#37 Bercelah

431 28 10
                                    

Tiga bulan berlalu, hubungan Salma dan Rony semakin menghangat. Komunikasi menjadi kunci utama yang diterapkan dalam hubungan mereka, tetap berbagi kabar setiap hari, dan kadang di malam hari mereka sempatkan untuk bertatap muka melalui video call untuk mengobati segala rindu yang hadir. Pada saat video call tak jarang satu sama lain mencurahkan segala perasaannya, termasuk kejadian apapun yang terjadi pada hari itu. Keduanya pun masih menyempatkan bertemu walaupun tidak di setiap minggu-nya.

Ah iya, mengenai hubungannya dengan Rony, Salma sudah menceritakannya ke Novia dan juga teman dekatnya yang lain. Tentu saja sambutan positif diterimanya, mereka senang akhirnya Salma melabuhkan hatinya pada seseorang. Mereka pun ingin bertemu dengan Rony, Salma bilang akan mengajaknya nongkrong suatu saat nanti, temannya pun menyambut baik dan menunggu waktunya datang. Banyak nasihat pun diterima Salma, terutama mengenai hubungan jarak jauh alias ldr. Tentunya Salma mendengarkan dengan seksama dan menerima semua nasihat itu, bagaimana pun teman-temannya lebih berpengalaman dalam masalah percintaan daripada dirinya.

***

Jam pulang kantor sebentar lagi, Salma sudah selesai dengan pekerjaannya, ia memilih membereskan beberapa berkas yang ada di meja nya dan bersiap untuk menunggu waktu pulang tiba. Novia, yang duduk di sebelahnya diam-diam memerhatikan sahabatnya ini, ia merasa ada yang berbeda dari Salma belakangan ini, perempuan yang terkenal ceria ini menjadi lebih banyak diam dan melamun. Seperti saat ini, matanya menatap keyboard di depannya dengan tatapan kosong.

“Sal kamu boleh loh cerita ke aku, apapun itu. Belakangan ini ku liat ada yang beda dari kau, ga seceria biasanya. Ada masalah kah?” ucap Novia.

Salma diam, ia tidak menjawab.

“Salmaaa.” Novia menepuk pelan bahu Salma, membuat Salma tersadar dari lamunannya.

“Eh kenapa Piak, udah waktunya balik ya? Ayo caw kita.” Balas Salma.

Novia menggeleng, ia mengulangi kembali ucapannya tadi.

“Oh aman kok, ga ada masalah, santuyy.” Jawab Salma dengan senyum tipis di bibirnya, senyum yang ia paksakan hadir.

“Kita kenal udah bukan itungan bulan lagi anjir, ga mungkin lah kalo aku ga paham gelagat kau gini tuh kenapa, ya pasti karena ada yang dipikirin kan? Kau tenang lah Sal, aku bakal dengerin semua cerita mu. Mungkin aku ga bisa bantu apa masalah yang dihadapi sekarang, tapi setidaknya bisa ngebuat lebih lega karena udah keluarin semua yang kamu pendam sendiri selama ini. Udah hampir 2 minggu loh Sal, ku perhatiin kamu makin murung setiap harinya. Datang ke kantor buat kerja, pas waktunya balik langsung cabut, terus waktu ngumpul sama anak-anak juga jadi jarang ikut. Aku dan kau yang sebelahan gini aja jadi jarang interaksi, karena kau lebih banyak diemnya.

Mata Salma mulai berkaca-kaca, ia bingung harus memulai dari mana. Saat ini, jujur ia sangat membutuhkan Novia disisinya. Tapi Salma adalah tipe pemikir, sedekat apapun dengan sahabatnya itu, ia masih merasa takut membebani dan membuat sahabatnya ikut pusing dengan masalahnya. Tapi Novia selalu berhasil meyakinkannya dan Novia akan selalu menjadi orang pertama yang dicari Salma saat senang ataupun sedih, Novia akan selalu menjadi pendengar yang baik dan selalu memberikan respon dalam setiap curahan hati yang dikeluarkan Salma.

“Piakk.” Panggil Salma sembari tersenyum, senyuman yang tulus kali ini, dilihatnya manik mata sahabatnya itu, “Aku tuh …” Ucapan Salma terpotong.

“Jangan bohong lagi Sal, aku yakin kamu ada yang mau diceritain ke aku kan? Aku selalu bilang, jangan cari aku saat seneng doang, tapi disaat kondisi apapun, mau sedih, kecewa, marah, atau apapun. Aku ada di sini, kita udah kek sodara kan.” Novia memotong ucapan Salma, bertepatan dengan jam yang sudah menunjukkan waktunya mereka pulang.

SwastamitaWhere stories live. Discover now