#16 Pulang

466 23 0
                                    

Hari ini Rony pulang ke Jakarta. Urusan labelnya sudah selesai. Tinggal menunggu jadwal perilisan saja. Setelah menonton film virtual bersama Salma kemarin, komunikasinya hingga hari ini masih terjalin, bisa dibilang lebih intens dari sebelumnya.

Mereka bercerita satu sama lain, lebih ke urusan pekerjaan sebenarnya. Salma bercerita mengenai kerjaannya dan Rony mengenai labelnya. Rony berencana ingin menemui Salma di Bandung. Ia mengutarakan keinginannya.

Ron: Sal gue di bandara nih, mau balik ke Jakarta. Besok lu ada acara ga? Kita ketemu yuk, gue samperin lu ke Bandung.

Ceklis 2, tapi Salma belum membalas. Rony memasukkan hp nya ke saku jaketnya, lalu ia bersandar di kursi dan memejamkan matanya.

Salma baru saja selesai meeting pukul 2 siang. Ia baru membuka hp nya dan melihat ada notifikasi dari Rony. Senyum tipis tiba-tiba muncul saat Salma membaca pesannya. Ia langsung membalasnya.

Sal: Safe flight Ron, sorry baru bales. Gue baru kelar meeting. Boleh, besok gue free.

Ceklis 1, mungkin Rony sudah flight saat ini. Salma melanjutkan kembali pekerjaannya. Entah mengapa ia menjadi tidak sabar untuk besok. Semoga besok menjadi Hari Sabtu yang cerah, doanya.

Saat ini Rony sudah sampai di Jakarta. Ia langsung memesan taksi online dan pulang ke apartemennya. Saat sudah di dalam taksi ia melihat ada notifikasi wa dari Salma. Segera ia membalasnya.

Ron: Thank you, ini gue di taksi mau balik ke apartemen. Okayy besok gue kabarin lagi ya pas udah di Bandung.
Tak lama Salma membalasnya.

Sal: Okeokee. Btw lo bawa oleh-oleh buat gue ga Ron? Gue lupa bilang jir pas lo chat beberapa hari lalu bilang mau balik. Kan tadinya gue mau bikin list oleh-oleh yang gue mau hahaha.

Ron: Anjir Sal lu kalo ngelist udah niat banyak dong kalo gitu, mau ngerampok gue itu mah bukan minta oleh-oleh.

Sal: Hahaha bercanda gue.

Ron: Gue ada nih oleh-oleh buat lu. Tapi paling makanan. Gue beli lumayan banyak buat dibagiin ke keluarga. Gue pisahin ya buat lo spesial wkwkwk.

Sal: Anjay spesial karet dua ga tuh wkwk.

Ron: Serius jir, yaudah kalo gamau.

Sal: Apa dulu? Gue ngeri lo taro racun wkwk bercanda deng. Takutnya gue kurang suka jadi mending lo kasihin ke keluarga lo aja gitu.

Ron: Sialan, tapi boleh juga ide lu hahaha.

Sal: Bangsat malah jadi keidean:(

Ron: Hahaha, Pie Susu sama Heavenly Chocolate Bali yang rasa matcha.

Sal: MAUUU!! GUE SUKA BANGET MATCHA. WAKTU GUE KESANA GA SEMPET BELI ITU JIR, SEDIH.

Ron: Biasa aja capslock lu bikin mata gue sakit.

Sal: Monmaap hehe.

Ron: Yaudah tunggu besok ya gue bawain kesukaan lo ini wkwk.

Sal: Yeayyy ga sabar besok gue hahaha.

Ron: Ga sabar ketemu gue ya? Kangen ya sama gue?

Sal: Pede banget lo, ga sabar makan coklat lah hahaha.

Ron: Jahat banget anjir, mau oleh-olehnya doang. Btw gue udah mau sampe apartemen nih. Nanti gue kabarin lagi yaa.

Sal: Okeyy, selamat istirahat. Gue juga mau balik ini.

Ron: Makasih Salma, hati-hati di jalan ya.

Salma tidak membalasnya lagi, menutup room chat nya dan mulai merapikan barangnya. Ia bersiap untuk pulang. Ia mulai merasa deg-degan, padahal masih besok.

Selama di perjalanan Salma memikirkan apakah besok pertemuan kali keduanya dengan Rony akan awkward atau tetap asik seperti saat chattingan dan nonton virtual kemarin. Salma langsung mengalihkan perhatiannya, ia tidak mau overthinking untuk hal yang belum pasti terjadi. Ia menyalakan radio di mobilnya dan ikut bernyanyi mengikuti lagu yang diputar.

Hari sudah malam, Rony memang berencana akan langsung ke Bandung malam ini. Ia kangen dengan orang tuanya, juga adiknya. Jadi ingin bermalam beberapa hari di Bandung. Ia tidak membawa mobil sendiri, melainkan naik travel. Rasa lelah masih terasa, dan ia akan memilih untuk tidur di sepanjang perjalanan daripada harus menyetir sendiri.

