Prolog

7.8K 148 2
                                    

William memposisikan dirinya senyaman mungkin di sofa empuk miliknya. Matanya menatap ke arah perapian yang berhadapan dengan sofa yang ia tiduri.

Sesekali ia meraih cangkir kopi yang diletakkan di meja tak jauh dari sana. Menyesap dalam-dalam rasa kopi yang kental dan kemudian memenuhi seluruh indera pengecapnya. Sementara pikirannya mengembara ke peristiwa yang terjadi beberapa hari yang lalu.

William tidak menyangka Seira berani menyembunyikan kenyataan sebesar itu darinya. Terlebih ketika nyawa wanita itu berada dalam genggaman tangan William.

Sekarang situasi menjadi semakin rumit, Freya benar-benar putri dari 'orang itu'. Gadis itu sanggup memikat seorang Isaiah dan itu tidak baik untuk William.

Membayangkan reaksi Ryu saat itu membuat William menyadari situasi sulit yang tengah terjadi pada dirinya. William masih mengingat jelas ancaman pemuda itu padanya di hari tersebut.

"Paman, apa salah Freya padamu hingga kau berbuat demikian pada dirinya?" tanya Ryu dingin dan datar, namun memberikan efek menusuk setiap detiknya.

"Tidak ada yang penting. Ayo serahkan gadis itu padaku. Ada yang harus diselesaikan antara dia dan aku," jawab William sambil mendekati tempat Ryu.

Ryu menatap William dengan nanar, "Berhenti!!! Jangan coba mendekat lagi. Paman tidak akan pernah mendapatkan Freya! Menyentuhnya seujung rambut pun takkan kuizinkan!"

Pandangan mata William menyipit. Ekspresinya menunjukkan tanda tanya besar.

"Dia," sambung Ryu, "Freya adalah tunanganku. Dan dialah calon istriku nanti. Hanya dia, Freya. Jangan pernah mencoba menyakiti calon Duchess of Isaiah lagi paman," ancam Ryu dengan nada yang sangat serius. Seperti sebuah janji abadi yang akan dipegang teguh dan tidak akan pernah terputus hingga Tuhan berkehendak demikian.

William menyeringai. "Mari kita lihat siapa yang akan bertahan nanti," gumamnya di tengah kegelapan.

Pieces of Heart [COMPLETED]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα