Part 26 [END]

2.1K 78 1
                                    

Pecahan kaca tersebar di mana-mana. Cat yang melapisi dinding mengelupas dan digantikan oleh noda-noda hitam bekas jilatan api.

Bau gosong dan apek bercampur menjadi satu, udara menjadi sangat tidak bersahabat, sesekali Ryu terbatuk dan kesulitan untuk bernapas.

Ia menelusuri lorong-lorong rumah sakit yang kacau balau, secara otomatis otaknya memutar ingatan yang ia miliki tentang rumah sakit ini. Lebih rapi, bersih, dan terawat. Tempat ini kelihatan tidak nyata untuknya.

Tapi ini nyata. Ryu sudah beberapa kali memukul dirinya sendiri untuk memastikan hal itu.

Kini ia berdiri termangu di depan pintu, menyiapkan hatinya untuk menghadapi apapun yang menunggunya di dalam.

Ryu berjalan dengan hati-hati, perlahan, menghindari puing-puing sisa kebakaran yang kini sangat berbahaya jika secara tak sengaja terinjak.

Lalu di atas ranjang yang diingatnya, terbaring sosok yang hangus terbakar, wajahnya tidak dapat dikenali lagi, namun Ryu tahu siapa gerangan ia.

Istrinya.

Freya.

Mati dalam kebakaran.

Cincin yang bertakhtakan permata biru itu berkilau penuh ejekan. Di saat sang pemilik hangus dilalap api, justru cincin itu bertengger mulus tanpa cacat, seperti kondisinya semula.

Ryu meraih tubuh itu, derai airmata tak dapat ditahannya. Ia hanya menangis dalam kegelapan, hanya dia dan Tuhanlah yang tahu apa yang dirasakannya saat ini.

---**---

"Ya Tuhan," seru Hotaru kaget, ini sudah mayat hangus kesembilan yang Hotaru temukan. Rasa mual hampir melewati kerongkongannya, untunglah Isaac dengan sigap merangkulnya untuk mendekat.

Alis Isaac bertaut, tidak habis pikir dengan tindakan istrinya. "Dear, kalau kau sudah tidak kuat jangan dilanjutkan."

"Aku tidak apa-apa sungguh," kilah Hotaru, ucapannya kontras dengan air mukanya yang memucat.

Isaac mengambil napas panjang. Ia lupa istrinya itu luar biasa keras kepala, dan ia adalah pemujanya yang setia.

"Aku heran," ucap Hotatu.

"Pada apa?"

"Itu," Hotaru merujuk ke arah mayat baru yang ia temukan. "Mengapa jasad mereka tak dievakuasi."

Isaac tidak yakin patut tertawa dalam situasi seperti ini. Tapi istrinya, dengan segala kepolosannya yang menggemaskan membuatnya selalu menepuk jidat. "Dear," nada suara Isaac sangat lembut. "Mereka baru saja memadamkan Si Jago Merah yang mengamuk, lalu putra kita yang kacau seperti binatang liar itu merangsek masuk dan menghalangi pekerjaan para petugas yang malang itu."

"Well, yeah," aku Hotatu.

"Kau tampak gusar, Dear," ujar Isaac melihat ekspresi istrinya yang terlalu terbuka, aneh, padahal dalam situasi genting seperti apapun Hotaru dapat mempertahankan wajah esnya.

"Aku khawatir dengan Ryu."

"Aku juga."

Hotaru menggeleng tidak setuju. "Tidak. Kau terlalu tenang Isaac, justru kau membuatku takut."

Isaac menyingkirkan runtuhan puing yang menghalangi jalan mereka dengan mudah. Kemudian menatap istrinya tanpa ekspresi. "Yakinlah, Dear, aku sama takutnya denganmu. Hanya aku tidak bisa mengijinkan diriku bereaksi berlebihan, tidak sebelum aku mengetahui bajingan yang berani mengusik kehidupan putra kita."

Pieces of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now