah muka Alden yang merah akibat menangis. Memang muka Alden selalu merah saat menangis dan marah.

"Liat muka bunda Al." Perintah Gea, awalnya Alden menghiraukan namun suara Gea seakan menekan Alden untuk menuruti. Dan pada akhirnya Alden menatap Gea walaupun dengan sesenggukan sedikit terdengar.

"Al sendiri yang bilang kalau Al sekarang udah besarkan?" Tanya Gea diangguki Alden, kemudian Gea meneruskan ucapannya." Al harus janji gak boleh berpikiran jelek, aneh-aneh atau apapun itu yang bikin Al nangis."

Pindah RagaWhere stories live. Discover now