#20 Overthinking Salma

465 20 0
                                    

Saat ini Salma dan Rony sudah berada di mobil. Hening menyelimuti mereka, tidak ada tawa atau suara yang terdengar, keduanya sama-sama diam, lelah. Saat sudah diseperempat perjalanan Rony akhirnya membuka suara, ia baru sadar kalau tujuannya saat ini belum jelas.

"Sal kita kemana ini?" Rony bertanya.

"Pulang." jawab Salma singkat.

"Lah kok balik sih, kan lu tadi janji beliin gue es krim Sal." Rony ingat janji Salma saat membujuknya tadi.

"Gue bercanda doang tadi biar lu ga bete hahaha." tawa Salma sambil menengok ke arah Rony.

"Sall." Rony melirik Salma sambil memasang wajah melasnya, lucu sekali.

Salma benar-benar tidak kuat melihatnya, gemas sekali, lelaki ini benar-benar sukses membuat jantungnya tidak aman.

"Yaudah iya deh, kasian adek Rony mau es krim. Kakak beliin tapi jangan banyak-banyak ya, nanti batuk loh." jawab Salma menggunakan nada seperti sedang berbicara dengan anak kecil.

"Nyebelin lu." Rony memanyunkan bibirnya.

"Hahahaha jangan manyun dong dek. Kita ke arah apart gue aja dulu, nanti gue kasih tau lagi ke mana arahnya." ucap Salma.

Rony hanya mengangguk. Salma beralih menatap ke luar jendela. Hening kembali hadir diantaranya. Tak lama Rony teringat bahwa dari tadi sebenarnya ia penasaran dengan apa yang Salma bilang di Winter Zone.

"Sal lu beneran punya alergi?" Rony akhirnya mengeluarkan isi pikirannya.

"Lah lo kepikiran yang tadi Ron?" Salma balik bertanya.

"Ya jawab aja sih Sal, lu ngibul apa emang beneran." jawab Rony.

"Iya bener, alergi dingin gue." terang Salma.

"Beneran ternyata. Itu awalnya gimana? Ada trigger nya kan pasti?" tanya Rony, masih penasaran.

"Lo beneran mau tau?" pertanyaan dijawab dengan pertanyaan, lagi. "Panjang jir ceritanya." tambahnya.

"Gapapa, gue dengerin. Biar ga bosen juga ini nunggu macet." jawab Rony.

Iya Bandung memang sudah langganan macet, seperti Jakarta. Apalagi ini weekend, di kawasan tertentu memang harus ekstra bersabar dengan kemacetan yang entah sampai kapan ini.

"Oke deh. Gue udah agak lupa-lupa tapi, pokonya di tahun 2018 tuh di leher kiri gue ada benjolan gitu, gue awalnya diemin aja eh ternyata malah jadi nambah 2, tapi kecil gitu. Benjolan nya tuh kalo dipegang kerasa gimana ya jelasinnya, pokoknya aneh lah kata gue. Gue searching cari-cari di google tapi yang keluar malah bikin parno anjir.

Singkat cerita gue ke RS dan udah cek segala macem sampe akhirnya di biopsi. Pas keluar hasilnya alhamdulillah aman, tapi si dokter baca dari hasil rontgen di paru-paru gue tuh keliatan apa gitu tapi gapapa, dan dia bilang itu ternyata alergi dingin. Benjolan itu bentuk respon dari tubuh gue kalo dia lagi ngelawan bakteri yang nyerang tubuh gitu lah kalo ga salah. Panjang kan? Ga penting jir cerita ini." cerita Salma panjang lebar.

Rony mengangguk tanda menangkap cerita Salma. "Kok bisa ya lu alergi ga sadar." aneh Rony.

"Gue pas dokter bilang gitu juga kek masa sih, rada ga percaya. Tapi pas gue inget kebiasaan gue dulu emang bener sih. Dari SD sampe SMA gue ga pernah mau pake jaket ke sekolah. Padahal gue pergi jam 6 pagi, nyubuh bet hahaha. Terus almh. Nenek gue juga sering bilang kalo gue tuh sering banget batuk-batuk tapi ga sembuh-sembuh, bisa yang sampe 2 minggu lebih. Nah gue jadi sadar deh kalo ternyata selama ini gue alergi sama dingin dan respon tubuh gue batuk-batuk yang gatel ke tenggorokan, ga enak pokoknya. Tapi masih bersyukur bukan yang bikin bentol-bentol merah sebadan gitu." penjelasan Salma.

Rony mengerti, pikirannya melayang. Satu lagi cerita mengenai Salma yang ia ketahui. Ia akan selalu mengingat jika sedang bersama Salma ia akan menjauhi hal yang bisa membuat alergi Salma kambuh. Ia tau bahwa alergi tidak bisa disembuhkan. Mungkin jika ada kesempatan untuk bertemu Salma lagi kedepannya ia akan selalu membawa jaket 2, takut Perempuan itu tidak inisiatif membawa sendiri.

Entah kenapa Rony ingin menjadi pelindung bagi Salma. Ah tapi hubungan mereka saja masih tidak jelas. Rony sudah yakin sekali bahwa ia menyimpan rasa kepada Salma. Tapi dengan fakta yang ia tau bahwa Salma tidak mau berpacaran membuatnya sedikit ragu. Sudahlah nanti ia harus pikirkan lagi.

"Ron lo malah diem aja anjir, bukannya respon gue. Kan lo yang nanya tapi malah ga direspon, nyesel gue cerita." Salma menengok Rony, wajahnya ditekuk, sebal.

"Eh iya Sal, gimana? Ga gitu, gue seneng bisa denger cerita lu. Berarti lu harus selalu bawa jaket, buat pencegahan biar alergi lu ga kambuh. Jangan nyakitin diri sendiri." jawab Rony.

Salma tidak menjawab, ia kembali fokus melihat jalanan dari jendela. Salma berpikir apa ia terlalu oversharing dengan Rony, padahal kan yang awalnya bertanya Rony, tapi kenapa setelah dijelaskan Rony seperti tidak tertarik. Ia bingung, apa Rony sebenarnya tidak peduli dengan ceritanya, hany sebatas penasaran saja.

Apa Rony diam karena ia tidak suka kalau Salma terlalu banyak bicara dan membuat Rony menjadi ilfeel. Mungkin saja Rony menyukai perempuan yang kalem, tidak berisik sepertinya. Salma penasaran bagaimana sebenarnya pandangan Rony terhadap dirinya. Apakah Rony punya perasaan yang sama sepertinya atau hanya memang menganggap Salma sebagai teman barunya saja.

Ia jadi ragu dengan perasaanya, apa pantas rasa nyaman bersama Rony ini masih hadir? Apa rasa yang sudah mulai tumbuh ini harus tetap hidup atau mati dengan sendirinya dan ia harus kembali menata ulang perasaannya? Salma pusing memikirkannya.

"Sal kok diem aja?" tanya Rony.

"Gapapa." Salma masih sibuk dengan overthinking nya.

"Salma kok jadi diem gini ya? Apa gue tadi ada salah ngomong dan bikin dia jadi badmood? Ahh Rony!" batin Rony sedikit kesal dengan dirinya sendiri, ia melirik sekilas ke Salma yang masih setia menatap jendela disampingnya.

Tak terasa perjalanan mereka sekarang sudah hampir mendekati apartemen Salma, berhasil melewati kawasan macet tadi. Rony membuka suara lagi.

"Sal, ini udah deket apart lu. Kita kemana sekarang?" tanya Rony.

"Pas lewat depan apart gue lurus aja ke Simpang Lima, ntar belok ke Jalan Asia Afrika. Kita beli es krim di Braga aja, biar deket." jawab Salma.

Rony mengangguk, ia mengerti dan akan mengikuti instruksi Salma.

"Tenang Sal tenang, overthinking nya ditunda dulu. Lo harus seneng dan balik mode ceria lagi. Inget lo udah janji sama Rony buat beli es krim, masa nanti jadi awkward gara-gara overthinking ini." Salma berbicara dengan dirinya sendiri dalam hati.

"Sal gue tebak lu pasti mau beli es krim rasa matcha ya?" Rony kembali membuka suara, ia tidak suka hening terus berada diantara mereka sedari tadi.

"Hahaha kok lo tau sih?" Salma sudah berhasil menata ulang pikirannya, kembali ke mode cerianya. Ia tidak mau membuat Rony kecewa karena sikapnya yang berubah.

"Kan pas gua chat bilang matcha lu langsung excited banget hahaha." Rony senan akhirnya Salma sudah tidak diam seperti tadi, ia sudah tertawa lagi sekarang.

"Bagus banget Sal lampu-lampunya nyala. Gue keknya baru sekarang deh lewat kesini malem." puji Rony saat sedang melintasi jalanan Asia Afrika.

"Iyaa cantikk." jawab Salma.

Rony tersenyum menanggapi jawaban Salma. "Cantik, kaya lu Sal." batin Rony.

by Pinterest

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

by Pinterest

SwastamitaWhere stories live. Discover now