#4 Cita-cita

776 22 0
                                    

Sebelum mobilnya melaju ia mendengar sayup-sayup suara perempuan itu meneriakinya dan mendengar kata gila diucapkannya, tapi ia tidak peduli dan langsung melajukan mobilnya secepat yang ia bisa.

Setelah kurang lebih 20 menit, sampailah ia di ruang inap mamahnya. Saat ia membuka pintu langsung terdengar teriakan yang cukup memekakkan telinganya.

"ABANG RONYYYY!! LAMA ISHH, SEBEL BANGET AKU NUNGGUNYA!" kesal Diva. Rony yang dipanggil namanya hanya terkekeh.

"Mah aku pamit ya ke kampus, mamah sama abang dulu ya." pamit Diva mencium kening mamahnya dan memeluknya sekilas. "Bang pulang aku ngampus traktir gofood ya, gamau tau." pinta Diva sambil memeluk abangnya sekilas dan keluar ruangan setelahnya.

Ia dan mamahnya hanya saling pandang, tersenyum dan geleng-geleng melihat kelakuan adiknya yang masih tetap manja ke abangnya. "Mamah gimana udah enakan kan? Abang kalut banget kemarin waktu dapat kabar dari Diva." terang Rony.

"Maaf ya sayang bikin kamu khawatir sampe harus jauh-jauh pulang buat nemenin mamah. Mamah udah enakan kok sekarang, tadi dokter bilang besok udah boleh pulang." jelas mamahnya.

"Ga usah minta maaf mah, apapun bakal aku usahain buat Mamah dan Papah, buat Diva juga. Alhamdulillah abang seneng dengernya kalo besok udah boleh pulang. Ya udah sekarang mamah tidur ya, istirahat biar makin enakan badannya." pinta Rony. Mamahnya tersenyum dan mengangguk, lalu memejamkan matanya untuk tidur.

Rony berjalan ke sofa di samping kiri ranjang mamahnya, menyenderkan tubuhnya. Ia memainkan hp nya, namun tiba-tiba terlintas dipikirannya perempuan yang ia tabrak tidak sengaja di basement apartemen tadi. "Galak juga tuh cewe, teriak-teriak sambil ngatain gue gila lagi." batin Rony. Ia merasa bersalah sebenarnya karena pergi begitu saja dan tidak meminta maaf, tapi ya sudahlah, pikirnya ia tidak akan bertemu dengan cewe itu lagi.

Rony, Rony Avond Parulian, nama lengkapnya. Saat ini ia sedang memperjuangkan cita-citanya dan mau tidak mau harus terpisah jarak dengan keluarganya. Ia memiliki label rekaman hasil usahanya sendiri, mulai dari nol.

Setelah lulus dari jurusan musik ia bekerja di salah satu perusahaan label di Jakarta, mengambil ilmu sebanyak-banyaknya, menjadikannya batu loncatan sembari mengumpulkan modal untuk cita-citanya. Sebenarnya ia bisa saja meminta modal ke orang tua nya, karena Rony memang berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ayahnya juga memiliki perusahaan sendiri.

Namun Rony bukan tipe yang seperti itu, ia tidak mau menyusahkan apalagi bergantung ke orang tuanya. Rony ingin apa yang menjadi cita-cita nya harus ia perjuangkan sendiri, sesulit apapun prosesnya.

Waktu 2 tahun dirasa sudah cukup untuk mempelajari dan mengambil ilmu di tempatnya bekerja, akhirnya ia memutuskan resign dan membuat label rekaman sendiri. Sulit memang, jatuh bangun itu pasti, tapi ia senang bisa berproses menuju apa yang sangat ia inginkan.

Dan jadilah Rony yang saat ini, usahanya membuahkan hasil. Semesta mendukungnya. Label rekaman yang ia buat dan jalankan dengan teman-temannya berjalan dengan baik, sudah cukup banyak orang mengetahui Label-nya. Juga beberapa talent baru yang ia lahirkan dari Label-nya sukses di pasaran.

Ia senang bisa bekerja dan berkarya sesuai passion-nya, karena tidak semua orang memiliki kesempatan seperti ini. Ia sangat bersyukur atas pencapaiannya dan berterima kasih kepada dirinya sendiri karena sudah mampu berjuang dan bertahan selama ini.

~~~~~~~~~~

Tak terasa besok adalah hari yang sangat dinanti Salma. Di Minggu pagi ini ia sudah menyelesaikan packing-nya, cukup cepat karena memang hanya membawa 1 koper seukuran kabin saja. Semalam juga ia sudah membaca rundown untuk event besok, ia mempelajarinya karena memang tujuan ia diperbolehkan bos nya ikut kan untuk membantu para LO* di lapangan.

Ah rasanya seperti nostalgia masa kuliah, terlibat dalam kepanitian event. Walaupun sedikit berbeda karena dulu saat kuliah ia lebih banyak bekerja sebelum acara berlangsung, seperti mengurusi perijinan tempat, perijinan dengan manajemen kampus, berkoordinasi dengan satpam, menghubungi pihak ketiga, dan lainnya.

Lebih tepatnya ia sebagai humas yang harus berkomunikasi dengan berbagai pihak dari sebelum hingga acara selesai dilaksanakan. Hal yang menyita waktu, melelahkan, tapi sekaligus menyenangkan.

Baginya kesempatan tidak bisa diulang dan kecil kemungkinannya datang 2x. Ia menerapkan mindset bahwa "selagi ada kesempatan dan mampu, kenapa tidak dicoba".

*Liaison Officer

SwastamitaWhere stories live. Discover now