Rony sampai di rumahnya pukul 10 malam. Orangtuanya sudah tidur, hanya Diva yang menyambutnya.

“Abanggg!! Mana oleh-olehnya?” tanya Diva sambil berlari memeluk abangnya.

Rony membalas pelukan adik kesayangannya.

“Bukannya bilang kangen malah yang ditanyain oleh-oleh.” sebal Rony mengacak-acak rambut adiknya.

“Hehehe kangen, tapi lebih pengen oleh-olehnya.” jawab Diva.

“Hmm dasar. Nih sekalian beresin ya masukin kulkas aja sisanya. Besok biar mamah yang pisahin buat dibagiin ke sodara.” jelas Rony.

“Siap abang.” jawab Diva lalu fokus dengan oleh-oleh yang ia tunggu selama ini.

“Oh iya yang di paper bag biru itu langsung masukin kulkas aja ya dek, kamu simpennya pisahin sama yang lain. Itu mau abang kasih ke temen abang.” pinta Rony.

“Banyak banget bang, buat siapa sih? Pacar abang ya? Kok Diva gatau sih, sebel deh.” respon Diva heboh.

“Bukan, bawel amat sih. Udah ya pisahin pokoknya. Abang ke atas dulu mau istirahat.” jawab Rony.

“Hufftt, iya iyaa.” ucap Diva pasrah.

Paginya Rony bangun sedikit lebih siang, selepas subuh ia memilih tidur lagi. Dia mencuci mukanya dan turun menemui orangtua serta adiknya.

“Pagi mah pah.” Sapa Rony dari tangga dengan senyuman manis, melihat orangtuanya sedak duduk bersantai di ruang keluarga.

“Pagi sayang. Mamah nunggu daritadi eh baru bangun setengah 9. Kangen tau mamah.” jelas mamahnya.

Rony menghampiri orangtuanya dan memeluknya satu persatu.

“Abang sehat kan? Kita semua kangen sama kamu.” tanya papahnya.

“Sehat pah alhamdulillah. Papah mamah sehat kan?” Rony balik bertanya.

Keduanya menjawab sehat.

“Diva mana mah?” tanya Rony.

“Di kamarnya. Oh iya tadi adek bilang buat pisahin beberapa oleh-olehnya buat dibagiin ke sodara. Mamah udah atur tadi, tinggal dibagiin aja.” jelas mamahnya.

“Oh iya, okey mah Ony emang sengaja beli banyak biar bisa dibagiin.” jawab Rony.

“Hebat deh anak mamah. Tapi tadi adek bilang ada yang dipisahin ya buat temen abang?” tanya mamahnya.

“Buat pacarnya mah itu.” Jawab Diva santai sembari berjalan menuju dapur melewati ruang keluarga.

Mamah dan papahnya langsung menoleh, menunggu kondirmasi Rony.

“Jangan didengerin mah pah, ngasal dia ngomongnya. Itu buat temen Ony.”

“Temen apa temen bang? Kalo pacar juga gapapa kali.” Papahnya ikut meledek.

“Iya bang kalo pacar kenalin dong, mamah ga pernah inget kamu bawa perempuan ke rumah buat dikenalin ke kita.” pinta mamahnya.

“Bukan ga pernah inget mah, emang abang ga pernah bawa cewe ke sini hahaha.” respon papahnya.

Rony hanya memanyunkan bibirnya. Sebal semuanya meledek dirinya. Namun ia senang bisa berkumpul lagi dan berbagi tawa bersama keluarganya.

“Pah hari ini papah mau keluar ngga? Kalo ngga abang pinjem mobil ya, kemarin dari Jakarta naik travel cape kalo nyetir sendiri.” Rony meminta izin meminjam mobil papahnya.

“Pake aja, papah ga kemana-mana hari ini. Emang kamu mau kemana bang?” tanya papahnya.

“Ketemu temen, sekalian jalan-jalan aja udah lama ga hirup udara Bandung kan.” jawab Rony.

Papahnya hanya mengangguk.

“Sarapan dulu bang.” suruh mamahnya.

“Nanti aja mah, belum laper. Sekalian keluar aja nanti, langsung makan siang.” ucap Rony.

Diva bergabung bersama ketiganya. Mereka melanjutkan obrolannya. Family time. Membahas mengenai kesehatan mamahnya sekarang, perkembangan Label Rony dan proyek yang kemarin dijalankan, bagaimana kondisi bisnis papahnya, lalu juga membahas mengenai kuliahnya Diva.

Mereka semua menikmatinya, saling berbagi cerita yang selama ini tertunda karena jarak dan waktu.
Rony senang, ia masih bisa merasakan momen ini. Berkumpul bersama keluarganya, menumpahkan segala perasaannya. Sejauh apapun ia pergi, akan selalu ada kata pulang, ke rumah. Rumah yang ia sebut keluarga.


***

Halo semuanya, makasih ya masih mau baca Swastamita. Part ini jadi part yang lumayan panjang dari sebelum-sebelumnya. Semoga kalian happy dan enjoy sama cerita ini. Sehat selalu semuanya🤍

SwastamitaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora