#27 PMI

483 25 4
                                    

Mereka sudah tiba di lantai yang Rony maksud. Saat pintu lift terbuka terlihat tulisan Parulian Music Indonesia. Begitu mulai melangkah lebih dalam, Salma dibuat terpana dengan apa yang ada dihadapannya sekarang. Sepertinya kantor Rony mengusung konsep modern minimalis, semua penataannya terstruktur sangat cantik.

by Pinterest

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

by Pinterest


Di mata Salma semua yang ada di sini tidak sederhana namun juga tidak berlebihan, semuanya pas. Ia langsung merasa jatuh cinta dengan kantor ini. “Sal ayo, kok malah diem disitu. Ayo sini.” Ucap Rony. Salma mendekat ke arah Rony yang sedang berdiri di dekat sofa hitam.

“Ron kantor lo bagus, gue seneng bisa kesini.” Ucap Salma, matanya berbinar menandakan ia sedang tidak berbohong, ucapan yang keluar murni dari hatinya.

“Hahaha, thank you loh. Syukur deh kalo lu seneng, semoga ga berubah pas ketemu temen-temen gue ya.” Balas Rony.

“Tenang gue mah gampang akrab sama orang, ntar liat aja, hahaha.” Ucap Salma, jumawa.

“Hahaha awas aja lu nanti pas ketemu malah jadi diem kek patung. Btw gue nyimpen ini di meja itu dulu terus manggil anak-anak dulu ya. Keknya ada yang lagi diem di studio atau nongkrong di belakang.” Jawab Rony.

Salma mengangguk mengiyakan. Baru selangkah Rony berjalan panggilan yang terdengar ditelinganya menghentikan langkahnya. “Ron.” Panggil Salma. Rony membalikkan badannya menghadap Salma kembali, “Iyaa?” Jawab Rony lembut. “Nama label lo bagus deh Ron, PMI.” Ucap Salma. Rony bingung, “Hah PMI? Bukan anjir.” Jawabnya. “Ishh kan Parulian Music Indonesia kalo disingkat PMI, jadi sama kek tempat buat donor darah Ron, keren hahaha.” Ucap Salma disertai tawa karena hal random yang ada dipikirannya. “Jir fokus lu kesitu ternyata, ga gitu dong Sal konsepnya. Dah ah gue ke sana dulu.” Balas Rony, berlalu.

Rony menyuruh Salma untuk duduk di sofa yang ada tak jauh dari lift tadi, seperti sengaja dibuat untuk ruang tunggu tamu. Sementara Salma menunggu, Rony menyimpan makanan yang Salma beli tadi di meja tak jauh dari sofa yang Salma duduki. Ia lalu pergi memanggil teman-temannya satu persatu untuk menyapa Salma dan berkenalan.

“Halooo.” Sapa salah satu teman Rony. Yang di sapa pun langsung tersenyum dan bangkit dari duduknya. “Halo kak, kenalin, Salma.” Menaikkan tangannya mengajak orang yang dihadapannya ini berjabat tangan. “Halo gue Iqbal, panggil aja gue Bale, duduk di sana aja yuk biar lebih enak nanti ngobrol sama yang lainnya.” Lelaki dengan panggilan Bale itu menerima jabatan tangan dan mengajak Salma untuk berpindah tempat, menunjuk tempat Rony menyimpan makanan tadi. Salma pun mengangguk mengiyakan.

Salma sudah duduk di sana, pun dengan Bale. Ia berbincang sebentar dengan Bale. Tak lama terlihat beberapa orang sedang berjalan ke arahnya. Ada Rony, 1 lelaki, dan 2 perempuan. Rony berjalan di depan bersama salah satu perempuan cantik, akrab sekali dan senyum di bibir Rony pun sepertinya merekah. Melihat itu, pikirannya bertanya-tanya tentang apakah Rony ada hubungan dengan perempuan itu, atau apakah mereka memang sedang dekat. Memikirkannya entah mengapa membuat hati Salma sedikit sesak, ia tidak suka melihat Rony memberikan senyum merekah itu ke perempuan lain. Tapi Salma sadar statusnya di sini, ia bukan siapa-siapa Rony. Hanya teman. Ia segera menghilangkan pikirannya itu, tidak mau merusak suasana hatinya lebih dalam.

Guys kenalin, ini temen gue. Dia bawa banyak makanan buat kalian. Ayo Sal kenalan.” Saat sampai di meja yang sudah diduduki Salma dan Bale, Rony pun membuka pembicaraan, mereka semua saat ini sudah duduk dengan santai. “Halo semuanya, kenalin gue Salma temennya Rony.” Salma mengenalkan dirinya dengan senyum yang ramah.

“Temen apa temen Ron? Hahaha” Tanya Bale meledek.

 “Apaansih lu gaje.” Rony merespon pertanyaan Bale dan tanpa sadar menggaruk hidungnya yang tidak gatal.

“Halo Salma, kenalin gue Bisma si paling berkarisma.” Ucap Bisma. Semua temannya yang mendengar itu langsung memasang muka malas menanggapinya.

“Halo Salma, gue Anggis.” Perempuan itu tersenyum manis, Salma pun membalas tak kalah manis. Jadi perempuan yang akrab dengan Rony itu namanya Anggis.

“Halo Kak, gue Rachel panggil aja Celi.” Ucap perempuan yang duduk di sebelah Anggis. Salma pun balik merespon dengan ramah.

Mereka berbincang banyak hal, tidak ada rasa canggung menguasainya. Benar saja yang Salma bilang tadi, jumawa nya seperti tidak masalah karena memang kenyataannya begitu. Salma yang memang mudah akrab dengan banyak orang membuatnya mudah untuk masuk ke dalam obrolan teman-teman Rony.

Salma penasaran mengenai peran teman-teman Rony di perusahaan label ini. Ternyata mereka adalah tim inti yang membersamai Rony sejak awal perusahaan ini dibentuk. Seperti Celi yang berurusan dengan administrasi dan Anggis yang bertugas sebagai Akunting, keduanya merupakan adik tingkat Rony saat kuliah dan tergabung dalam organisasi yang sama.  Salma sedikit terkejut mengetahui profesi Anggis sama dengannya. Apa Rony memang senang berhubungan akrab dengan Akunting atau memang hanya kebetulan saja. Lalu untuk Bale dan Bisma mereka teman nongrkong Rony dan teman kuliahnya dahulu.

Teman-teman Rony pun bertanya mengenai keseharian Salma, dan juga mereka pun penasaran bagaimana Rony dan Salma bisa bertemu. Salma menolak menjelaskan, biarkan Rony saja. Ia juga ingin tau dari sudut pandang Rony. Akhirnya Rony pun menjelaskan kejadian di pantai saat di Bali, seadanya saja tidak mendetail.

Saat teman-teman Rony sedang meledeknya, terdengar langkah kaki yang semakin mendekat ke arah mereka berkumpul. “Wah ada apa nih banyak bet makanan.” Ucap lelaki itu setelah berdiri di samping meja. Salma refleks menoleh mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Ia kaget dan langsung bangkit dari duduknya, dengan cepat menghampiri lelaki tersebut lalu memeluknya sekilas. Rony dibuat kaget melihatnya.

SwastamitaWhere stories live. Discover now