#31 Mukbang

486 24 8
                                    

Semuanya sudah berkumpul kembali di tempat sebelumnya. Salma menyampaikan rasa terima kasih nya kepada teman-teman Rony yang dengan hangat menerimanya. Ia meminta izin untuk pulang ke hotel, berpamitan dengan semua teman Rony. Kegiatan hari ini di kantor Rony sedikit menguras tenaganya tapi ia senang. Sebelum benar-benar pergi, Rony mengajak Salma berkeliling kantornya melihat ruangan lainnya yang ada. Dalam hatinya, Salma ingin sekali bisa kembali ke tempat ini dan juga bertemu dengan teman-teman Rony lagi.

Saat ini Salma dan Rony sudah berada di mobil. Salma yang menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil melihat lurus ke depan dan Rony yang fokus melihat jalanan.

“Cape ya?” tanya Rony, melihat Salma yang hanya diam selama berada di mobil.

Salma mengangguk. “Tapi banyak senengnya, gue bisa diterima dengan baik sama temen-temen lo, itu sih yang paling bikin gue seneng.” Jawab Salma, sembari tersenyum menatap Rony di sebelahnya. Melihat itu, Rony pun ikut tersenyum senang. Mobil yang Rony kendarai sudah memasuki basement salah satu apartemen di bilangan Jakarta Selatan. Memang tidak terlalu jauh jarak antara kantor dengan apartemennya, hanya 20 menit bisa sampai jika jalanan sedang lancar.

“Ayo turun.” Ajak Rony. Salma yang bingung menahan Rony saat ia akan membuka pintu mobilnya. “Kok apartemen? Hotelnya di mana?” Tanya Salma, masih menahan tangan kiri Rony. “Iya turun dulu ya, nanti gue jawab.” Balas Rony dengan lembut. Salma mengikuti perintah Rony.

Sementara Rony saat ini sedang sibuk mengeluarkan barang Salma yang ada di kursi belakang mobil.

“Makasih, sini gue yang bawa.” Salma meminta barangnya itu.

“Ga usah gue aja, lu bawa tas kecil itu aja.” Jawab Rony. Salma tidak mendebatnya, ya sudah jika itu mau Rony. Ia mengikuti langkah Rony menuju lift.

Pintu lift terbuka, mereka langsung masuk ke dalamnya. “Ron ih ini apartemen siapa? Kok gue di bawa ke sini, kata lu mau cariin hotel deket apartemen lu.” Salma mencecar Rony dengan segala pertanyaan yang ada di kepalanya.

“Teteh Ama ini bawel pisan ya. Udah ngikut aja, apartemen gue ada di sini.”

“Ih apaansih. Gue di apartemen lo gitu maksudnya? Gamau ah Ron gue mau cari hotel sendiri aja.” Salma menekan tombol lift menuju lobby berada, ia merampas barangnya yang ada di tangan Rony. Tapi dengan sigap Rony menahannya, tenaga Rony lebih kuat daripada Salma. Untungnya lift ini hanya ada mereka berdua, jadi adegan tarik menarik barang ini tidak membuat mereka terlihat aneh di mata orang lain.

Pintu lift terbuka, lantai 5. Rony menyuruh Salma keluar dari lift, tapi Salma tidak mau. Ayolah Salma, Rony juga tidak mungkin meminta Salma untuk tidur di apartemennya. Setelah membujuknya, akhirnya Salma mau. Rony bilang akan menjelaskannya jika ia keluar dari lift itu.

“Yaudah gimana cepet jelasin.” Pinta Salma, dengan nada yang dingin.

“Iya hari ini lu tidur di apartemen, tadinya gue mau cariin lu hotel deket sini. Tapi pas gue pikir lagi, mending di apartemen ini aja biar lebih gampang.” Jawab Rony.

Salma masih diam, menunggu penjelasan Rony selanjutnya.

“Tenang aja, lu ga tidur di apart gue kok. Ayo kita ke 503, di sini tuh bisa sewa harian juga.” Rony mulai melangkahkan kakinya, mencari pintu yang bertuliskan nomor 503. Salma mengekor di belakangnya, ia lega mendengar penjelasan Rony.

“Ngomong dong daritadi.” Keluh Salma.

“Hahaha lu parno ya gue bawa ke apart gue, lucu banget sih.” Tawa Rony.

“Lucu ndasmu, walaupun gue tau lo baik tapi ya tetep aja.” Jawab Salma.

“Iya iyaa, nah sampe nih.” Rony berhenti di depan pintu bertuliskan No. 503.

SwastamitaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant