#26 Perjalanan (2)

448 29 4
                                    

Sudah setengah jalan dilalui, canda tawa yang sedari tadi hadir kini berubah menjadi hening, bukan karena sesuatu, tapi memang rahang keduanya sudah pegal karena tawa yang selalu mendominasi dari awal perjalanan. Saat sedang memandangi pemandangan yang disuguhkan di jalan tol ini, Salma tiba-tiba teringat drakornya waktu itu.

Hi Bye, Mama! Drakor yang membuat Rony panik, lucu sekali. Selama 5 bulan ini Salma melupakannya, ia menemukan referensi drakor seru di twitter sehingga drakor itu hilang begitu saja diingatannya. Memang tidak ada hubungannya sebenarnya perjalanan dan pemandangan yang disuguhkan dengan drakor yang Salma lupakan, aneh, tiba-tiba terlintas begitu saja.

“Ron.” panggil Salma menoleh ke lelaki di sampingnya yang sedari tadi fokus melihat jalanan.

“Iya Salma, kenapa?” ucap Rony lembut, nada bicara yang akhir-akhir ini menjadi favorit Salma.

“Gue bosen, mau ngedrakor 1 episode ya, boleh kan?” tanya Salma, sedikit tidak enak dengan Rony.

“Boleh dong, kenapa harus izin gue coba? Hahaha.” tawa Rony sambal melirik Salma sekilas.

“Ishh kan gue ga enak kesannya kek gue nyuekin lo gitu Ron.” Salma memanyunkan bibirnya.

“Gue ga ngerasa gitu, aman. Udah katanya mau ngedrakor.” jawab Rony.

Sudut bibir Salma tertarik ke atas, ia tersenyum lalu mengangguk kemudian mengambil iPad dan AirPods nya. Salma sudah mulai asik dengan drakornya, Rony pun beberapa kali melirik ke perempuan disampingnya itu. Wajah fokusnya dari samping terlihat sangat cantik bagi Rony. Ia tidak masalah keheningan ada diantara keduanya selagi Salma senang. Padahal sebenarnya Rony bukanlah tipe yang menyukai keheningan ketika di dalam mobil. Namun demi Salma, apapun tidak masalah rasanya.

Lima belas menit berlalu, Salma tiba-tiba menangis. Rony kaget, tapi langsung tersenyum seketika ketika mengingat Salma sedang menonton drakor. Tak lama tiba-tiba ia tertawa, sungguh aneh perempuan ini. Beberapa kali Salma menangis, namun yang terakhir sedikit lebih kencang dari sebelumnya, membuat Rony memegang pundak Salma, memberikan kode seperti bertanya kenapa. Salma hanya melirik dengan air mata yang membasahi pipinya lalu menunjuk layar iPad nya. Rony tersenyum, ia ingin bertanya langsung tidak hanya dengan isyarat saja, tetapi ia urungkan niatnya karena tidak mau mengganggu Salma yang sedang asik dengan dunianya.

Lima menit kemudian Salma menyimpah iPad nya, aktivitas menontonnya sudah selesai. “Ronyyy sedih banget anjir.” di mata Rony saat ini wajah Salma adalah hal yang paling menggemaskan, rasanya ia ingin mencubit kedua pipi Salma yang menggembung, ah kenapa perempuan ini tidak bisa berhenti lucu sekali saja. “Gue pengen nanya banget daritadi, tapi percuma lu pasti ga akan denger. Gimana coba cerita, ini drakor apa judulnya?” tanya Rony penasaran.

“Itu loh Hi Bye, Mama! yang pas abis dari Braga awal banget kita main, lo panik karena gue nangis di telepon, hahaha.” tawa Salma lalu menceritakan kenapa drakor ini bisa terlupakan olehnya beberapa bulan ini.

“Lu masih inget aja jir, btw random amat lagi di jalan gini malah inget drakor yang bikin nangis. Terus kenapa coba lu nangis ber part-part anjir, mana tadi sempet ketawa sebentar, kan serem. Kata gue lu harus cek deh, hahaha.” respon Rony mendengar cerita Salma.

“Anjir lo kata gue gila hah?! Ini di episode 12 tuh kek banyak aja gitu sedihnya di beberapa scene. Intinya di episode ini lebih ke pengorbanan seorang ibu buat anaknya, dia rela ngelakuin apapun walaupun itu bikin dia ga nyaman dan ngerelain nyawanya. Kalo lo lagi pengen nangis, nonton drakor ini cocok sih buat jadi media nya.” Salma melanjutkan ceritanya. “Sal dari awal lu bilang judulnya aja gue udah gamau nontonnya, tau pasti sedih. Tapi gatau sih ntar kalo berubah pikiran, hahaha. Gue paling ga bisa kalo soal ibu.” terang Rony.

“Gue juga lagi, tapi keknya gue hal kecil yang menyentuh aja bisa tiba-tiba nangis. Kadang gue sebel kenapa se sensitif ini.”

“Loh ga boleh sebel dong, harusnya lu bersyukur tau. Banyak orang yang pengen ngerasain nangis ginana, tapi dia ga bisa karena perasaannya udah mati rasa.” Salma yang mendengarnya hanya tersenyum tipis dan mengangguk mengerti maksud Rony.

“Btw ngomongin soal ibu nih, kalo boleh tau keluarga lo tinggal dimana sekarang?” Rony memberanikan diri membahas keluarga Salma. Sebelumnya ia tidak pernah bertanya apapun mengenai keluarga Salma, takut Salma tidak nyaman dengan pertanyaannya. Rony tidak mau memaksakan kehendaknya, karena akan ada saatnya Salma terbuka dan bercerita sendiri tanpa harus diminta.

“Di Malang, tapi mama papa gue udah pisah Ron.” jawab Salma singkat. Sepertinya ini bukan topik pembicaraan yang mau Salma kembangkan menjadi cerita-cerita lainnya. Rony mengerti itu, ia tidak akan membahasnya lebih dalam.

“Sorry ya Sal.” Salma hanya tersenyum dan menjawab “Santuy.” Saat di depan terlihat rest area Rony mengajak Salma untuk beristirahat sebentar dan sekalian makan siang. Salma pun dengan senang hati menyetujuinya, apapun yang berhubungan dengan makanan akan membuatnya senang.

Setelah urusan mengenai perut telah selesai, perjalanan pun dilanjutkan. Mereka bersenandung bersama, Salma fokus melihat sekitar melalui jendela di sampingnya sedangkan Rony fokus melihat jalanan di depannya. Seiring dengan perjalanannya yang sudah hampir selesai, suara Salma tidak lagi terdengar. Rony melirik ke perempuan disampingnya yang ternyata sudah terlelap. Senyum tersungging di bibirnya, saat tertidur saja Salma sangat cantik di matanya. Ingin sekali ia membenarkan posisi kursi Salma namun takut membuat Salma terbangun, biar saja perempuan ini istirahat.

Dua puluh menit berlalu mobil yang dikendarai Rony sudah berhenti di basement salah satu Tower di bilangan Jakarta Selatan. “Sal, bangun yuk kita udah sampe ini.” Ucap Rony lembut sembari mengelus pelan lengan Salma beberapa kali. Merasa terusik Salma membuka matanya perlahan sambal mengubah posisi duduknya, sedikit menggeliat. Rony yang sedari tadi memperhatikan hanya terus tersenyum memandang Salma lekat. “Lucu banget bangsat, oh gini ya rasanya ngeliat Salma baru bangun tidur.” batin Rony.

“Eh gue ketiduran ya, sorry ya Ron.” Salma masih berusaha mengumpulkan nyawanya. “Gue agak pusing dikit gara-gara nangis tadi, terus efek kenyang juga keknya jadi ketiduran hahaha. Lo ngapain ngeliatin gue kek gitu banget mana senyum-senyum lagi anjir, serem.” Salma melanjutkan ucapannya.

“Gapapa, masih pusing? Kenapa tadi ga bilang langsung ke gue? Kalo sekarang masih pusing kita mampir dulu ke apotek ya?” pertanyaan beruntun dari Rony, sedikit cemas dengan keadaan Salma.

“Kenapa harus bilang? Lagian pusing dikit, udah aman sekarang mah.” jawab Salma santai.

“Kan lu lagi pergi sama gue, jadi lu tanggung jawab gue sekarang. Mulai sekarang, apapun yang lu rasain please bilang ke gue ya Sal.” perkataan Rony lembut sekali. Salma sedikit tersentak mendengar apa yang Rony katakan barusan. Senyum di bibirnya tidak bisa disembunyikan. “Oh gini rasanya diperhatiin walaupun statusnya bukan sama siapa-siapa.” batin Salma.

“Iyaaa Ron, gue gapapa kok. Makasih yaa.” ucap Salma dengan tulus. “Kita dimana ini kok di basement sih, katanya udah sampe?” sambungnya.

“Kantor gue di atas, yaudah ayo.” Rony bergegas keluar dari mobilnya, Salma masih terdiam dan memperhatikan Rony yang ternyata berjalan ke arahnya lalu membuka pintu Salma. Kaget dengan yang dilakukan Rony membuat Salma mematung. “Sal ayo keluar.” panggilan dari Rony membuatnya tersadar, ia langsung keluar. Tangan Rony dengan sigap menghalangi kepala Salma agar tidak terbentur dengan mobilnya. Salma masih diam memandangi Rony, aneh dengan perlakuan Rony barusan. Baru kali ini Rony memperlakukannya seperti ini. Sementara yang dipandang sedang sibuk mengeluarkan oleh-oleh yang tadi dibeli Salma untuk teman-temannya.

“Wah bisa jadi orgil gue, si Rony kepentok apaan ya tiba-tiba begitu. Act of service nya bikin gue mleyot jirr.” batin Salma. “Sal lu kenapa diem aja? Ayo udah semua ini, kita ke lift. Kantor gue di lantai 9.” Rony memecahkan lamunan Salma. “Eh hah gapapa, ayo. Sini gue bawa sebagian Ron.” Salma berniat membantu Rony. “Udah ga usah, lu bawa diri aja.” jawab Rony lembut. Salma tidak menjawab, ia hanya diam dan mengekor di belakang Rony, berjalan menuju lift untuk sampai ke kantornya.

***

Hallo semuaa, udah lama ga nyapa nih xixixi. Semoga masih semangat buat baca Swastamita yaa🫶

Makasih juga udah mau nyempetin waktunya yaa🥰

Gimana nih kemarin nonton idolyfe? Siapa yang full senyum karena liat Salma jadi cegil dan Rony jadi cogil? Cung kita samaa☝️😭

SwastamitaWhere stories live. Discover now